Tidak ingin menjadikan sebuah cincin menjadi permasalahan, kini Maya dan Allen sedang duduk bersama di sofa yang ada di kamar mereka untuk saling berbicara satu sama lain. Allen menatap cincin yang kini sudah ada di jari manis sang istri. Dirinya menghela napasnya dalam.
“Kenapa?” Tanya Maya kemudian menunduk menatap cincin itu. “Kamu gak mau cincin ini ada di tangan aku?”
“Bukan gitu, itu kan bukan aku yang nempelin.”
“Lah, kamu yang nempelin pas kamu mabuk. Masa gak inget?”
“Ya enggaklah, Sayang. mana aku inget, makannya aku iri sama diri aku sendiri yang mabuk. Bisa masukin cincin itu ke sana, ngobrol sama kamu. Aku bahkan udah nyiapin apa yang mau aku bilang sama kamu.” Allen menunduk dengan kedua tangan yang meremas kepalanya sendiri. “Pasti semuanya gagal, aku pasti ngomongnya ng
