The Game of Life- 3rd Our

2477 Kata
“Hai!” Sapaan itu membuat pemuda yang saat ini memakai Turtle neck hitam yang dibalut dengan coat hitam menoleh, masker berwarna senada dengan coat nya masih belum dia lepas. Dan memang sengaja tidak dia lepas lantaran takut kalau wajah nya terekspos. “Akhirnya kau datang juga” balas pemuda itu disertai senyum tipis di balik maskernya. "Bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tak saling bertukar kabar" ucap pemuda yang baru datang seraya menarik kursi untuk ia duduki. Perkenalkan, dia adalah Moon Min Jun, dan saat ini dia bertemu dengan Lee Yeon Jin. Hari ini setelah kesibukan Yeon Jin selesai, dia memutuskan untuk bertemu dengan Min Jun. Pemuda itu sudah tidak sabar ingin memberitahukan kepada Min Jun kalau dia bertemu dengan Kayana. Gadis yang akan membawa mereka kembali ke dunia aslinya. “Tumben sekali model super sibuk sepertimu ingin bertemu denganku, eh, ngomong-ngomong aku baru saja diwisuda seminggu yang lalu.” “Wah, selamat atas kelulusanmu, Min Jun. Dan memang sebaiknya kau memang harus segera lulus karena kemungkinan besar kita akan pergi dari sini.” “Pergi?” tanya Min Jun dengan heran, “Apa maksudmu dengan kata ‘pergi’?” “Aku baru saja bertemu dengan seorang gadis, dan gadis itulah yang bisa membawa kita untuk kembali ke dunia kita yang sesungguhnya" jelas Yeon Jin dengan menggebu-gebu, terlihat jelas kalau pria itu sangat bersemangat. Bagaimana tidak, sudah lima tahun lamanya Yeon Jin berada disini. Dan entah bagaimana keadaan kedua orang tuanya yang pasti sudah menganggap Yeon Jin meninggal, ah, tunggu kenapa jadi membahas masalah ini sekarang? Yang pasti, Yeon Jin rindu kampung halamannya. Juga kedua orang tuanya. “Apa kau sedang bercanda denganku, Lee Yeon Jin?” “Tidak, aku benar-benar bertemu dengan gadis itu. Gadis yang disebutkan dalam amplop coklat terakhir milikku.” Yeon Jin masih mencoba menyakinkan Min Jun yang agaknya kurang percaya atau tidak ingin percaya. “Kalau kau masih ragu, aku bisa mengajakmu untuk bertemu dengan gadis itu.” “Aku bukan hanya ragu, bahkan aku tidak percaya sama sekali dengan ucapanmu, Lee Yeon Jin.” "Baiklah, sekarang kau ikut aku, kita akan bertemu dengan gadis itu.” Min Jun menggeleng, “Maaf Yeon Jin, tapi hari ini aku ada janji dengan kekasihku, jadi aku tidak bisa pergi bersamamu.” Lee Yeon Jin mendesah kecewa, kenapa Min Jun sepertinya tidak senang dengan berita ini. Apakah dia tidak ingin kembali ke dunia aslinya dan lebih senang berada di dunia fantasi ini? Ah, Yeon Jin tau. Min Jun pernah bercerita kepadanya kalau di dunia nyata dia tidak bahagia. Dia tertekan karena kedua orang tuanya terus memaksa dia untuk belajar dan belajar supaya bisa mengubah nasib ekonomi keluarga. Tapi Min Jun juga muak kalau harus terus menerus belajar, dia juga ingin seperti teman-temannya, bermain dan bersenang-senang. Dan disini, Min Jun mendapatkan keluarga yang hangat. Dia begitu dicintai. Yeon Jin paham sekarang. “Kekasih? Sejak kapan kau punya kekasih?” “Belum lama ini, aku pernah menyukai seorang gadis. Tapi dia pergi begitu saja, disitu aku merasa sangat kecewa, dan gadis yang selama ini menjadi sahabatku lah yang selalu ada. Sampai pada akhirnya kita pacaran.” “Tunggu, jangan bilang kekasihmu adalah Herrin?” Min Jun terkekeh, “Yap, benar sekali.” “Wah, untuk yang kedua kalinya aku ucapkan selamat untukmu, dia sangat cantik bukan?” Min Jun mengangguk dengan semangat, tentu dia senang saat pacarnya mendapatkan pujian. Tapi tak lama Min Jun berdehem, memudarkan senyumannya. “Yeon Jin-a, maaf sebelumnya. Aku membaca berita yang dipublikasikan kemarin tentang skandal mu. Dan jujur saja, aku kaget mendengarnya.” Yeon Jin mengulum senyum tipis di balik maskernya, dia ingin sekali memberitahukan kebenaran dari cerita aslinya, tapi dia tidak bisa. Dia tidak bisa mengacaukan rencana perusahaan yang sudah disusun matang-matang. "Siapa gadis itu? Namanya tidak disebutkan. Padahal aku penasaran" “Yah, aku juga pemuda normal. Bisa merasakan cinta, dan punya keinginan untuk menjalin sebuah hubungan. Dan ya, aku yang meminta mereka untuk menyembunyikan identitas kekasihku itu” “Lantas, kenapa kau begitu bersemangat untuk kembali ke dunia nyata? Bukankah disini hidupmu sudah menyenangkan? Kau terkenal, kau punya kekasih dan tentu saja kau pasti bahagia. Bukankah tujuanmu datang kesini untuk mencari kebahagiaan?” “Memang, tapi aku selalu merasa ini tidak nyata. Dan juga aku rindu dengan kedua orang tuaku, meskipun hubunganku dengan mereka tidak begitu baik” Obrolan mereka tak bisa bertahan lama-lama karena memang Min Jun harus segera pergi, dia hari ini ada janji untuk makan malam dengan kekasihnya. Setelah mengucapkan kata perpisahan dan berjanji untuk bertemu kembali dan berkunjung ke tempat Kayana. Yeon Jin hanya bisa menatap kepergian Min Jun dalam diam. Dia mengetuk-ngetukan jari telunjuknya diatas meja. “Akan susah kalau dia menolak untuk kembali.” Ponsel Yeon Jin bergetar, sebuah nama terpampang disana. “Ada apa?” “Kesibukanku baru akan selesai pukul sepuluh malam.” “Tidak masalah, aku akan ke rumahmu setelah jadwal mu selesai.” “Baiklah.” Sambungan telepon terputus, Yeon Jin memasukan kembali ponselnya ke dalam saku coat. Kalau boleh jujur, malam ini dia lelah dan ingin segera istirahat lantaran sudah seharian bekerja sangat keras, meski sebagian pekerjaannya ditunda tapi dia tetap punya pekerjaan lainnya yang mengharuskannya untuk melakukan pemotretan. Yeon Jin berjalan keluar dari tempat pertemuan itu, dan tiba-tiba saja dia kepikiran dengan Kayana. Lagipula, dia juga harus membicarakan sesuatu dengan gadis itu. Juga, dia belum mengecek keadaan Kayana setelah berita itu dipublikasikan. Beranjak dari tempatnya, Yeon Jin akan menuju ke rumah Kayana malam ini. Sungguh hari yang begitu melelahkan. (^_^)(^_^) Boom! Boom! Splash! Kayana menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, sudah dua ronde dia dikalahkan oleh Ae Ri. Gadis berambut bob itu tertawa setan di samping Kayana. “Hahaha, rasakan! Kau harus mentraktirku setelah ini, Kay.” Di tempatnya Kayana tidak merespon, dia terus mencoba menyerang, berpikir optimis kalau di ronde ketiga ini dia bisa mengalahkan Ae Ri. Mungkin karena tekad gadis itu untuk menjadi pemenang meski hanya sekali saja, perlahan-lahan dia mulai bisa mengembalikan serangan Ae Ri. “Ya! Apa yang kau lakukan?!” Pekik Ae Ri tak terima, dia mencoba bertahan agar tidak kalah. Tapi karena kesombongan gadis itu tadi, tuhan tak menyukainya, hingga di detik-detik terakhir Ae Ri sudah menyerah dan Kayana sebentar lagi akan memenangkan permainan. Namun,.. Bel rumah berbunyi membuat Kayana spontan membanting ponselnya. “Aaaaaa!!!” dia menjerit tak terima lantaran waktu sudah habis dan dia belum membunuh pasukan Ae Ri, semuanya. Karena rasa kesal itulah, Kayana akhirnya menjatuhkan tubuhnya di sofa, dia merosot lemas. “Biar aku yang membuka pintunya” sahut Ae Ri berinisiatif. Kayana memejamkan mata, mencoba meredam rasa kesalnya karena tidak jadi menang melawan Ae Ri tadi. Suara sandal beradu dengan lantai membuat atensi Kayana tercuri. Tak lama suara Ae Ri kembali terdengar. “Kay, ada kekasihmu di depan.” Diam. Kayana masih belum merespon apapun. Kekasih? Maksudnya Lee Yeon Jin??? Dengan segera Kayana bangun dari posisinya, dia menatap Ae Ri sebari menyipitkan matanya. “Jangan berbohong, Ae Ri. Aku tidak pernah suka dengan kebohonganmu” Ae Ri memutar bola matanya lelah, itu adalah kata-kata yang Kayana kutip dari drama Korea yang kemarin mereka tonton bersama. “Aku tidak berbohong, memang benar ada Lee Yeon Jin. Dia menunggumu didepan.” Ae Ri bukan penggemar Yeon Jin, dan dia juga bukan netizen alay saat melihat artis langsung ingin meminta photo. Buktinya, melihat Lee Yeon Jin datang kerumah nya Ae Ri biasa saja. Dia menganggap Lee Yeon Jin adalah orang biasa yang tengah bertamu dirumahnya. “Kau temui saja dia, Kayana. Aku akan membuatkannya minum—eh, tapi,.. apa minuman yang diminum para artis? Wine? Kalau itu, aku tidak punya.” Kayana hanya menggelengkan kepalanya. “Ambilkan saja dia air putih.” Jawab gadis itu, dia melenggang ke depan untuk menemui Yeon Jin. Di depan rumah mereka ada halaman yang tidak terlalu luas. Disana terdapat beberapa tanaman yang diterangi lampu taman mengelilingi pinggirannya, dan juga beberapa kursi serta meja untuk bersantai. Yeon Jin duduk di salah satu kursi itu menghadap ke arah depan. Menikmati suasana tenang yang jarang sekali dia dapatkan. Deheman Kayana membuat Yeon Jin menoleh. Dia tersenyum tipis. “Maaf karena sudah mengganggumu malam-malam, Kayana" “Tidak masalah” Kayana duduk di salah satu kursi yang tersisa, “Aku sudah melihat berita yang dirilis kemarin. Meski banyak yang berkomentar buruk, setidaknya masih ada beberapa orang yang mendukungmu.” “Ah, benarkah? Aku tidak tahu. Manajer Lim melarangku membuka sosial media selama skandal ini masih terus diberitakan. Juga, mereka baru memperbolehkanku membuka sosial media setelah namaku kembali bersih untuk menjaga mental ku agar tidak breakdown." Jawab Yeon Jin santai. Tapi jawaban itu justru membuat hati Kayana berdenyut nyeri. Perusahaan hanya melindungi Yeon Jin, sementara dia? Harus menelan komentar buruk para netizen sendirian. Tak apa, Kay. Tak apa, ini semua demi idolamu. “Kau baik-baik saja, 'kan?” tanya Yeon Jin memastikan, pasalnya Kayana sedari tadi hanya diam saja. “Kau tidak perlu merasa khawatir karena besok berita baru akan segera di publikasikan. Saya sudah membicarakan nya dengan Manajer Lim, dan dia setuju kalau berita putusnya hubungan ini karena kau yang tiba-tiba menghilang." "Eh?" Kayana kaget, tapi tak lama raut wajahnya berubah normal kembali. Tenang, Kay. Ini hanya dunia fantasi yang bisa di setting oleh cermin itu sesukanya. Tidak perlu kaget okay? “Besok ya..” gumam Kayana, besok. Besok juga dia akan kembali ke dunia aslinya, dan mungkin hilangnya dia merupakan alasan yang cukup masuk akal untuk mengakhiri sebuah hubungan. “Oh iya, ada yang ingin aku tanyakan kepadamu" "Tanyakan saja, aku akan menjawabnya" Yeon Jin terdiam, dia memikirkan kembali sebelum bertanya. Tapi, rasa penasarannya sudah di ujung tanduk membuat Yeon Jin harus bertanya sekarang. Atau dia tidak akan bisa tidur nantinya. “Emm, apakah kau warga negara Korea asli?" Kayana tersenyum tipis dan menggeleng, “Tidak" “Lantas?” “Aku dari Indonesia.” Tidak salah lagi, Kayana adalah gadis itu! Chip di belakang tengkuk Kayana kembali berkedip membuat netra Yeon Jin jadi terfokus pada cahaya itu lagi. Tanpa sadar pemuda itu kembali mendekatkan wajahnya ke leher Kayana, entah kenapa cahaya itu seperti magnet yang bisa menariknya. “Kau mulai lagi, apa yang kau lakukan??” tanya Kayana sebari terus menjauhkan wajahnya dari wajah Yeon Jin yang perlahan merangsek mendekatinya. Tapi pemuda itu seperti tak mau melepaskan incaranya, semakin Kayana menjauh maka Yeon Jin akan terus mendekatinya. “Kayana..” bisik Yeon Jin terdengar sangat aneh di telinga Kayana, dia kembali merasakan bulu kuduknya meremang. Ditambah udara dingin yang menyapu lehernya beradu dengan deru nafas Yeon Jin yang hangat. “Kau mau menolongku,'kan?" “To-tolong ap--" “Kayana!” gadis itu menoleh dan spontan Yeon Jin menjauhkan wajahnya dari leher Kayana, Chip itu sudah tak berkedip lagi, Ae Ri datang dengan segelas teh hangat. Yakali, Artis akan dikasih minum air putih saja. “Ah, maaf sepertinya aku mengganggu kalian. Aku hanya ingin mengantarkan minuman.” “Terima kasih, Ae Ri” terima kasih karena kau sudah menyelamatkanku dari pemuda yang ada di sampingku ini lanjut Kayana dalam hati. “Sama-sama, kalau begitu kalian lanjutkan saja. Aku akan masuk ke dalam dulu” Ae Ri langsung melesat masuk ke dalam rumah kembali. Di lihat dari raut wajah Kayana dan Yeon Jin sepertinya mereka tengah membicarakan sesuatu hal yang serius. Juga,.. saat dia melihat kejadian tadi.. “Oh my, oh my! Apakah aku mengacaukan segalanya? Apakah aku mengacaukan acara kissing teman baikku sendiri? Ah, sepertinya aku teman yang buruk.” Pada akhirnya Ae Ri menyalahkan dirinya sendiri. Kembali ke Kayana dan Yeon Jin, mereka berdua di selimuti rasa canggung. Setelah beberapa menit terlewati tanpa sepatah kata apapun akhirnya Kayana memutuskan untuk membuka suara terlebih dahulu. “Maaf kalau aku kurang sopan, tapi aku penasaran, kenapa setiap kali kau bersamaku kau selalu melihat ke arah tengkukku? Juga sikapmu jadi semakin aneh, aku tidak ingin berpikiran macam-macam" Uh.Oh. “Bukan apa-apa. Maaf, aku hanya.. aku hanya..” Lee Yeon Jin tidak meneruskan ucapannya, justru dia langsung mengalihkan topik pembicaraan. "Kayana, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat untuk bertemu dengan seseorang besok" "Aku tidak salah dengar? Memangnya tidak apa-apa kalau kita akan pergi berdua?" Yeon Jin mengangguk, "Tidak masalah, karena ini penting sekali. Aku ingin mengenalkanmu pada temanku" “Teman?” “Ya” “Tapi untuk apa? Bukankah besok putusnya hubungan kita—eh, maksudku hubungan ini akan di publish? Jadi, untuk apa?” Yeon Jin segera menggeleng, “Bukan, pertemuan ini tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan. Ini tentang masalah pribadi, aku tidak bisa mengatakannya sekarang.” “Oh, baiklah kalau begitu.” Eh, tapi besok dia harus kembali ke Indonesia kan? Kayana hendak menarik kata ‘baiklah’ nya, tapi terlambat karena Yeon Jin sudah berdiri dan langsung berpamitan. Untuk menghargai Ae Ri, dia meneguk habis minumannya, emh, jujur, ini teh terburuk yang pernah dia minum. Rasanya terlalu,.. entahlah. Meski begitu, Yeon Jin tak ingin membuat Kayana tau. Pada akhirnya, dia menelan teh itu dengan keterpaksaan. “Aku akan pergi sekarang, terima kasih atas waktunya" “Tapi—“ “Besok aku akan menghubungimu setelah berita itu di rilis” Yeon Jin pergi, tapi baru beberapa langkah dia berhenti kembali. Menoleh menatap Kayana, “Satu lagi, sebelum berita baru dirilis jangan mengunjungi sosial media. Ini semua demi kebaikanmu sendiri, sampai jumpa lagi.” Kayana terdiam di tempatnya. Ini dia Lee Yeon Jin, idolanya. Seseorang yang begitu menyayangi Jinners, Kayana merasa dia mendapatkan perasaannya kembali sebagai seorang fans lagi. Tak sadar gadis itu tersenyum, “AE RIII!!!” Kayana berlari masuk ke dalam rumah, dia bahagia hanya karena perhatian kecil yang diberikan oleh Yeon Jin kepadanya. Dan baru sekarang, Kayana merasa di perhatikan kembali oleh Yeon Jin, idolanya. Ae Ri yang tengah santai menonton televisi kaget ketika mendengar pekikan Kayana, gadis itu melotot, tapi Kayana tak peduli. Dia langsung menjatuhkan bokongnya tepat disamping Ae Ri, menatap ke arah atap sembari senyum. “Ah, Ae Ri-a, sepertinya berkencan dengan Lee Yeon Jin sudah ditakdirkan untukku” “Apa kau baru menyadarinya, Kayana?” Kayana mengangguk polos, “Sedari kemarin, aku terus saja meratapi nasib karena komentar buruk yang dilayangkan untukku dan dia. Tapi sekarang, aku baru menyadarinya kalau kejadian ini tidak sepenuhnya buruk” “Baguslah kalau kau sadar,” Ae Ri mengalihkan tatapannya pada Kayana. "Eh, apa kau dan dia tadi melakukan, ehm, kiss?? kiss kiss??" "Ya! Itu tidak mungkin" sela Kayana begitu cepat, wajahnya merah merona. Ae Ri ingin melanjutkan menggoda Kayana, tapi tidak jadi. “Oh iya, besok aku harus pulang kerumah Amma” Kayana tersenyum tipis, mengangguk. “Berapa lama?” “Hanya untuk beberapa hari, kau jangan rindu.” “Tidak akan.” Keduanya sama-sama tergelak. Kayana bahagia, dia melupakan kesedihan yang sempat melandanya kemarin. Korea memang tempat yang paling menyenangkan untuk sosok Kayana, dan karena rasa bahagianya itulah dia ingin terus datang kemari. Tak apa jika Kayana harus bertemu orang yang berbeda-beda, asalkan dia mendapatkan kebahagiaan. Kayana juga tak peduli kalau ini hanya sekedar dunia fantasi. Hari sudah larut, Kayana dan Ae Ri akan pergi tidur sekarang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN