Destiny of Life-DJ 2nd Our

2545 Kata
-Author Pov- Mimpi buruk itu lagi.. Daniel terbangun dari tidur panjangnya, kepalanya terasa sangat berat, perutnya mual ditambah dengan badannya yang rasanya habis di keroyok oleh masa. Argh! Mual itu semakin menyiksa, Daniel berlari menuju kamar mandi, dia langsung muntah-muntah disana. Banyak cairan yang keluar dari mulut Daniel, pemuda berusia 24 tahun itu mengusap bibirnya menggunakan punggung tangan. Memejamkan matanya, mencoba merasakan denyutan di kepala yang teramat sangat memusingkan. Gemericik air terdengar, Daniel membuka kembali matanya, pemuda itu membasuh wajah agar terlihat lebih segar. “Fyuh..” helaan nafas terdengar, Daniel sekali lagi membasuh wajahnya. Dia merasakan tubuhnya panas, kemungkinan Daniel demam. Setelah selesai dia berjalan keluar kamar mandi, melangkahkan kaki menuju ranjangnya kembali. Entah pukul berapa sekarang, Daniel tidak peduli. Getaran ponsel membuat atensi Daniel teralihkan, pemuda itu menatap nama yang terpampang di layarnya ‘Cassandra’ Daniel menempelkan benda pipih itu ditelinganya, suara gadis yang sangat ia kenali langsung terdengar. “Good morning, Daniel.” “Yeah, morning. Ada apa, Cass?” Di seberang Cass terkekeh. “Hanya ingin memastikan kalau kau baik-baik saja, Daniel.” “Memangnya aku kenapa?” “Kau tidak ingat??” tanya Cas tidak percaya, “Hey, semalam kau tumbang. Aku yang membawamu pulang dari club itu, dan semalam aku juga datang kerumahmu bersama dengan kedua orang tuaku.” Kerutan di kening Daniel perlahan tampak, satu persatu pertanyaan muncul dibenaknya. “Tapi untuk apa, Cass??” “Aku akan memberitahumu sesuatu Daniel. Pertama, kepulanganku ke Amerika karena aku akan dijodohkan. Kedua, sebenarnya semalam acara perjodohan itu dilangsungkan tapi karena pemuda yang hendak dijodohkan denganku sedang mabuk berat akhirnya kedatangan kami hanya sebuah kunjungan biasa.” Tunggu, semua ucapan Cassandra masih belum bisa dipahami oleh Daniel, semuanya terlalu mengambang sekarang. “Cassandra, bisakah kau mempersingkat penjelasan tadi? Dengan siapa sebenarnya kau akan di jodohkan?” Cassandra tertawa sebelum menjawab, “Tentu saja denganmu, Daniel.” Duar! Pikiran Daniel langsung blank, kepalanya yang tadi pusing kini semakin pusing. Jadi, gadis yang dimaksud oleh kedua orang tuanya itu adalah Cassandra?? Perasaan Daniel tak bisa dijelaskan lagi sekarang, yang pasti dia syok, bukan hanya itu, bahkan sekarang Daniel merasa seluruh organ tubuhnya tak dapat menerima perintah dari otaknya sama sekali. Bahkan Cassandra yang dari tadi terus memanggilnya pun dia abaikan sampai sambungan telepon itu terputus. Benda pipih yang ada di genggaman tangan Daniel luruh begitu saja, jatuh di atas ranjangnya. “Tidak mungkin, tidak mungkin gadis itu adalah Cas” Daniel menggumam, sekarang hanya ada satu nama yang langsung muncul di pikiran Daniel, Kayana. Kalau menyangkut Kayana otak Daniel langsung cepat merespon, segera berdiri dan menyambar ponsel serta kunci motornya Daniel langsung berlari ke bawah, dia akan menemui Kayana sekarang dan kalau bisa Daniel akan menikahi gadis itu hari ini juga sebelum perjodohannya benar-benar terjadi. Mungkin dulu Daniel begitu menyayangi Cassandra, tapi sekarang? Seluruh hati Daniel sudah tertambat pada Kayana. Sebaik dan secantik apapun seorang Cas tidak akan pernah menggoyahkan hati Daniel kembali. Tapi, itu hanya akan terjadi saat masih ada Kayana disampingnya, beda cerita kalau.. “Daniel!” Teriakan Mommy Seo diabaikan begitu saja oleh Daniel. “Daniel! Mau kemana kamu! Hei, kembali!” anggap saja angin berlalu, batin Daniel saat Mommynya terus saja berteriak memanggil dan menyuruhnya untuk kembali. Lagipula, dia mendadak ingin marah kepada Mommy, kenapa tidak memberitahu Daniel tentang perjodohan ini dari awal? Kan, kalau dikasih tau Daniel akan menunggu Cass kembali dulu, sebelum dia bertemu dengan Kayana. Tak butuh waktu lama kendaraan Daniel sudah bergabung dengan kendaraan-kendaraan lain di jalanan, kecepatan motor pemuda itu tidak bisa dikatakan normal karena dia memacu kendaraannya dengan sangat cepat agar bisa sampai di apartemen Kayana dalam waktu sesingkat mungkin. Keinginan Daniel terpenuhi, tak butuh waktu lama motornya sudah sampai di parkiran apartemen, melepaskan helm dan langsung berlari masuk. Saat hendak masuk ke dalam lift ternyata lift nya masih merangkak naik ke lantai 5, butuh waktu lama sampai lift itu kembali turun, sebenarnya tidak lama juga, tapi karena Daniel cemas dia jadi tidak sabaran. Karena ketidak sabarannya itulah akhirnya Daniel memutuskan berlari menuju tangga sampai di kamar Kayana yang terletak di lantai 6, pusing yang tadi dirasakan oleh Daniel sudah hilang, sekarang berganti dengan keringat yang mulai membasahi pelipisnya. Daniel terus berlari menaiki satu persatu anak tangga, “Aku berharap Kayana tidak akan pernah tau tentang semua ini" gumam Daniel penuh permohonan. Berhenti sejenak untuk mengatur nafas, Daniel mengelap peluh yang membasahi pelipisnya. Dia bahkan melupakan tubuhnya yang seharusnya butuh banyak istirahat. “Tunggu aku, Kay.” perjuangan Daniel untuk Kayana tidak bisa dikatakan main-main, dia benar-benar serius ingin menikahi gadis itu. Akhirnya Daniel sampai didepan kamar Kayana, menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Jemari Daniel menekan password kamar, lampu merah menyala, “Salah?” beo Daniel bingung, dia mencoba sekali lagi dengan kombinasi angka yang sama, lagi-lagi lampu menyala merah. Tak menyerah, kali ini Daniel mengganti kombinasi angkanya sesuai dengan tanggal lahir Kayana, kali ini pemuda itu menaruh harapan besar. Merah lagi. “Arrghh!!” Daniel menendang ke udara, kedua tangannya meremas rambut. Tiba-tiba saja pintu terbuka, Daniel spontan menoleh dan menemukan seseorang. Bukan Kayana, melainkan Cassandra. Kok bisa?? “Daniel?” “Cass?” (^_^)(^_^) Kedua manusia berjenis kelamin berbeda itu saling diam, Cass dengan segelas wine di tangannya hanya menatap pemuda yang ada di sampingnya dengan tatapan penuh tanda tanya. Tadi, dia diberitahu oleh resepsionis kalau didepan kamar tengah ada seseorang yang sedang mencoba memasukan password, tapi selalu salah selama 3x percobaan. Karena takut ada orang yang hendak menerobos kamarnya akhirnya Cass keluar, dia ingin meminta bantuan, tapi saat melihat siapa orang itu Cass langsung mengurungkan niatnya. “Apa yang kau lakukan tadi, Daniel?” tanya Cass penasaran. “Kau bisa menekan bel jika ingin menemuiku atau paling tidak kau bisa menelponku.” “Aku kesini bukan untuk menemuimu, Cass” jawab Daniel jujur, dia menoleh ke samping dan menemukan wajah Cass yang masih dengan raut kebingungan. “Tempat ini, tempat ini adalah tempat milik Kayana. Aku juga tidak tau kenapa justru kau yang ada disini sekarang.” Cass tak langsung menjawab, dia memikirkan sejenak kata apa yang hendak ia lontarkan sekarang. “Daniel, aku juga tinggal di Apartemen ini. Hanya saja, kemarin ada insiden kecil di kamarku, jadi aku memutuskan untuk pindah tempat” Tidak heran Cass bisa pindah pindah sesuka hatinya, dia punya banyak uang dan keluarga yang kaya raya. Bahkan jika Cass ingin membeli Apartemen ini, sepertinya dia bisa. Dan, ini sebenarnya rahasia.. “Apartemen ini milik keluargaku Daniel” kan, bahkan keluarganya yang memiliki tempat ini. “Apa kau pernah bertemu dengan Kayana selama tinggal disini, Cass?” Dengan berat hati Cassandra menggeleng. “Bahkan saat aku pindah, tempat ini sudah kosong, Daniel.” Sekarang dimana Kayana berada? Kenapa gadis itu pergi tanpa berpamitan dengan dia? Apa yang harus Daniel lakukan sekarang? Daniel tidak ingin kehilangan Kayana, dia akan mencari gadis itu sekarang! Daniel berdiri, saat hendak pergi lengan nya di tahan oleh Cass, sejenak, mereka berdua saling bertatapan. “Aku harus pergi, Cass, aku harus mencari Kayana.” Cassandra mengeluh dalam hati saat menatap sorot mata penuh kekhawatiran yang terpancar dari netra Daniel, sepertinya pria itu memang tulus mencintai Kayana, pikir Cass. Gadis itu menggeleng. “Tidak Daniel, dia sudah pergi.” “Apa yang kau katakan, Cass?” Cassandra menelan silva nya, dia menunduk menghindari tatapan Daniel yang begitu mengintimidasinya. “Aku punya sedikit cerita, tentang Kayana sebelum dia memutuskan untuk pergi.” Flashback on! Setelah kejadian di depan rumah Daniel, Kayana memutuskan untuk langsung pergi tanpa meminta penjelasan dari mereka berdua. Dia sudah terlalu kecewa, saat itu Kayana ingin langsung kembali ke dunia nyata saja. Berlari dan terus berlari, Kayana tidak tau arah dan tujuannya hendak kemana sekarang. Dia tidak hafal jalanan Chicago. Sebuah Porsche hitam berhenti tepat di samping Kayana, pengemudinya langsung turun. “Kayana, stop.” Kay menatap Cassandra yang ada didepannya. Dia benar-benar menghentikan laju langkahnya. “Ada apa?” Entah sejak kapan suara Kayana yang biasanya lembut kini jadi datar dan terkesan dingin. “Aku tidak tau apa yang sedang kau pikirkan sekarang, tapi aku hanya ingin mengatakan kalau perjodohan antara aku dan Daniel sudah direncanakan sejak lama. Bahkan sebelum aku kenal dengan Daniel, kita berdua tidak tau apa-apa awalnya, sampai pada tiga bulan yang lalu, aku diberitahu oleh kedua orang tuaku kalau aku akan dijodohkan dan itu dengan Daniel.” Gadis yang lebih pendek dari Cassandra itu tidak tau harus menjawab seperti apa. Sementara ditempatnya berdiri Cass tengah menunggu timbal balik dari Kayana, sebagai sesama perempuan Cass juga tidak ingin menyakiti Kayana. “Setelah kau berpisah dengan Daniel, apa kau masih menyimpan rasa untuk dia?” Cass mengangguk, dia tak bisa membohongi perasaannya sendiri. Kayana tersenyum meski sangat tipis. “Kalau begitu, kembalilah bersama Daniel. Jaga dan sayangi dia, bahkan jika aku ingin aku tidak akan bisa bersama dengan Daniel sampai kapanpun karena setelah ini aku akan pergi.” “Pergi?” Kayana mengangguk. “Sampaikan terima kasihku kepada Daniel, Cassandra.” Flashback off! Setelah selesai bercerita Cassandra bangkit dari tempatnya duduk, dia masuk ke dalam kamar meninggalkan Daniel yang masih mematung di tempatnya, cerita Cassandra tadi masih berputar-putar di kepala Daniel. Tapi tak lama Cas kembali dengan sebuah amplop di tangannya. “Ini dari Kayana” Daniel menerima amplop itu, mengeluarkan isinya. Hai, Daniel.. Bagimu, pertemuan ini cukup lama. Tapi bagiku, pertemuan ini sangat singkat. Aku bahagia Daniel, meski bersamamu hanya sesaat dan tidak banyak kenangan yang bisa kita buat, tapi sungguh, aku bahagia. Di cintai oleh seseorang dengan begitu tulus membuatku perlahan mempercayai apa itu cinta yang sesungguhnya. Daniel, kau pantas mendapatkan pendamping hidup yang lebih baik daripada aku, Cassandra. Dia gadis yang baik Daniel. Saat aku mengatakan tidak suka dengan Cass, bukan berarti dia gadis yang buruk, 'kan? Aku mengatakan itu karena aku cemburu. Tapi sekarang, aku rela Daniel. Berbahagialah dengan dia. Pertemuan akan selalu berujung perpisahan bukan? Dan itulah yang sekarang terjadi pada kita. Aku tidak tau kapan kita akan bertemu lagi, tapi.. aku pasti merindukanmu Daniel. Sampai jumpa!! -Kay Tak tau harus beraksi seperti apa, Daniel benar-benar kehilangan akal sehatnya. Cassandra yang tau kondisi Daniel pun langsung memeluk pemuda tampan itu, mengusap punggung Daniel dengan lembut. “Kalau ini yang terbaik untuk Kayana, maka biarkan dia pergi Daniel.” (^_^)(^_^) Semenjak kejadian hari itu perangai Daniel berubah total, dia jadi lebih pendiam dan sering menghabiskan waktu dikamar. Bahkan sekarang Daniel sudah resign dari tempatnya bekerja, dia terlalu malas untuk menjadi DJ di club itu lagi, alasannya simple, karena tempat itulah yang mempertemukan dia dengan Kayana. Bukan hanya itu, semenjak Kayana pergi Daniel tidak lagi pergi ke club manapun. Bahkan saat Cass mengajaknya, Daniel selalu menolak lantaran semua hal yang berhubungan club mengingatkan dia dengan gadis mungil yang punya senyum semanis madu. Sudah satu minggu sejak Kayana pergi, perjodohan nya dengan Cassandra akan dilakukan tepat malam nanti. Daniel sudah tidak terlalu peduli, mau menikah dengan siapapun dia pasrah. Hatinya masih tertambat penuh pada sosok Kayana, dimana gadis itu sekarang? Ketukan pintu membuat atensi Daniel yang semula terfokus pada jendela kini berpindah, menatap seseorang yang berdiri diambang pintu. “Cass” panggil Daniel dengan suara pelan. Cassandra hampir setiap hari datang kerumah Daniel, dia tau kalau pemuda itu butuh sandaran dan teman cerita. Tapi sampai sekarang, Daniel pun tidak pernah mau membuka mulutnya sama sekali. Dia terlalu enggan untuk membagi sesaknya dengan semua orang. “Mau sampai kapan kau akan terus seperti ini Daniel?” “Rasanya hambar, Cass. Kepergian Kayana seakan turut serta membawa semua keceriaanku. Aku benar-benar merindukan dia.” Daniel tidak pernah bisa berbohong kalau soal perasaan, meski itu didepan calon tunangannya sekalipun. Gadis yang saat ini memakai celana jeans dan kaos hitam berlengan panjang itu berjalan mendekat, duduk di samping Daniel. “Aku ingin jalan-jalan, kau mau menemani?” tanya dia, meski sering kena tolakan tapi Cas tidak pernah menyerah, Cas rasa Daniel butuh udara segar sekarang. Tanpa membantah Daniel langsung berdiri, Cass bukan mengajaknya ke club, jadi tidak ada salahnya kalau sekarang Daniel menyetujui ajakan gadis itu. Sebelum keluar dengan perhatian Cassandra memakaikan coat di badan Daniel agar pemuda itu tidak kedinginan. “Kau tau Daniel, baik dulu sampai sekarang, perasaanku kepadamu masih belum berubah. Aku tetap mencintaimu seperti dulu. Meskipun sekarang aku tau cintamu bukan lagi untuk ku.” Daniel sebenarnya ingin menjawab ucapan itu, tapi dia terlalu malas membahas masalah hati. Biarlah semua mengalir begitu saja, Daniel tidak akan memberontak lagi. Cassandra menggandeng lengan Daniel menuruni anak tangga, dibawah ada Mama Daniel. “Kalian mau kemana?” “Mencari udara segar. Sepertinya Daniel membutuhkannya agar tidak jenuh” jawab gadis cantik berhidung mancung itu. Mommy Seo tersenyum bahagia, “Yasudah, kalian hati-hati ya.” “Yes, Mom" Kaki Daniel mulai melangkah tapi netranya masih belum bisa lepas dari wajah Mommy nya, entah kenapa Daniel merasa kecewa. Seandainya dulu Mommy nya segera merestui hubungannya dengan Kayana, pasti sekarang gadis itu tidak akan pergi. Atau paling tidak, dia memberitahu Daniel sejak awal agar semua kejadian ini tidak akan pernah terjadi. “Kenapa Mommy begitu egois” gumam Daniel. “Not just your mom, Daniel. Everyone has an ego, and they can use that ego whenever she want” sahut Cassandra, dia melepaskan gandengan tangannya, langsung berjalan menuju sisi mobil dan membuka pintunya. “Sebaiknya kita cepat, Daniel.” Daniel hanya mengangguk, dia tak membantah lagi. Mobil yang mereka kendarai meluncur ke jalanan, “Kau ingin pergi kemana?” tanya Daniel tanpa mengalihkan tatapannya. Cassandra pun sama, dia masih menatap lurus kedepan. “Kampus.” “Kau ada perlu disana?” Gelengan kepala sebagai jawaban Cassandra. “Aku hanya ingin mengulang masa lalu, Daniel. Dimana kita bisa tertawa bersama, tidak seperti sekarang. Aku tau, meski tubuh kita dekat tapi hati kita semakin jauh Daniel. Dan aku ingin mengulang semuanya lagi.” Tak ada pembicaraan di antara mereka lagi, Daniel menambah kecepatan mobilnya. Butuh waktu sekitar 45 menit, barulah kendaraan roda empat itu memasuki pelataran kampus. Setelah berhenti Cassandra langsung turun, menatap gedung-gedung fakultas yang berjajar. Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. “Daniel, apa kau ingat di depan air mancur itu kau menyatakan cinta kepadaku.” Daniel yang baru saja keluar otomatis langsung menoleh ke arah air mancur, tanpa di komando, kenangan beberapa tahun lalu langsung berputar seperti sebuah kaset di otaknya. Daniel ingat, dimana dia merasa tidak percaya diri saat menyatakan cinta kepada Cassandra. “Aku ingin pergi ke taman, Daniel. Tempat dimana dulu kita sering menghabiskan waktu berdua, berbaring ditemani buku-buku tugas disana.” Lagi-lagi tanpa perlawanan Daniel mengikuti langkah kaki Cassandra, mereka berjalan beriringan. Suasana dan udara kampus membuat Daniel rindu akan teman-temannya dan kenangan yang pernah dia ciptakan bersama Cass di tempat ini. Kedua anak manusia itu sampai di taman, Cassandra dengan senyum lebar berlari kecil dan berhenti diatas rerumputan. Tanpa takut kotor sama sekali gadis itu merebahkan tubuhnya dengan kedua telapak tangan yang digunakan sebagai bantalan. Daniel mengikuti Cassandra, dia juga membaringkan tubuh. Langit biru, angin semilir, dengan daun pohon yang menghalangi cahaya matahari membuat mereka benar-benar merasakan déjà vu. “Aku selalu suka suasana ini Daniel. Tapi aku lebih suka saat menikmati suasana ini denganmu.” Daniel menoleh ke samping, menatap wajah Cassandra dari tempatnya. “Apakah kau yakin denganku, Cass? Maksudku, apa kamu yakin ingin bersamaku?” “Aku tidak pernah seyakin ini sebelumnya Daniel, mari kita berjalan bersama di masa depan. Aku mencintaimu Daniel, sungguh.” Cass tersenyum begitu tulus.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN