Mayura tiba di rumah majikannya dengan tergopoh gopoh. dia sudah sangat telat. dijalan tadi majikannya sudah berulang kali menelepon dirinya, namun mayura sengaja tak mengangkat telepon itu. bukankah itu malah akan menghambat perjalanan nya. pikir nya tadi.
Dengan nafas terengah, mayura sampai dirumah majikan nya. tak membuang waktu lagi, dia lantas berlari menuju kekamar tempat biasa boss kecilnya berada.
" Alhamdulillah... sampai juga " ucap mayura seraya membungkukkan badan dengan bertumpu pada kedua dengkul kakinya, yura menormalkan nafasnya yang masih tersengal. dia terengah engah. Yura tau ini sudah sangat telat. maka dari itu dia bergegas masuk saja, tanpa memberi salam dan meminta ijin pada sang empunya rumah. namun rumah itu sangat sepi. mungkin saja majikan nya sudah berangkat, lantas dengan siapa tomy sekarang, apakah dengan bibi? batin yura.
baru saja yura memikirkan hal tersebut, tiba tiba pintu kamar tomy terbuka, menampilkan sesosok wanita paruh baya yang berseragam merah muda. otak yura berpikir keras. ini kan seragam babysitter dari yayasan, batin yura. yura mendadak panik.
ooh tidak, apa mungkin bu Ratih sudah menemukan pengganti dirinya.
yura menatap wajah wanita itu, yang saat ini tengah menggendong tomy. begitu pun wanita dihadapannya, dia juga tak lepas pandang dari tatapan yura.
" kak yura... tomy mau sama kaka " rengek tomy didalam gendongan pengasuh baru.
" sini sini sama kakak " jawab yura seraya merentangkan kedua tangan nya kehadapan tomy. tapi dengan cekatan dan dengan tatapan bengis, pengasuh baru itu menepis tangan yura. yura pun kaget. dia lantas mengaduh kesakitan.
" auuuuwww... sakit " pekik yura.
" kamu, jangan coba coba mendekati den tomy lagi. itu perintah dari ibu langsung. kalau kamu gak percaya silahkan saja hubungi bu Ratih " kata pengasuh tomy yang baru itu.
yura masih meringis kesakitan. dia mengibas ngibaskan tangannya yang memerah. wanita itu berlalu dari hadapan yura dengan masih menggendong tomy yang kini mulai menangis. yura tak bisa berbuat apa apa. mungkin bu Ratih sudah teramat kesal padanya lantaran dirinya yang sering sekali telat datang. ini memang bukan pertama kalinya.
" ada apa sih ini ribu ribut " ucap seseorang yang baru datang dari belakang. yura pun menoleh kearah itu. yura lantas tersenyum lebar. dia melihat bibi, bibi lah yang selama ini membuatnya bertahan ditempat ini. dia sudah yura anggap seperti ibu nya sendiri.
" oalah kamu to yura " kata bibi.
yura hanya mengangguk. bibi tak bicara banyak, dia hanya menggamit lengan yura dan mengajaknya pindah ke dapur, tempat dimana mereka berdua sering bersama ditengah kesibukan mereka berdua.
" duduklah " kata bibi sambil berlalu. dia ingin membuatkan yura minuman kesukaannya.
" iya bi " jawab yura.
yura menundukkan kepala. kedua tangannya menopang kepalanya yang terasa amat berat. kini yura tengah berpikir keras, dari mana lagi dia akan mendapatkan biaya tambahan untuk menyelesaikan kuliah nya serta membayar uang kos setiap bulan. uang yang kedua orang tuanya kirim setiap bulan nya sangat pas pasan. yura harus mencari tambahan sendiri agar tak merepotkan kedua orang tuanya di kampung.
" ini, minumlah... " kata bibi seraya meletakkan segelas lemon tea dihadapan yura.
yura menyambutnya dengan senyum terkembang.
" makasih bi... " ucap yura.
yura lantas menyeruput teh itu. rasanya benar benar menyegarkan. otaknya serasa melayang. sejenak yura bisa melupakan kesedihan nya.
sesaat kemudian yura kembali teringat akan masalah yang tengah dia hadapi.
" yura sedih bi, setelah ini yura akan pergi, dan entah kapan kita bisa bertemu lagi. yura pasti akan merindukan masakan dan minuman istimewa yang bibi buat, khusus buat yura " kata yura.
bibi tersenyum getir. dia pun lantas duduk di hadapan yura.
" bibi juga sudah berusaha mempertahankanmu neng " ucap bibi.
" maafkan bibi ya " lanjutnya. bibi meraih jemari yura. dia mendekap nya erat.
sebenarnya, sudah lama bu Ratih ingin mengganti yura dengan pekerja profesional dari yayasan. tetapi niatnya selalu gagal lantaran bibi berusaha mencegahnya. bibi selalu bisa meyakinkan bu Ratih, tak jarang bibi juga menggantikan tugas yura jika dia datang terlambat. juga karena tomy yang begitu lengket dengan yura.
Selama ini bibi selalu mengalah dengan menggantikan tugas yura, sementara yura masih dijalan atau jika yura ada tugas dikampus. namun kali ini tampaknya bu Ratih benar benar sudah tak bisa mentolerir kebiasaan yura lagi. selain itu dia juga bilang, bahwa nanti dia akan sering berada diluar. banyak pekerjaan yang sudah menanti nya. memang setelah melahirkan tomy, bu Ratih belum beraktivitas kembali seperti semula. kini sudah tiba saatnya dia kembali ke dunia nya lagi.
" bagaimana ini bi, yura benar benar butuh pekerjaan sampingan " ucap yura.
" gimana lagi neng. maaf bibi sudah nggak bisa bantu lagi " ucap bibi.
bibi menyuguhi yura dengan berbagai macam cemilan kesukaan nya. mungkin saja ini kali terakhir mereka bertemu.
setelah otaknya kembali jernih, yura mendadak teringat pada kartu nama yang diberikan oleh dosennya di kampus tadi. dia lantas membuka tasnya dan segera mengambil kartu nama itu.
tak berpikir panjang lagi, yura lalu mengambil ponsel dan segera menghubungi nomer yang tertera dikartu tersebut.
nut nut nut...
gagal...
yura sudah beberapa kali menghubungi kontak itu, namun selalu gagal. dia pun menyerah.
mungkin nanti bisa dihubungi lagi, batin yura. atau aku datangi aja rumahnya ya... pikir nya lagi.
yura pun berpamitan pada bibi, bibi melepas yura dengan air mata kesedihan. yura pun sedih karena sudah tak bisa bekerja kembali ditempat ini. dengan langkah lunglai dia pun keluar dari rumah tersebut. yura ingin menuju kost nya. dia harus merefresh otaknya sebelum memikirkan apa langkah yang akan dia ambil selanjutnya.
...
otak dan kaki yura seperti terpisah. otak yura memerintah pulang ke kost. tapi ternyata kakinya berjalan ke arah yang berlawanan. alhasil tubuh yura menuju jalan rumah Yudi. yura ingin sekali berbalik arah, tapi nyatanya kakinya tak bergeming. kaki itu terus berjalan menuju rumah Yudi.
yura ayolah... kamu harus segera menemui pak Yudi. kalau sampai disana pun ternyata sudah ada pengasuh untuk keponakannya bagaimana? kamu sendiri yang akan menyesal. bukankah kamu sangat butuh pekerjaan ini? batin yura mendorong dirinya untuk melanjutkan langkah kaki nya.
Akhirnya yura memantabkan diri, kaki nya pun kini berjalan dengan penuh percaya diri menuju rumah pak Yudi.
baiklah, aku akan coba. mungkin dengan pekerjaan ini, aku bisa sekaligus belajar nanti. bisa jadi pak Yudi memberikanku les gratis kan. batin yura lagi, dia tertawa dalam hati, sementara bibirnya menyunggingkan senyum dan kakinya pun menjadi ringan dalam melangkah.