Kecurigaan Lisa.

1059 Kata
Roy melajukan kendaraan mewahnya itu dan berhenti pada sebuah jembatan panjang dan besar. Di sana Roy terlihat sangat frustasi dan bahkan ia membuang jasnya ke dalam sungai yang mengalir di bawah jembatan itu. Roy masih tidak menyangka kalau baru saja ia meniduri sahabat istrinya. Orang yang paling dipercaya Lisa selama beberapa tahun belakangan ini dan padahal mereka sudah sangat sering berjumpa meski tidak terlalu banyak interaksi yang terjadi. Roy masih merasa heran, kenapa Miranda bisa dengan mudah menjebak dirinya hingga akhirnya ia tergoda dan berhasil mengkhianati kepercayaan Lisa padanya. Roy yang terkenal sangat dingin dan kejam, bertekuk lutut pada istrinya, dan kini terjerat pada nafsu birahinya bersama Miranda. Ia tidak menyesali sama sekali yang sudah terjadi karena Roy beranggapan bahwa lelaki biasa melakukan hal itu saat ia bosan pada pelayanan istrinya di rumah. Atau ketika istrinya tidak lagi bisa memberikannya kepuasan dan kenikmatan. Cukup lama Roy berada di sana sampai sebuah telepon mengejutkan lamunannya. Di sana tertulis nama Miranda. Roy menggeser layar ponselnya dan segera mendekatkan ponsel iu ke telinganya. “Di mana kau, Roy?” tanya Miranda dari seberang sana dengan nada panik. “Apa itu juga menjadi urusanmu sekarang? Jangan berpikir karena kita sudah tidur bersama, lantas kau juga memiliki hak atas diriku, Miranda!” ucap Roy dengan sinis dan tajam. Miranda yang mendengarnya merasa sedikit terluka karena memang itu sudah termasuk sebagai kata-kata yang kejam baginya. Namun, Miranda tahu bahwa Roy memang tipe lelaki seperti itu. Dalam hatinya, Miranda merasa bahwa Lisa sangat beruntung karena hanya pada Lisa saja lah selama ini Roy memperlihatkan sisi lembutnya. “Santai lah, Sayang. aku hanya bertanya, bukan menghakimimu! Istrimu masih menunggu kepulanganmu. Dia sangat khawatir bahwa kau tidak akan pulang malam ini. sepertinya, dia istri yang sangat perhatian, Roy.” Miranda berkata dengan sedikit mengejek. “Tentu saja dia adalah istriku yang sangat perhatian dan baik. Tidak akan kutemukan wanita seperti dirinya dalam diri wanita mana pun. Termasuk padamu, Miranda! Meski kau sudah berusaha dengan sangat keras untuk bisa menyainginya. Atau berusaha terlihat sama seperti dirinya.” “Cukup, Roy! Aku tidak sedang ingin berdebat denganmu tentang hal itu sekarang,” ungkap Miranda dengan nada kesal. “Lalu? Untuk apa kau menanyakan keberadaanku saat ini? Sikapmu terdengar seperti seorang istri yang sedang mengkhawatirkan suaminya yang belum pulang ke rumah,” ungkap Roy dengan bertanya pada Miranda secara brutal. “Terserah padamu saja, Roy. Saat kau mengetahui wanita seperti apa Lisa, kau akan sangat terkejut dan berterima kasih padaku karena sudah pernah mengingatkanmu pada kelakuannya yang tidak baik itu,” jelas Miranda lalu dengan kesal mematikan teleponnya dengan Roy. Roy menghembuskan napasnya dengan kasar dan membuang puntung rokok yang belum habis dari sela jarinya. Ia merasa bahwa wanita itu terkadang sangat menjengkelkan dan membuat pusing saja. Roy kembali masuk ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanannya ke rumah. Setelah sampai di rumah, ia melihat mobil pribadi Lisa sudah berada dalam garasi rumah mewah mereka itu. Tentu saja wanita itu sudah berada di rumah. Sesibuk apapun Lisa mengurus bisnisnya, ia tidak pernah tidak pulang saat malam hari. Begitu pula dengan Roy yang sebenarnya jauh lebih sibuk dari pada Lisa. Namun, demi menjaga keharmonisan rumah tangga mereka berdua, Roy selalu pulang lebih awal meski pun pekerjaannya menumpuk dan ia akan mengerjakannya keesokan harinya di kantor. Ia tidak ingin Lisa merasa bahwa ia terlalu cuek dan akhirnya Lisa merasakan kurang perhatian dan kasih sayang. Hal yang justru dirasakan oleh Roy sebenarnya dan tidak pernah ia ungkapkan pada Lisa karena tidak ingin membuat Lisa berpikir bahwa Roy terlalu banyak menuntut darinya. Roy masuk ke rumah menggunakan kunci cadangan yang ada padanya dan segera menaiki anak tangga menyusuri lorong menuju ke kamar tidurnya. Di sana, tampak Lisa yang sudah berbaring menggunkan gaun malam berwarna cream. Linger yang sanga seksi dan mampu mengundang gairah Roy saat memandangnya. “Kau sudah pulang, Roy?” tanya Lisa dan berbalik menatap Roy, saat menyadari ada orang lain di belakang punggungnya. “Hem. Kau sudah tidur?” “Ya. Aku tertidur saat menunggumu,” jawab Lisa dan menatap Roy lekat. Lampu kamar itu remang-remang karena Lisa hanya menggunakan lampu tidur. Namun, ia masih dapat melihat dengan jelas bahwa Roy terlihat rapi saat ini. Lisa juga mencium aroma tubuh Roy yang sangat wangi seperti orang yang baru saja mandi dan membersihkan diri dengan sabun hotel. Sabun hotel memiliki aroma yang khas dan Lisa sangat hafal sekali akan hal itu. “Kau dari mana saja, Roy?” tanya Lisa curiga karena Roy tidak lagi membalas ucapannya tadi. “Aku mengadakan meeting dengan klien dan baru selesai setengah jam lalu,” jawab Roy berbohong pada Lisa. “Kau berbohong!” tuding Lisa dan langsung membuat tubuh Roy membeku di tempat ia berdiri. “Apa maksudmu, Sayang?” tanya Roy dengan pura-pura tidak mengerti. “Kenapa tubuh wangi sekali? Kau baru saja dari hotel dan mandi di sana bukan?” tanya Lisa yang kini sudah duduk dan bersandar di kepala kasur. Lisa menatap tajam pada Roy dan masih menanti jawaban dari kekasihnya itu. Suami yang selama ini ia percayai, tidak ingin sedikit pun Lisa berpikir bahwa Roy sudah tidur dengan wanita lain di sebuah hotel sebelum kembali ke rumah ini. d**a Lisa terasa sesak bahkan saat Roy belum mengatakan jawabannya atas pertanyaan Lisa itu. Roy mendapatkan satu alasan yang menurutnya sangat bisa membuat Lisa menghilangkan rasa curiga itu dari pikirannya. “Kami meeting di hotel karena ia menginap di hotel itu, Sayang. Dia tidak bisa ke mana-mana karena mendadak kakinya terkilir saat menuruni tangga hotel. Lift hotel tadi mengalami kendala dan ia harus menggunakan tangga darurat. Sebelum pulang, karena sudah terlalu lelah dan berkeringat, akhirnya aku meminta izin untuk membersihkan diri di sana.” “Untuk apa kau membersihkan diri sebelum pulang?” tanya Lisa yang tidak dengan mudah bisa percaya pada alasan Roy itu. “Itu karena aku sudah tidak sabar ingin menerkammu! Aku tahu kau sangat menyukai wewangian. Bagaimana aku bisa memberikanmu kepuasan jika kau enggan mencium aroma tubuhku yang tidak mengenakkan?” tanya Roy dan ucapannya itu berhasil membuat Lisa tersipu malu. Pipinya menjadi sangat merah seperti tomat saat ini. Tanpa aba-aba, Roy langsung menerjang tubuh Lisa dengan sangat agresif. Keduanya lalu saling mencumbu, bertukar napas, dan saling mengisi kekosongan satu sama lain di bawah lampu kamar yang redup itu. Sekali lagi, malam ini Roy bercinta dengan wanita yang berbeda. Kali ini, Roy menggauli istrinya sendiri yang memang sah untuk ia tiduri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN