“Serahkan permata tetesan darah itu!” sosok vampir wanita dengan bibir menghitam serta mata tajam mengarah ke An Lu.
Fuxiang yang berada tepat dibawah An Lu, menggeram tertahan, memperlihatkan dua taringnya dengan mata memerah. Sementara Xie yun beranjak, menyimpan An Lu tepat dibelakangnya.
Fuxiang mendongak, menatap Xie Yun yang sama menggerang sepertinya. “Bawa An Lu pergi. Aku akan mengurusnya.”
Tubuh atletis itu melayang ke ranting depan, sigap vampir wanita itu menjegal kaki Fuxiang. Fuxiang hampir terjatuh saat dahang untuknya berpegangan sengaja dipatahkan oleh wanita itu.
“Ayo.”
Wwhuuss ....
Xie Yun melingkarkan tangan ke pinggang An Lu, membawa gadis cantik itu tueun dari atas pohon. Dengan cepat keduanya berlari selayaknya angin untuk menjauh dari hutan itu.
**
An lu dan Xie Yun berhenti tepat dipinggiran jalan yang ramai. Menanti kendaraan yang bisa membawa mereka pulang.
“Kau tak apa?” tanya Xie Yun dengan meneliti seluruh tubuh An Lu.
Gadis cantik yang rambutnya dierok kuda ini menggeleng. “Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan Fuxiang?”
“Aku akan kembali, setelah mengantarkanmu pulang dengan selamat.”
“Xie Yun,” panggilnya, menahan lengan lelaki yang hampir melangkah masuk kedalam bus yang kini berhenti tepat didepan keduanya.
Tak menjawab, Xie Yun menoleh, menatapnya dengan menaikkan satu alis.
“Kau harus menjelaskan semua ini.”
Xie Yun tersenyum. “Tetaplah didekatku, dan aku akan menjelaskan semuanya. Tanpa terkecuali.” Jawabnya sedikit mencondongkan kepala.
“Iisshh!” tak lagi menjawab, An Lu segera melangkah masuk kedalam bus.
Xie Yun mengekor, duduk tepat dikursi sebelah, karna An Lu memilih kursi yang hanya single. Menatap gadis yang seharusnya memanggilnya Paman itu dengan penuh ketertarikan. Lalu menyandarkan tubuh ke sandaran kursi.
“Xie Yun,” panggil An lu.
Yang dipanggil menoleh, berbicara melalui tatapan mata tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
“Wanita yang tadi itu, dia siapa?” tanyanya yang memang sudah penasaran sejak tadi.
“Lu Yiyi, salah satu pengikut Han Congan.” Jawabnya dengan menatap lurus kedepan.
Mata bulat itu melotot dengan bibir yang sedikit terbuka. “Han Congan?” lirihnya.
Kali ini ada perasaan takut yang tiba-tiba saja menyergap. Mendengar cerita tentang masa lalu ayahnya yang beberapa jam lalu diceritakan oleh Xie Yun, ia sangat berharap tak pernah bertemu dengan Han Congan. Yang tentu makhluk licik penuh keserakahan.
An Lu beranjak dari duduk saat bus berhenti tepat di gang masuk rumahnya. Bus kembali berjalan meninggalkan dua orang yang masih memakai seragam sekolah.
“Xie Yun, sepertinya aku sudah aman. Kamu bisa kembali untuk membantu Fuxiang.” Ucapnya seraya membenarkan tas yang melingkar di tubuh.
Xie yun terlihat cool, memasukkan kedua tangan ke saku celana, menghela nafas pelan. “Biar aku antar sampai aku bertemu dengan Ma Jinli.”
“Cckk, aku tau, keadaanku tak aman. Tapi kau tak harus seperti ini. Dasar vampir posesif!” melangkah cepat meninggalkan Xie Yun yang terkejut mendengar ucapan An Lu. Tapi detk kemudian, cowok coll ini tertawa kecil, lalu berlari mengejar langkah gadisnya.
“Hey, berapa usiamu?” tanyanya, mensjajari langkah An Lu. Melirik gadis cantik itu sebentar.
“Tentu lebih muda darimu, paman.” Menekan kata paman, lalu tertawa kecil, berlari membuka gerbang rumahnya.
Xie Yun ikut tertawa, terlebih ... tawa An Lu cukup menarik. Mengikuti langkah kaki An Lu untuk masuk kehalaman rumahnya.
Tok! Tok! Tok!
“Paman Ma! Paman!” teriak An Lu dari laur. Berbalik, menatap Xie Yun yang berdiri tak jauh darinya. “Kau kenal pamanku?”
Xie Yun menggeleng. “Aku belum pernah bertemu dengannya. Hanya ... tau namanya dari seseorang.”
“Oo ....” An Lu ngangguk dengan menatap lantai yang sekarang ia injak.
Menit kemudian pintu terbuka, menampilkan sosok lelaki yang tentu wajahnya terlihat menua dengan rambut beruban. Matanya melotot melihat ada sesosok vampir yang berdiri didepan keponakannya. Cepat tangan itu menarik An Lu untuk masuk kedalam rumah.
Ma Jinli menggeram tertahan. “Mau apa kau! Aku tau, kau bukan manusia.”
Tentu saja ia bisa mengetahuinya, karna seorang srigala sudah pasti mampu mengendus bau anyir dari tubuh Xie Yun yang tercipta sebagai pemangsa.
“Tenang paman, tenang. Aku tak akan menyakiti An Lu.” Mencoba menenangkan dengan kedua tangan yang seperti menahan pergerakan Ma Jinli.
“Paman, dia sahabat ayah. Dia—“
“An Lu, kau tak bisa asal percaya pada makhluk vampir. Karna tak semua vampir itu bisa dipercaya ucapannya.” Terang paman yang memotong kata-kata An Lu.
“Tap—“
“Pergi kau dari sini. Jangan dekati An Lu. Jika kau memang tak berniat menyakitinya, jangan ganggu kami dan jangan ungkapkan keberadaan kami.” Ucap Ma Jinli sebelum akhirnya menutup pintu.
Xie Yun membuang nafas beratnya. Tak heran jika meraka tetap bisa aman hingga umur An Lu menginjak dewasa. Ma jinli menjaganya dengan sangat baik, sangat waspada pada setiap orang yang mendekatinya.
Memutuskan untuk pergi dari tempatnya saat ini. Ia akan menemui Fuxian di kediamannya.
**
Di pinggiran hutan, sebuah rumah berlantai dua menjadi tempat persembunyian Xie Yun dan Fuxiang. Hidup selayaknya manusia normal itu tak mudah mereka jalani. Mencium aroma masakan saja, itu mampu membuat mereka merasa terbunuh. Aroma bumbu yang tentu terdapat bawang putih didalamnya selalu memuakkan. Rumah di dalam hutan seperti ini membuat mereka santai dan damai. Bisa berburu mangsa sewaktu-waktu tanpa harus takut ketahuan oleh bangsa manusia.
“Hah! Benar-benar menyebalkan.” Umpat Fuxiang begitu melihat Xie Yun masuk kedalam rumah.
Kening Xie Yun berkerut. “Ada apa?”
“Hampir saja aku telanjang di hutan.”
Xie Yun melemparkan tas ke atas meja. Menjatuhkan tubuh ke sofa, melipat kedua tangan, menjadikannya bantal untuk tiduran. “Kau tau sejak lama bukan, Lu yiyi dari dulu mesumm.”
“Cckk, lain kali, aku tak mau mengurusnya.” Kembali tangannya sibuk menari diatas kertas putih. Membentuk gambar seorang wanita setengah telanjang yang terlihat sangat cantik.
Xie Yun melirik sahabatnya itu sebentar. Lalu tersenyum kecil. “Kau tak berniat menjual gambar Qiu Ying?”
“Tutup mulutmu yang tak sexy itu!” melempar kuas yang tak terpakai tepat di kepala Xie Yun.
Cepat Xie Yun beranjak, bangun dengan tatapan waspada. Begitu juga dengan Fuxiang yang langsung menaruh kuas, menutup gambarnya dengan kain warna hitam yang tak jauh darinya. Keduanya saling tatap dengan kode waspada.
Aroma amie yang tentu bukan dari klan mereka mulai tercium. Sangat kentara jika ada makhluk sama seperti mereka ada didekat rumahnya.