9

1560 Kata
Asisten Axel sudah mengumpulkan ketiga orang itu di kantor Axel, sekarang ini Axel, Dhito, Aleta, Sava dan Alka sudah berada di mobil untuk pergi ke kantor Axel. Mereka butuh waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai. Di perjalanan ini Sava tampak mengobrol dengan Dhito karena memang ia bersama dengan Dhito saja. Yang lainnya memakai mobil mereka masing-masing karena mereka nanti tidak akan bertemu di Seven Sky lagi. Mereka berlima sudah sampai di kantor Axel, kini mereka pun masuk ke dalam. Kantor memang sepi karena ini merupakan hari libur, mereka pun sekarang sudah berada di dalam. Mereka masuk ke dalam ruangan Axel. Keempat orang yang ada di dalam ruangan tampak terkejut, ketika ada yang datang. Disana memang ada empat orang karena yang satu adalah asisten Axel. Kini asisten Axel tampak terkejut karena bosnya itu tidak memberi tahu bahwa dia datang bersama dengan teman-temannya. Dan teman-temannya itu bukan sembarang orang, mereka merupakan pebisnis elite yang sangat terkenal meskipun mereka masih sangat muda juga sekarang. Axel tampak meminta asistennya untuk menutup pintu di ruangan. "Okay. Sekarang ini saya tidak mau membuang banyak waktu. Saya mau tanya apa yang kalian bicarakan dengan asisten pribadi dari Sagara Group? Siapa yang mau menjawab pertama kali?" tanya Axel kepada ketiga orang itu. Kini ketiga orang itu tampak begitu terkejut karena mereka bertiga benar-benar tidak tahu bahwa bos mereka mengetahui pertemuan mereka bertiga. Lagi pula darimana sebenarnya mereka mengetahui, karena bahkan mereka melakukan pertemuan itu sangat tertutup dan tidak ada yang mengikuti juga. Mereka bertiga masih diam saja, tidak ada yang menjawab Axel. Axel pun sekarang tampak benar-benar sangat kesal karena mereka tidak menjawab. Pada akhirnya sekarang ini ia akan bertindak, tapi Dhito mencegah. Sekarang Dhito sudah berada di dekat mereka bertiga, mereka bertiga tentu tahu siapa Yanga da di depan mereka ini. Putra dari Keluarga Admaja yang mana jika menganggu Keluarga Admaja dipastikan orang itu tidak akan tenang. Mereka mulai ketakutan sekarang ini, apalagi Dhito tampak mendekat lagi. Sekarang ini Dhito melihat wajah mereka satu persatu. Ia melihat mereka dengan tersenyum. Ia akan memulai membuat mereka bertiga berbicara. "Tidak ada yang mau menjawab Axel? Saya hitung tiga kali jika tidak ada yang menjawab kalian bertiga akan langsung dipecat dan dapat dipastikan akan di blacklist dari perusahaan yang bekerjasama dengan perusahaan Admaja, Gunawan, Wijaya dan Puwibawa." ujar Dhito kepada mereka dan sekarang ini membuat mereka bertiga melotot secara bersamaan juga. "Jangan Pak, saya akan menjawab. Saya bertemu dengan Ilham karena saya merupakan teman Ilham saat dulu masih sekolah SMA. Kemarin dia mengajak saya bertemu dan saya pun bertemu. Tapi ternyata dia sekarang merupakan orang dari Sagara Group. Saya baru tahu saat itu juga ketika dia menawarkan kerja sama dengan saya. Namun saya berani sumpah bahwa saya tidak menerimanya." ujar Bondan menjawab pertanyaan dari Axel itu. "Okay, pantas mereka menemui Boni dan Galih. Ternyata karena di awal menemui Bondan mereka tidak mendapatkan yang mereka inginkan. Lalu kalian mau menjawab?" tanya Axel kepada mereka berdua. Kini mereka saling menatap. Melihat itu Axel dan yang lainnya sudah bisa menyimpulkan bahwa mereka berdua pasti menerima tawaran itu. Sekarang ini mereka berdua tampak takut-takut sekali. Mereka takut jika nanti mereka akan dipecat juga. "Okay sekarang sudah terlihat dengan jelas. Bondan, kamu naik jabatan menggantikan Boni. Dan saya minta kamu sekarang keluar dari ruangan ini. Saya akan mengurus dua pengkhianat ini sekarang." ujar Axel yang mana membuat Bondan tampak sangat bahagia. Kini Bondan pun ijin keluar dari sana. Sementara dua orang yang menjadi pengkhianat itu pun ketakutan. "Pengkhianat ada disini ya ternyata. Benar-benar manusia tidak tahu malu. Manusia yang serakah." ujar Sava terlihat tersenyum meremehkan mereka berdua. Ia sama dengan kakaknya, ia sangat membenci bentuk pengkhianatan apa pun itu. Semua itu tidak bisa ia terima dengan baik. Ia mungkin akan langsung meminta Dhito untuk menyingkirkan mereka. Jadinya ia tidak perlu memgotori tangannya lagi. Namun kali ini mereka harus memberikan Axel kesempatan untuk menetapkan sendiri. "Maafkan kami Pak. Kami tidak bermaksud, kami khilaf Pak." ujar mereka berdua dengan ketakutan. Namun sekarang ini Axel tampak tak mau tahu. Sekarang ini mereka terus menerus meminta maaf hingga pada akhirnya Axel sekarang ini tampak bertanya kepada teman-temannya itu ia harus bagaimana sekarang dengan kedua pengkhianat yang ada disana itu. Dhito mengusulkan mereka untuk dipecat langsung saja dan sesuai dengan perkataan tadi bahwa mereka berdua akan diblacklist. Namun Axel masih kasian dengan mereka, ia pun memikirkan apa yang terbaik untuk mereka hingga pada akhirnya ia memilih untuk memindahkan mereka berdua ke cabang yang ada di daerah terpencil saja sekarang ini. Menurutnya itu merupakan sanksi yang sangat berat. Ia pun sudau memutuskan untuk hal itu. Alex menetapkan sanksi itu benar-benar sangat pusing karena ia benar-benar memikirkan bagimana yang paling baik untuk mereka semua. Maka dari itu ia memutuskan untuk itu karrna setidaknya jika ia hanya memindahkan ke tempat terpencil mereka tidak akan kehilangan pekerjaan mereka. Axel tahu pasti mereka juga mempunyai keluarga juga yang harus mereka nafkahi. Lagi pula ini merupakan pengkhianatan mereka juga selain itu ini masih rencana yang belum terealisasikan. "Kalian kemasi barang kalian. Kalian akan saya pindahkan ke daerah terpencil. Namun jika kalian tidak kuat berada disana kalian bisa mengajukan surat pengunduran diri kalian kepada asisten saya." ujar Axel yang mana mengatakan itu kepada mereka. Mereka sangat berterimakasih karena dengan ini mereka tidka akan di blacklist dari perusahaan mana pun. Untung saja sekarang ini mereka mendapatkan pengampunan dari bos mereka ini. Jika tidak mungkin mereka memilih untuk mati saja karena Ika di blacklist mereka akan sangat susah untuk mendapatkan pekerjaan nantinya. Kini mereka tampak sudah keluar dari sana karena Axel sudah menyuruh mereka untuk pergi. Dhito kini tampak takjub dengan Axel yang bisa menerima lapang d**a seperti itu. Jika dirinya pasti sudah ia habiskan mereka. Ia tidak akan mentoleransi orang yang mengkhianati dirinya itu. "Lapar ga nih guys? Kayaknya semuanya lapar deh. We need to eat, makan yuk? Harus makan biar kita nanti kuat dong." tanya Sava kepada yang lainnya dan sekarang ini mereka mengangguk karena mereka juga lapar. Maka dari itu sekarang mereka pun sudah keluar dari kantor Axel. Sekarang mereka akan pergi ke salah satu restoran milik Axel. Mobil mereka mulai meninggalkan kantor Axel juga. "Bang, kalo Lo tadi mah udah Lo habisin ya mereka. Axel bener-bener terlalu baik sih dia. Tapi ya okay lah dia bijaksana karena toh orang-orang tadi baru ngelakuin rencana pengkhianatan dan baru satu kali dan itu baru rencana. Wajar sih menurut gua kalo dia kayak gini hehhee." ujar Sava yang sangat setuju dengan apa yang diputuskan oleh Axel tentang para pengkhianat itu. "Ya Lo bener sih, bukan kayak yang dilakuin sama pengkhianat dari perusahaan kita kemarin. Itu udah mereka lakukan jadi ya wajar kan kalo gua ngehabisin mereka. Tapi ya udah lah, ngapain mikirin tentang itu. Masih banyak yang harus dipikirkan juga kok sekarang selain itu." ujar Dhito dan sekarang pembicaraan mereka terpotong karena mereka sudah sampai di restoran itu. Mereka pun kini keluar dari mobil mereka dan masuk ke dama restoran. Axel membawa mereka ke ruang VIP di dalam restoran ini karena ini hari libur dan banyak yang mendatangi restorannya itu untuk makan bersama dengan keluarga mereka. Mereka sudah ada di ruangan VIP tersebut juga. "Lo pada pesan apa aja yang Lo pada mau. Gua yang traktir karena kalian udah bantu gua nemuin beberapa pengkhianat yang ga penting dipertahankan lagi di sini." ujar Axel kepada mereka dan mereka mengangguk. Mereka pun sudah memesan makanan sekarang, saat sedang menunggu makanan ini Sava tampak melihat ke sekitar, kebetulan ruangan ini adalah ruangan kaca jadi ia bisa melihat ke luar. Ia tampak melihat bada orang yang sangat ia kenal di luar sana sepertinya sedang bersama dengan keluarganya. Ia kini benar-benar kaget, ia pun ijin kepada mereka ingin pergi keluar dulu. Ia ingin menyapa teman dekatnya itu di kelas, ia adalah Aidan. Ia sangat senang karena dirinya bisa bertemu dengan Aidan disini. Ia sekarang sedang bilang kepada kakaknya dan yang lain bahwa sekarang ia ingin menemui temannya dulu di luar. Mereka pun mengangguk saja. "Temen apa temen dekat apa teman rasa pacar nih?" tanya Alka tersebut. "Bang Alka apa sih ganggu aja deh. Udah lah gua mau keluar dulu." ujar Sava dan sekarang tampak terlihat Sava semakin mendekat ke arah Aidan. "Lo serius biarin Sava dekat sama Aidan, Dhit? I mean she is very kid." ujar Alka yang memang selalu merasa bahwa Sava itu masih adik kecilnya. "Dia udah gede Ka, Dia udah punya banyak bisnis. Udah lah lagi pula kita juga kenal Aidan dan keluarga Aidan juga. Tenang aja." ujar Dhito tersebut. Sementara itu sekarang Sava sudah sampai di dekat Aidan dan ia kini melihat dan memastikan, ternyata benar Aidan baru ia sekarang menyapa. "Aidan, ternyata beneran kamu hehehe." ujar Sava tersebut membuat Aidan dan keluarganya tampak melihat ke arah Sava. Aidan kini tersenyum. "Hai Sava, kamu disini juga?" tanya Aidan diangguki oleh Sava tersebut. "Wah kamu Sava ya, Putri Keluarga Admaja?" tanya Mama Aidan itu. "Iya Tante, salam kenal Tante, Om, Kak." ujar Sava dengan sangat sopan. Mereka kini tampak mengangguk dan merasa bahwa Sava ini benar-benar sopan. Mereka suka sekali dengan Sava. Sava tampak berbicara sebentar dengan Aidan hingga pada akhirnya ia pun harus kembali ke ruangannya lagi. "Kalo gitu aku balik dulu ya Aidan, Tante, Om, Kak, Sava duluan ya. Mau ke ruangan lagi sekarang hehehe." ujar Sava dan mereka mengangguk dengan senang. Kini Sava tampak pergi dari sana dan mereka melihat Sava yang pergi dengan pandangan yang tampak sangat suka dengan keberadaan dari Sava. "Aidan, Papa setuju kamu sama Sava. Dia anak yang sopan sekali, dan apalagi juga dia merupakan anak keluarga Admaja." ujar Papanya kepada Aidan tapi Aidan sekarang ini hanya tersenyum saja kepada Papanya tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN