Bab 6. Menginap Di Rumah Helen

1059 Kata
"Callista, kenapa kamu di sini? Bukankah orang-orang tadi membawamu?" tanya Helen saat tiba ditempat tinggalnya dan melihat Callista di sana. "Aku kabur dari mereka, enak saja orang itu mau menjadikanku wanitanya. Aku pikir dia akan menikahiku, tapi rupanya hanya akan dijadikan bonekanya saja. Jadi aku kabur saja," jelas Callista. "Bagaimana kalau mereka mencarimu? Aku tidak mau disalahkan," ucap Helen. "Sudah tenang saja, lagipula mereka tidak tahu kalau aku di sini. Mereka bahkan tidak tahu tempat tinggalmu, kan? Jadi aku rasa aku aman di sini," sahut Callista. "Iya sih, tapi aku tidak bisa menampungmu lama-lama. Apalagi kamu tidak kerja, aku akan kesulitan menghidupi dua orang." "Sudah tidak usah khawatir, aku tidak akan lama. Aku juga akan mencari tempat tinggal dan pekerjaan baru," jawab Callista meyakinkan. Akhirnya Helen setuju dan membuka pintu apartemennya, apartmen murah yang disewanya di daerah pinggiran kota. Callista masuk ke dalam apartemen Helen, terlihat sebuah ruangan yang tidak begitu besar. Serta pintu yang sepertinya adalah kamar, Callista yang hendak membuka kamar Helen dihentikannya. "Tunggu, kamu jangan tidur di kamar. Kamu tidur di sini saja, tempat tidurku sangat kecil mana cukup untuk dua orang." "Iya-iya, aku tahu. Aku hanya ingin meletakkan tasku saja, kalau ditaruh di luar nanti terlihat berantakan." Callista mencoba memaklumi Helen, meskipun dia tidak tahu kondisi yang sebenarnya. "Ya sudah kalau begitu, aku bikin teh dulu. Jangan lama-lama di kamarku, langsung keluar kalau sudah selesai." Callista hanya mengangguk, Helen berbalik meninggalkan Callista dan menuju dapur. Sementara Callista masuk ke kamar Helen, dia melihat kamar itu tidak terlalu kecil. Bahkan tempat tidurnya bisa ditempati dua orang meskipun bukan berukuran jumbo. Callista hanya menghela napas dan berusaha berpikir positif jika semua itu karena Helen tidak suka ada orang lain di area pribadinya. Selesai meletakan tasnya, Callista keluar dari kamar Helen. Dia duduk di sofa yang sudah cukup usang, tempat itu tidak begitu terawat. Sepertinya Helen bukan orang yang rajin untuk membersihkan tempat tinggalnya. Saat sedang melihat kesana-kemari Helen datang dengan dua cangkir teh, setidaknya Helen paham bagaimana memperlakukan tamunya pikir Callista. "Terima kasih," ujar Callista saat Helen meletakan cangkir dihadapannya. "Oh ya, tadi kamu bilang kalau kamu ingin dinikahi. Memangnya dia pria seperti apa? Apa kamu yakin jika dia menikahimu kamu akan bahagia? Melihat orang-orang yang mendatangi restoran tadi saja membuatku takut. Apa mereka anggota gangster atau malah anggota mafia besar?" tanya Helen penasaran. "Aku juga tidak tahu, yang aku pikirkan hanya dia bertanggung jawab karena sudah melakukan sesuatu padaku. Aku tidak perduli dia siapa, yang penting dia mau menikahiku itu sudah cukup. Karena dia yang sudah merenggut kesucianku, meskipun wajahnya tampan kalau hanya untuk dijadikan wanitanya saja aku tidak mau." "Bagaimana bisa kamu tidak perduli, atau dia memang sangat tampan sampai kamu berharap dia menikahimu. Dia pasti orang kaya, melihat penampilan anak buahnya dengan pakaian mahal dan mobil-mobil mewah." "Aku sama sekali tidak memikirkan hal itu, hanya saja selama ini aku sudah menjaga kesucianku sampai-sampai Edward berselingkuh, karena tidak mendapatkan itu dariku. Dan sekarang dia sudah merenggutnya apa aku harus diam saja," sahut Callista apa yang dipikirkannya. "Kamu benar juga, tapi kalau dia jahat meskipun dia kaya kamu yang akan kesulitan nantinya. Apa kamu tahu, kalau anggota mafia itu tidak ada yang setia. Mereka suka menyiksa orang, kalau jadi kamu aku akan kabur jauh-jauh dari sini agar tidak ditemukan oleh mereka." Helen mencoba menghasut Callista agar tidak bersama Maxime. Sebenarnya semua itu dilakukan Helen bukan karena dia khawatir pada Callista, hanya saja dia tidak mau jika Callista hidup bahagia apalagi sampai hidup mewah. Dia sangat tidak suka Callista bahagia, itu kenapa dia ingin Callista menjauh. "Aku tidak bisa pergi jauh, aku tidak punya keluarga lain. Aku tidak tahu harus kemana, itu kenapa aku memilih kabur dan bersembunyi di sini. Karena hanya kamu yang aku tahu," ucap Callista dengan wajah sedih. "Ya sudah, terserah kamu deh. Oh ya, bagaimana kalau besok malam kita ke bar? Aku sendang ingin minum akhir-akhir ini," ujar Helen berharap Callista mau. "Tapi aku takut bertemu orang-orang itu, bagaimana kalau sampai aku tertangkap lagi." "Sudah kamu tenang saja, itu kenapa aku mengajakmu ke bar bukan ke klub. Karena aku tahu orang-orang seperti mereka tidak akan mengunjungi bar apalagi bar biasa, jadi mereka tidak akan menemukanmu percaya padaku." Mendengar bujukan Helen, akhirnya Callista setuju. Untung saja Helen memintanya pergi besok, karena hari ini dia merasa lelah jiwa dan raga. Yang ada dalam pikirannya hanya beristirahat malam itu, Helen pun menghabiskan tehnya lalu pamit ke kamar. Callista sendiri langsung meminta izin untuk ke kamar mandi membersihkan diri, Helen masuk ke kamar agar bisa bergantian ke kamar mandi. Sementara itu, Lois meminta anggota Red Wolves untuk menyebarkan selebaran ke Klub dan tempat-tempat hiburan malam. Bahkan ke beberapa restoran dan kafe, untungnya dia mendapatkan foto Callista dari salah satu rekan kerjanya saat dia mengunjungi kembali restoran tempat Callista kerja. "Kalian sebarkan itu, kita pasti akan segera menemukannya jika bekerjasama. Oh ya, jangan lupa di terminal-terminal bus, mungkin saja dia akan kabur ke luar kota." "Siap, Bang!" Anggota Red Wolves menyahuti dengan suara lantang. Mereka semua berhambur pergi, Lois tidak berpangku tangan dia juga ikut pergi dengan mobilnya bersama Frans. Dia harus turun tangan jika ingin secepatnya menemukan Callista, jika tidak dia tau hukuman apa Hanh akan diberikan Maxime. Hari itu Lois tidak mendapatkan hasil, keesokan harinya saat Lois sudah sangat gelisah menunggu kabar. Dia akhirnya mendapatkan titik terang, salah seorang penjaga keamanan di sebuah bar memberinya kabar jika ada seorang gadis yang mirip dengan foto yang disebar oleh anggota Red Wolves. Tanpa menunggu lama Lois segera menuju ke tempat itu. Sementara di Bar tempat di mana Callista dan Helen sedang duduk, beberapa teman Helen tiba. Bukan hanya laki-laki tapi juga ada beberapa wanita, oleh karena itu Callista sama sekali tidak curiga meskipun dia sempat terpikir ucapan Maxime waktu itu. "Tidak-tidak, mana mungkin Helen seperti itu. Pria itu pasti mengarangnya agar aku tidak punya siapa-siapa lagi untuk berlindung," batin Callista saat pikiran itu muncul. "Calli, kamu melamun?" tanya Helen saat mengajak Callista bicara tapi tidak ditanggapi. "Eh, tidak kok. Ada apa?" "Kita di sini untuk bersenang-senang, bukan untuk melamun apalagi mengingat hal-hal buruk. Sudah minum saja lagi," ucap Helen seraya menyodorkan gelas berisi minuman pada Callista. "Iya, sorry aku teringat sesuatu tadi." Callista menyengirkan bibirnya lalu menenggak minuman seperti sedang meminum air putih. "Hei, kamu harus pelan-pelan jika tidak ingin cepat mabuk." Salah seorang pria yang ada di sana mengingatkan Callista dan hanya ditanggapi dengan senyuman oleh Callista.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN