Chapter 2

1820 Kata
“hei” Jane menggertak Sarah yang tengah termenung di bangkunya “ada yang sedang kamu fikirkan?” tanya Jane “tidak ada” Jawab Sarah dengan lesu “benarkah?” Sarah pun langsung menganggukannya “Kamu terlihat sedikit aneh hari ini” ucap Jane “hanya sedikit kelelahan saja” tepis Sarah dibalas Jane dengan bulatan bibirnya “ouh iya, kemarin aku meminta kakak ku untuk menjemputmu. Dia beneran menjemput dan mengantarmu sampai rumah kan?” tanya Jane seketika membuat raut wajah Sarah berubah menjadi gugup “ehm.. iya” jawabnya terbata “bagus deh ucapannya bisa dipercaya” ucap Jane “memangnya kakak mu mengatakan sesuatu padamu?” Sarah bertanya sembari menatap Jane “yahh dia hanya mengatakan kalau dia sudah mengantarmu sampai depan rumahmu” jawab Jane “sudah itu saja?” Jane mengangguk dengan raut curiga “memangnya ada sesuatu yang terjadi kemarin?” Jane bertanya balik pada Sarah “T-tidak” Sarah menjawabnya dengan gugup sembari membuang wajahnya ---- Jam sekolah telah berakhir, Jane dan Sarah berjalan beriringan keluar dari kelas. Sarah tiba-tiba terdiam saat melihat mobil Lay terparkir di depan sekolah mereka. “ehh... aku dijemput kakak ku tuh, pulang bareng yuk!” Jane mengajaknya penuh antusias “T-tapi.. tapi Jane” ucap Sarah terbata-bata “sudah jangan menolak lagi, ayo!” Jane lalu menarik lengan Sarah memaksanya untuk ikut bersamanya Jane mengetuk jendela di samping Lay, “kak Sarah pulang bareng kita ya?” tanya Jane setelah Lay menurunkan setengah kaca jendelanya. Lay pun hanya membalas dengan dehuman dan anggukan. Jane dengan cepat membukakan pintu penumpang belakang dan memaksa Sarah untuk masuk. Setelah menutupkan pintu untuk Sarah ia lalu pergi ke kursi penumpang depan. “kalian kenapa diam saja?” tanya Jane yang mencoba memecahkan keheningan perjalanan mereka “sejak kapan kakak berbicara dengan orang asing” sahut Lay “bukannya kemarin kalian semobil berdua saja yah? Kenapa mengatakan kalau Sarah itu orang asing” sergah Jane “itu hanya perjalanan beberapa menit, tidak bisa mengubah hubungan” jawab Lay membuat Jane terdiam “hah, orang asing? Setelah kemarin yang dia lakukan padaku masih bisa dia menganggapku orang asing. Apalagi sekarang sikapnya benar-benar seperti tidak terjadi sesuatu pula. Dia terlihat seperti p*****l” batin Sarah sembari menatap sinis Lay dari pantulan kaca --- Sarah kini tengah bersantai di ruang tengah rumahnya. Ia menikmati camilan sembari menonton ragam acara. Kling “kamu sibuk?” Sebuah pesan dari nomor yang tidak ia kenali terkirim padanya, Sarah pun mengabaikan pesan tersebut dan langsung menutup pesannya. Drrtt Drrtt “siapa?” tanya Sarah secara to the point pada si penelefon “aku, Lay” seketika ia terlonjak kaget mendengarnya “kakak tau nomor aku darimana?” Sarah bertanya “keluarlah, aku di depan rumahmu” Sarah langsung beranjak dari tempatnya dan mengecek keluar rumah. Dan benar, ia menemukan mobil Lay telat terparkir di seberang jalan rumahnya Sarah berlari menghampirinya dengan nafas terengah-engah ia bertanya tujuan Lay datang ke rumahnya. Namun Lay kembali tidak menjawab pertanyaan Sarah. Ia justru meminta sarah untuk segera masuk ke dalam mobilnya. Sarah langsung mengiyakannya dan pergi ke kursi penumpang depan. “aish.. aku lupa kalau menggunakan piyama. Apa kita bisa kembali ke rumahku? Aku harus mengganti pakaian ku dulu” pintanya “tidak perlu. Lagi pula hanya ada kita berdua di tempat tujuan nanti” tolak Lay “kakak mau mengajakku kemana memangnya?” Sarah bertanya “nanti kamu juga akan tau” jawab Lay dengan santai Lay pun mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi dan berhenti di basemant apartemen. Lay turun dari mobilnya terlebih dahulu, ia lalu membukakan pintu untuk Sarah. Ia juga menggandeng tangan Sarah untuk memasuki gedung apartemen dan menuju ke sebuah unit apartemen. “tempat siapa ini?” tanya Sarah melihat sekelilingnya “tempatku” Sarah langsung menatap Lay dengan datar “ada apa?” tanya Lay “harusnya aku yang bertanya pada kakak, kenapa mengajakku kemari” ucap Sarah “hanya ingin melanjutkan yang belum sempat kita lakukan” jawab Lay sembari mendekat pada Sarah dan dengan cepat menahan kedua tangan Sarah di belakang Sarah menyempitkan mata dan mengerutkan dahi melihat tatapan dingin Lay, “m-ma..” Sarah yang belum sempat melanjutkan ucapannya pun dibungkam dengan ciuman oleh Lay. Sarah terlihat kewalahan menerima ciuman ganas dari Lay. Bahkan wajahnya mulai memerah karena kehabisan nafas. Lay mengangkat tubuh Sarah dan membawanya berbaring di sofa. Ia dengan cepat melepaskan bajunya dan membuangnya sembarangan. Lay melumat bibir Sarah atas-bawah bergantian. Lidahnya memasuki mulut Sarah dan beradu dengan lidah Sarah. Tangan Lay pun tak tinggal diam, ia melapaskan kancing piyama Sarah dan membuangnya. Ia segera memberikan sapuan di setiap titik sensitif tubuh Sarah dan membuat wanita dibawahnya itiu menggeliat kepanasan. “kau suka?” tanya Lay ditengah aksinya dan tentu saja Sarah menganggukannya “kau akan berudara setelah ini” ucap Lay melepaskan ikat pinggangnya lalu menurunkan celananya. Lay pun melepaskan kain-kain yang masih membungkusi tubuh Sarah dengan cepat. Ia yang sudah tidak sabar segera mengarahkan miliknya tepat di depan lubang kenikmatan milik Sarah. “aahh..” Sarah menggigit bibir bawahnya dan meremas kedua rusuk Lay disaat Lay berusaha menerobos dinding pertahanannya “sabar sayang. Ini akan nikmat” bisik Lay sembari menjilati telinga Sarah “ini sakit sekali. Lebih pelan” Sarah memohon dengan mata tertutup, namun justru membuat Lay terseringai puas Lay kembali menyambar bibir Sarah dengan ciuman ganas. Ia dengan sekali hentakan menelusupkan seluruh miliknya sontak Sarah menggigit bibir Lay membuatnya sedikit berdarah namun rasa sakit yang dirasa Sarah benar-benar sedang berada di puncak yang tak tertahan. Lay yang sudah sangat berpengalaman serta mengetahui pasti respon tubuh yang dikeluarkan Sarah pun langsung mengalihkan rasa sakit yang di rasa Sarah dengan mengulum bibir dan lidah Sarah serta membiarkan miliknya bergeming di dalam sana untuk beberapa saat. Setelah dirasa Sarah sedikit rileks, Lay menggerakkan pinggulnya maju-mundur secara perlahan. “apa masih sakit?” Lay bertanya untuk memastikan aksinya akan lebih menyenangkan setelah Sarah bisa menikmatinya “sedikit” jawab Sarah dengan singkat dan wajah yang menahan sakit “kau bisa menahannya? Ini akan lebih nikmat” ujar Lay dan dianggukan oleh Sarah Lay semakin terseringai mendapatkan respon baik dari Sarah. Ia lalu menambah ritmenya dan perlahan menghilangkan rasa sakit yang dirasakan oleh Sarah. Ia bahkan mengubah ringikan yang dikeluarkan Sarah menjadi desahan merdu yang mewarnai telinganya. “k-kak.. aku mau pipis” ucap Sarah “tunggu sayang. Aku juga akan sampai” balas Lay mempercepat gerakannya, merangkul erat tubuh Sarah dan menenggelamkan wajahnya di pundak Sarah hingga di titik orgasmenya ia mengeluarkan seluruh cairan kentalnya di dalam rahim Sarah Nafasnya yang masih terengah-engah membuatnya diam membiarkan miliknya yang masih berkedut dan tak lama ia menarik tubuhnya serta berbaring di belakang Sarah, merangkul tubuh Sarah, mengembuskan nafas beratnya di leher Sarah. “terima kasih” bisiknya sebelum akhirnya mereka tertidur bersama di sana. Lay terbangun karena suara deringan ponselnya. Dengan mata yang menyempit ia merabah meja di sampingnya untuk menemukan ponsel tersebut. Lay mendehum menjawab panggilannya. ..... “aku di apartemen” ucap Lay ...... “tidak, aku sibuk” Jawab Lay sebelum mematikan panggilannya “siapa?” Sarah yang terbangun pun bertanya “teman” Lay menjawabnya dengan singkat “jam berapa sekarang?” tanya Sarah “tidak tau, kenapa?” Lay yang merangkul erat Sarah bertanya balik “aku harus pulang” ucap Sarah “besok libur kan? Menginap saja disini” sergah Lay dibalas Sarah dengan tatapan bingung “sudah tidak perlu berfikir lagi” sahut Lay yang kemudian ia beranjak dari sofa dan menggendong Sarah secara bridal Sarah yang tekejut berteriak, “kita mau kemana?” tanya Sarah “ke kamar” Jawab Lay “hah? Kau mau melakukannya lagi?” Lay pun membalasnya dengan dehuman “hei! Ini saja masih terasa sakit loh” sentaknya “nanti juga hilang sakitnya” Lay tersenyum simpul membawanya ke ranjang kamar ---- “auw.. b******k kamu kak, tubuhku kamu jadikan seperti boneka” gerutu Sarah yang tengah berendam di bathtub bersama Lay “kamu juga menikmatinya kan” balas Lay “tapi tidak seperti ini juga” Sarah menjawabnya dengan kesal “kamu mau lagi?” Lay bertanya dengan menggoda Sarah “gila! Ini masih perih” sahut Sarah seraya berputar memukul pundak Lay Setelah mereka membersihkan diri, Lay menggendong Sarah dari kamar mandi hingga ke ranjang . Lay memberikan sebuah kemeja putih miliknya untuk dikenakan Sarah. “aku terlihat seperti wanita di film-film” celetuk Sarah “maksudnya?” tanya Lay “mengenakan kemeja putih milik lelaki yang habis ditidurinya” jawab Sarah membuat Lay tertawa pelan “kenapa mereka selalu melakukan ini?” tanya Sarah kembali “yang mana?” Lay bertanya balik padanya “mengenakan kemeja putih seperti ini” jawab Sarah “terlihat lebih seksi” sahut Lay sembari memberikan sebuah pil pada Sarah “apa ini?” Sarah bertanya setelah mengambil pil tersebut dari tangan Lay “pereda nyeri” Jawab Lay Lay kembali menaiki ranjangnya dan berbaring. Ia menepuk sisi kosong kasur di sebelahnya, meminta Sarah untuk berbaring bersamanya. Lay meletakkan kepala Sarah di lengannya dan memeluk Sarah dari belakang. Lay mengusap kepala Sarah sembari menutup matanya. “apa kita bisa melakukan lagi setelah ini?” pertanyaan Sarah membuat Lay langsung membuka mata “kau mau lagi sekarang” sontak Sarah berbalik menghadap Lay “bukan sekarang” sergah Sarah “tentu, kapan saja kamu mau” jawab Lay mencium kening Sarah “sudahlah.. ayo tidur” Lay kembali memeluknya erat dan mereka menutup mata bersama ---- Hampir dua bulan berlalu, Sarah merasa cemas karena Lay tidak pernah menghubunginya dan bahkan ia tak pernah bertemu Lay. Sarah ingin bertanya pada Jane mengenai keberadaan Lay namun ia ragu dan takut jika Jane mencurigainya. “ada apa denganmu?” Jane yang tengah menikmati makanannya bertanya pada Sarah yang duduk di seberangnya. Kini Sarah dan Jane tengah menghabiskan jam istirahat sekolahnya di kantin dengan menikmati makanannya. “maksudnya?” Sarah yang kebingungan bertanya balik pada Jane “akhir-akhir ini aku melihatmu mengecek ponsel setiap beberapa detik” jawab Jane “ahh benarkah” jawab Sarah dengan ragu “eh, hari ini kamu dijemput kakak mu tidak?” Sarah spontan bertanya “kenapa?” jawab Jane “ehm.. aku berencana menumpang padamu jika iya. Karena ada aku harus segera sampai rumah hari ini” jawabnya “ouh, aku bisa meminta kakak ku menjemput kalau kamu mau” ucap Jane “tidak perlu! Aku naik taksi saja agar lebih cepat” sergah Sarah “santai saja. Kakak ku pasti mau” sahut Jane yang langsung mengeluarkan ponselnya dan menelefon Lay Lay tengah berdiri dan bersandar di pintu mobilnya. Ia melihat Jane tengah menarik Sarah dari lapangan sekolah mereka menuju tempatnya berdiri. “kak, Sarah bareng kita yah” ucap Jane sesampainya di tempat Lay Lay pun mendehum dan menyuruh mereka untuk segera masuk ke mobil. Dalam perjalanan Sarah hanya diam dan menatap keluar jendela. Jantungnya kini tengah berpacu dengan cepat. Rasa gugup karena berada di dekat Lay tidak bisa ia sembunyikan. Tiba-tiba saja petir menyambar dan hujan turun dengan deras. Sarah pun terfokus dengan rintikan hujan yang turun di luar mobil. Hatinya mulai merasa lebih tenang dan ia mulai melupakan kegugupannya. Sesampainya di depan rumah Sarah Lay turun dari mobilnya terlebih dahulu dan membuka payung yang selalu ia simpan di mobilnya. Lay mengantarkan Sarah sampai di depan pintu rumahnya. “sudah aku katakan hubungi aku kapan pun kamu mau” ujar Lay sebelum melangkah pergi Sarah tersenyum lepas mendengar ucapan Lay, ia segera mengambil ponselnya di tas dan menelefon Lay Lay yang masih berdiri di samping mobilnya menyadari ponsel di saku celananya berdering langsung mengangkat panggilan tersebut. “aku merindukanmu, kemarilah” ucap Sarah di seberang “tunggulah” jawab Lay yang langsung menutup panggilannya dan segera memasuki mobil, menancap gas mobilnya Tok tok tok Lay dengan cepat menyambar bibir Sarah dengan ciuman ganasnya. Ia mengangkat tubuh Sarah, melingkarkan kaki Sarah di pinggulnya. Lay membawanya ke kamar Sarah yang sangat ia tau letaknya. “aku merindukan milikmu” ucap Sarah menggodanya “kau terlalu cepat belajar menjadi gadis nakal” sahut Lay dengan senyuman simpul
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN