Fansign Accident-3rd Our

2480 Kata
-Korea- Sudah lebih dari empat puluh lima menit Kayana berdiri, menunggu kapan giliran dia tiba. Dia tidak boleh menggerutu lantaran kesempatan bertemu dengan model majalah papan atas Korea seperti ini tidaklah mudah. Apalagi untuk mendapatkan undangan fansign itu tidak mudah, tidak semua orang bisa datang dan bertemu idola mereka. Berjuang sedikit saja seharusnya tidak jadi masalah untuk gadis yang saat ini memakai atasan off shoulder floral dipadukan dengan jeans putih itu. Tinggal beberapa orang lagi, dan dia akhirnya bisa bertemu dengan sosok itu, sosok yang dia kagumi sejak beberapa tahun terakhir. Gadis itu adalah Kayana, dia sudah menunggu lama sekali untuk acara semacam ini. Antusiasme orang-orang dari berbagai kalangan sangat tinggi, meskipun mereka tidak mendapatkan tiket untuk ikut fansign tapi mereka tetap datang hanya untuk memotret Lee Yeon Jin dari jarak jauh, kalau dari jarak dekat tidak diperbolehkan. Fansign ini akan berakhir beberapa menit lagi, Kayana tidak akan telat dan dia sudah pasti akan mendapatkan giliran, asalkan gadis itu tidak keluar dari barisan saja. “Ayo dong, please, please..” Meski begitu, Kayana tak bisa menahan untuk tidak tegang. Karena ketegangan itu, tiba-tiba saja tubuhnya merespon berlebihan. “Sial, kebelet pipis!” kalau sudah begini hanya ada dua pilihan. Tetap bertahan dengan resiko akan mengompol serta ditertawakan oleh orang-orang, atau dia keluar dari barisan dan merelakan kesempatan untuk bertemu dengan idolanya. “Aduh, gimana nih…,” Kayana maju selangkah, dia semakin dilema saat ini. Kalau kalian jadi Kayana, apa yang akan kalian lakukan? Memilih menunggu dengan resiko mengompol atau merelakan kesempatan tersebut? “Argh! Persetan sama fansign! Dari pada aku dipermalukan disini!” keputusan besar diambil oleh Kayana, gadis itu benar-benar berlari keluar dari barisan. "Noona, kau tidak bisa keluar atau kau akan kehilangan kesempatan untuk bertemu Lee Yeon Jin." "Aku tidak peduli, ada yang lebih penting sekarang" Tak peduli dengan tatapan aneh dari orang-orang yang ada disana. Tujuan gadis itu tentu saja toilet. Memasuki salah satu bilik toilet, Kayana menuntaskan panggilan alamnya. “Kenapa harus seperti ini? Kenapa juga aku ingin kencing disaat yang tidak tepat?!” wajah Kayana berubah jadi seperti ingin menangis saat mengingat kalau dia baru saja melewatkan acara yang begitu berarti baginya. Kapan dia punya kesempatan seperti ini lagi? Kayana mendesah kecewa. “Yaah, aku sudah melewatkan kesempatan emas. Aku begitu bodoh, gagal bertemu dengan Lee Yeon Jin!" Kayana menendang pembatas bilik untuk melampiaskan kekesalannya, tak lama terdengar suara.. “Ya!! Apa kau gila! Jangan menendang sembarangan!” Gadis itu meringis, sebari mengucapkan permintaan maaf. “Mian, mian.." Menyelesaikan kegiatannya, Kayana keluar dari bilik toilet. Dia mampir dulu ke wastafel, biasalah gadis-gadis kalau lihat kaca pasti tidak akan tahan untuk tidak melihat pantulan dirinya terlebih dahulu. Lagi, dia teringat sosok Yeon Jin. “Haahh, sial banget aku hari ini. Udah nunggu lama, sekarang pasti sudah selesai fansign nya. Hiks..” Ya sudahlah, mau disesali seperti apa juga dia tetap tidak akan pernah bisa memutar ulang waktu. Berjalan terseok-seok keluar bilik, saat hendak pergi telinga Kayana tak sengaja mendengar suara aneh. Seperti orang yang berlari-lari, gadis itu menoleh, menyipitkan mata. Tak lama muncul lah sosok yang beberapa menit yang lalu membuatnya dilema. Lee Yeon Jin berlari ke arahnya dengan raut wajah ketakutan. “Ada apa ini?” Mengikuti insting, saat Lee Yeon Jin tiba di depannya Kayana menghadang, “Masuklah, cepat!” kata gadis itu sembari menunjuk ke bilik toilet menggunakan dagunya. Yeon Jin menelan silva, citranya bisa hancur kalau ketahuan nyangkut di bilik toilet perempuan. Tapi saat ini, masalah gawat tengah menghampirinya. “Cepatlah! Atau mereka akan mengeroyok mu nanti!” lagi, Kayana berucap. Yeon Jin mengikuti kata Kayana, dia segera masuk ke salah satu bilik. Kayana menghela nafas, terdengar derap langkah kaki beramai-ramai, dia segera berjongkok, pura-pura mengikat tali sepatunya. Segerombolan orang berhenti, salah satu dari mereka menatap Kayana, “Hei, apa kau melihat Lee Yeon Jin di sekitar sini?” Kayana menggeleng, memasang raut wajah semeyakinkan mungkin. Dia berdiri, “Aku tidak tau karena baru saja keluar dari toilet. Memangnya, dia tadi kesini?” “Iya, tadi dia lari ke arah sini.” “Kalau begitu, sepertinya dia pergi ke sana, lagipula disini hanya ada satu jalur, ‘kan.” Mereka saling melempar tatapan, lantas salah satu dari mereka mengangguk lagi. “Baiklah, terima kasih.” segerombolan orang itu kembali berlari, Kayana menatapnya hingga mereka semua hilang dari pandangan gadis itu. Setelah yakin keadaan aman, Kayana kembali masuk ke dalam bilik. Mengetuknya. “Sudah aman, kau bisa keluar sekarang.” Pintu bilik terbuka, dan nampaklah wajah Lee Yeon Jin, model majalah paling terkenal di Korea. Visualnya jangan di tanya lagi, dia lebih mirip sosok anime yang keluar dari sebuah komik lantas hidup di dunia nyata. Benar-benar tidak bisa dipercaya kalau ada manusia berwajah sangat tampan seperti Lee Yeon Jin. Tak heran jika pemuda itu punya banyak penggemar. “Kau yakin mereka sudah pergi??” Kayana mengangguk, meski wajahnya tenang tapi hati Kayana berdebar tak karuan. Berada sedekat ini dengan Yeon Jin adalah sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, apalagi saat mengetahui kesempatan bertatap muka secara langsung baru saja di renggut darinya. “Lebih baik kau segera pergi dari sini sebelum mereka kembali.” “Kau mengusirku??” tanya Yeon Jin dengan nada geli di dalam suaranya. Kayana cepat-cepat menggeleng, “Bukan, bukan seperti itu—“ “Haha, baiklah-baiklah. Aku akan pergi sekarang.” Saat Lee Yeon Jin hendak beranjak, pemuda itu kembali menatap Kayana. Dia mencabut spidol yang ada di sakunya, lantas menunjuk ke arah tote bag milik Kayana. "Bolehkah aku memberikan tanda tanganku di tasmu?" Tentu saja! Tanpa banyak cakap Kayana langsung menyodorkan begitu saja tote bag putihnya. Yeon Jin tersenyum ramah, dia menggoreskan tintanya diatas tote bag milik Kayana. Gadis itu tersenyum cerah, dilemanya langsung menguap hilang. "Terima kasih! Aku penggemarmu, hanya saja aku melewatkan kesempatan fansign" "Ah, kau gadis yang tiba-tiba keluar barisan?" Kayana mengangguk dengan ragu. Yeon Jin tersenyum lebar, sungguh, apakah Lee Yeon Jin itu seorang manusia? Kenapa dia begitu tampan! "Tidak masalah, kau bisa datang kapan-kapan. Kalau begitu aku akan pergi sekarang" Yeon Jin keluar dari dalam toilet, memastikan sekali lagi kalau keadaan memang benar-benar aman. Kayana mengikuti dari belakang, tak berani jalan berdekatan dengan Yeon Jin lantaran takut idolanya terkena skandal macam-macam. Tapi saat sampai di pertigaan koridor, telinganya kembali mendengar suara derap langkah kaki. Benar saja, tak lama kemudian munculah orang-orang yang tadi mengejar Yeon Jin. “Ya!! Itu Yeon Jin!!" Untung saja refleks Kayana cepat, dia segera berlari mendahului segerombolan itu, lantas menarik Lee Yeon Jin, pemuda itu tersentak kaget. Mereka berdua berlari tak tau kemana arahnya. Pokoknya, lari saja dulu. Untung saja Yeon Jin segera paham situasi, dia kini mengimbangi gerakan Kayana. “Kenapa mereka mengejarmu?!” tanya Kayana, mereka berdua masih terus berlari, menuruni anak tangga dan berbelok. Yeon Jin mengusap keringat yang membasahi pelipisnya, “Mereka marah karena waktu fansign sudah selesai, dan mereka tidak mendapat kesempatan untuk bertemu denganku… kesini!” kali ini Yeon Jin yang menarik Kayana, mereka berhenti dulu, mengambil nafas. "Mereka datang tanpa undangan?" Yeon Jin hanya mengangguk. “Dimana manajer mu?” “Aku tidak tau, tadi saat fans menerjang aku segera lari untuk kabur.” jawab Yeon Jin, tangannya sibuk menekan layar ponselnya, mendial nomor sang manajer. Tak lama panggilan terhubung. “Manager hyung, dimana kau?” “Justru aku yang seharusnya bertanya, dimana kau?!” suara sang Manager terdengar khawatir dan sedikit marah lantaran artisnya menghilang tanpa sepengetahuan dia. Netra sang model bergerak menatap sekitar, dia bingung ada dimana sekarang. Disana hanya ada lorong-lorong, Yeon Jin menatap Kayana yang masih mengatur nafas didepannya. “Dimana kita sekarang?” “Lorong gudang..,” jawab gadis itu dengan nafas tersenggal-senggal. Yeon Jin segera menyampaikan lokasi dimana dia berada, dan sang manajer menyuruh mereka bersembunyi terlebih dahulu sampai dia sampai. Panggilan di tutup, Yeon Jin berdehem. “Kita harus sembunyi sampai manajer hyung datang.” Kayana yang pada dasarnya sudah lelah, kini mengangguk pasrah. Berjalan beberapa langkah, Yeon Jin menemukan ada tiga pintu disana. Dia mencoba memutar knop pintu pertama, terkunci. Lantas beralih ke knop pintu yang kedua, saat hendak memutar suara Kayana sudah memasuki indera pendengaran sang model. "Pintunya tidak terkunci!" Mereka berdua langsung masuk ke dalamnya dengan harapan para fans yang tengah mengamuk tadi tidak menemukan keberadaan mereka berdua. Di dalam gudang tersebut gelap, hanya ada secercah cahaya dari jendela ventilasi. Kayana menelan silva nya, sejak kapan dia takut kegelapan?? Debaran jantung Kayana mulai berulah, lutut nya gemetar, gadis itu menggigit bibirnya lantaran ketakutan. Keringat dingin mulai muncul, Yeon Jin menoleh menatap Kayana yang sedari tadi diam. “Kau tidak apa-apa?" Kayana menggeleng pelan, dia tak sanggup untuk membuka mulutnya. Yeon Jin mengeluarkan sapu tangan yang ada dibalik sakunya, memberikan kain itu kepada Kayana. Kayana menerima dengan tangan gemetar, bahkan baru sedetik saputangan itu berada digenggamannya dan kemudian terjatuh. “Aku,.. aku takut..” cicit Kayana akhirnya, dia jujur. Menggaruk tengkuk yang tidak gatal sama sekali, Yeon Jin bingung harus bersikap bagaimana sekarang. Menatap gadis mungil yang tengah ketakutan, mana tega dia membiarkannya begitu saja? Yeon Jin melangkah mendekat, lantas merengkuh tubuh Kayana untuk dia peluk. Tangan berotot milik Yeon Jin mengelus punggung Kayana dengan lembut, “Tidak usah takut, disini akan aman" “Gelap..” “Pejamkan mata,.. bayangkan saja kau sedang berdiri di sebuah taman,.. angin semilir menerpa lembut wajahmu,.. sinar matahari yang hangat menyambut, kau berdiri dibawah pohon seraya menikmati semua itu..” Kayana mengikuti ucapan Yeon Jin yang sudah mensugesti pikirannya, suara pria itu benar-benar berhasil membius Kayana. Saat ini Kayana benar-benar bisa merasakan kalau dia berada disebuah taman. Perlahan, rasa ketakutannya hilang diganti dengan perasaan nyaman. Yeon Jin tersenyum tipis menatap wajah tenang Kayana yang tengah memejamkan mata, ditambah gadis itu melakukannya di dalam dekapan pria berusia 23 tahun itu. Yep, Yeon Jin masih sangat muda. Tapi di usianya yang sekarang, karir pemuda itu sudah bersinar terang. Dia memiliki banyak penggemar dan juga segudang prestasi, sudah banyak penghargaan yang didapatkan oleh Yeon Jin. Pemuda itu sudah bergelut di dunia modeling sejak berusia 17 tahun. “Dulu, Amma ku sering melakukan hal semacam ini saat aku tengah ketakutan.” gumam Yeon Jin, tiba-tiba saja dadanya berdesir, dia jadi teringat akan Amma nya yang sekarang tinggal begitu jauh dengan pemuda itu. Untung saja, sebelum dia benar-benar kalut lantaran mengingat sang Amma, sebuah ketukan pintu membuat atensi Yeon Jin tercuri, tak lama terdengar sebuah suara yang ia kenali adalah suara manager nya. Yeon Jin mengusap bahu Kayana pelan, membangunkan kesadaran gadis itu. “Jangan membuka mata, aku akan membawamu keluar dari sini.” Kayana hanya mengangguk, Yeon Jin berjalan ke arah pintu seraya merangkul bahu Kayana. Pemuda itu membuka pintu dan cahaya langsung menyorot. “Yeon Jin,..” “Tunggu dulu hyung, dia bukan siapa-siapa.” cegah Yeon Jin saat mengetahui kata apa yang selanjutnya akan meluncur dari mulut manager hyungnya. Pria yang mengatur schedule Yeon Jin itu menatap sekitar. “Cepatlah!” Sampai didepan ruangan gudang akhirnya Yeon Jin melepaskan pelukannya pada Kayana, gadis itu perlahan membuka mata. “Kau tidak apa-apa, ‘kan?” tanya Yeon Jin khawatir, Kayana menggeleng. “Kalau begitu, aku harus segera pergi sekarang.” “Pergilah.” "Terima kasih karena sudah menolongku tadi, sampai jumpa lagi" Karena tau situasinya tengah tidak kondusif akhirnya Yeon Jin dan sang Manager pergi meninggalkan Kayana yang masih berdiri di tempatnya. Mendadak pikiran gadis itu blank, dia memang tidak mendapatkan kesempatan untuk ikut fansign, tapi dia mendapatkan kesempatan yang lebih dari pada itu. Yeon Jin, barusan memeluknya! Ini gila!! Kayana tiba-tiba saja tersenyum sangat lebar, bahkan dia terlonjak-lonjak sembari menutupi wajahnya yang bersemu merah. Netra Kayana tak sengaja menatap seonggok kain yang tergeletak di lantai gudang. “Ambil enggak ya?” tanya Kayana pada dirinya sendiri. Pelan-pelan sembari menahan agar tidak menjerit, Kayana segera memungut saputangan itu lantas membawanya lari menjauh dari gudang. (^_^)(^_^) Kayana tiba ‘dirumah nya’ bukan rumah yang dulu pernah dia tinggali saat berada di Korea. Kali ini rumah gadis itu punya nuansa monokrom, letaknya tak jauh dari jalan raya. Tetap saja harus memasuki sebuah gang. Gadis itu masuk, dia dikagetkan dengan kemunculan seseorang dari arah dapur. Gadis berambut bob yang saat ini tengah meminum segelas s**u itu menatap Kayana dari bawah hingga ke atas, “Ya! Apa fansign diadakan di hutan? Kenapa penampilanmu berubah jadi kacau seperti itu?” tanya gadis bernama Ae Ri tersebut. Kayana menekuk wajahnya, “Aku tidak jadi ikut fansign..,” Kayana memulai perannya disini. Dalam amplop coklat yang dia terima hanya menyebutkan kalau Ae Ri adalah sahabat dekatnya. “Hei! Kau sedang bercanda denganku?” Ae Ri menerjang ke arah Kayana, bahkan gadis itu meletakkan gelasnya di sembarang tempat. Memegang kedua bahu Kayana dengan erat. “Kau bahkan bersiap sejak pukul 8 pagi, dan kau berangkat 2 jam sebelum acara fansign itu dimulai. Sekarang, kau bilang tidak jadi ikut fansign?!” Ae Ri tau perjuangan Kayana saat hendak berangkat menuju fansign. Gadis itu sangat ribet, Ae Ri pikir, kepulangan Kayana akan membawa kabar bahagia kalau sahabatnya itu sudah bertemu dengan idolanya, tapi kenapa.. kejadiannya malah seperti ini? Ae Ri memeluk Kayana, mengusap punggung gadis itu dengan penuh empati. “Tidak apa-apa, Kayana. Lain kali kau pasti bisa bertatap muka langsung dengan Lee Yeon Jin. Lagi pula, fansign seperti itu biasanya akan diadakan lagi setiap tahunnya. Kau tunggu kapan waktu itu tiba" "Benar, hanya saja.. aku tidak yakin bisa mendapatkan undangan fansign lagi! Harus berapa banyak majalah yang aku beli untuk ikut acara itu" Kayana merengek seperti anak kecil, tapi tak lama dia mencoba tersenyum meski sedikit memaksa sembari melepaskan pelukan Ae Ri, dia memutuskan untuk tidak menceritakan kejadian tadi kepada sahabatnya. “Aku ke kamar dulu” pamit Kayana, jemari gadis itu meraih gelas milik Ae Ri, meneguk s**u yang masih penuh sembari berjalan membawanya ke kamar. “Kau memang tengah bersedih, tapi bukan berarti kau bisa seenaknya membawa minumanku, ya!!” teriak Ae Ri kesal, gadis itu mencoba mengatur nafas. Memaklumi tindakan Kayana barusan. Suara Ae Ri hilang saat Kayana menutup pintu kamarnya, gelas yang sudah kosong dia letakan diatas meja kecil kamarnya. Menjatuhkan tubuhnya di ranjang, Kayana menatap langit-langit kamar. Jemari lentiknya masuk ke dalam tote bag yang tergeletak disampingnya, meraba-raba mencari sebuah amplop coklat. Membaca isinya kembali, jadi, disini Kayana adalah seorang penggemar berat Lee Yeon Jin, seperti penggemar kebanyakan dia juga ingin bertemu dengan idolanya. Netra Kayana menyapu, dia baru sadar kalau dinding kamarnya tertempel beberapa wall décor yang menampakan wajah Yeon Jin. Selain itu, terdapat juga polaroid yang menggantung di sisi dinding lainnya, lampu menyala kerlap kerlip, tak berhenti disitu, netra Kayana juga menangkap tumpukan majalah yang ada di meja belajarnya. Kayana mengembangkan senyum manisnya. Beranjak, Kayana harus segera mandi dan beristirahat sekarang. Tubuhnya terasa lengket dan kotor. “Oh iya, sapu tangan itu..” Kayana putar balik, merogoh kembali isi tasnya dan menemukan sapu tangan putih milik Yeon Jin. “Cuci aja deh, besok dikembalikan ke orangnya.” Kayana mengingat kembali ucapannya, “Tapi, apa aku bisa bertemu dengan Lee Yeon Jin lagi?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN