Bab 3. Bertemu Callista

1013 Kata
"Ikut saja, akan saya jelaskan nanti." "Tidak, aku tidak mau. Aku tidak mengenal kalian, jadi tolong jangan mengganggu, kami sedang banyak pelanggan." Callista berusaha menolak karena memang dia tidak ingat Lois dan yang lainnya. "Kami harus membawa Anda, Nona. Jangan membuat kami memaksa Anda untuk ikut!" tegas Lois tidak perduli pengunjung yang menatap heran padanya. "Ada apa ini, kenapa kalian mengganggu bisnis di sini? Calli, ada apa ini?" tanya seorang pria mendekat ke arah mereka. "Apa kamu pemilik restoran ini, ayo bicara sebentar!" ajak Lois dan menyingkir sedikit. Lois membisikan sesuatu pada pria yang rupanya adalah manajer restoran, Callista tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Dia hanya berharap, atasannya bisa melindunginya dari orang-orang asing itu. Namun, saat manajernya selesai bicara, semua di luar ekspektasi Callista "Calli, sebaiknya kamu ikut saja dengannya." "Tapi, Pak. Saya sedang bekerja sekarang," ujar Callista. "Kamu bisa lanjutkan nanti, pergilah jangan membantah terus!" tukas manajer kesal. "Baiklah, kalau begitu saya ganti pakaian dulu." "Tidak usah, kita pergi sekarang." "Apa-apaan ini, kalian sudah memaksaku untuk pergi. Sekarang bahkan aku tidak bisa berganti pakaian, memangnya kalian siapa terus memerintahku!" ucap Callista dengan nada tinggi karena emosi. "Callista jaga bicaramu, pelanggan akan berpikir pelayan di sini tidak sopan. Tinggal ikut dengan tenang saja, jangan membuat keributan. Atau aku akan memecatmu hari ini juga." Sang manajer menatap tajam Callista, membuat Callista semakin kebingungan. "Sebaiknya Anda ikuti saya dengan tenang, sebelum rekan-rekan saya menghancurkan tempat ini." Lois mengancam Callista dengan suara pelan dan tatapan tajam. "Baiklah, tapi kalau saya ada apa-apa. Anda juga bertanggung jawab, Pak." Callista menatap manajer restoran dengan tatapan sama tajamnya. "Hem," dehem sang manajer tanpa berkata-kata. Callista akhirnya mengikuti Lois dan beberapa orang lainnya, Helen yang melihat itu antara senang dan juga penasaran. Dia senang karena Callista pergi dari tempat itu bersama orang-orang yang menurutnya bukan orang biasa. Bisa jadi mereka adalah gangster atau mafia, yang artinya Callista tidak sedang baik-baik saja. "Sepertinya mereka bukan orang baik-baik, tahu rasa kamu Calli. Kamu tidak bisa lagi jadi primadona di sini, tapi aku belum berhasil menghasilkan uang darinya. Sudahlah, setidaknya aku bisa menggantikannya melayani pelanggan di ruang VIP dan bisa mendapatkan tips besar nantinya." Helen tersenyum licik, dia senang karena berpikir Callista tidak akan kembali lagi. *** "Sebenarnya kalian ini siapa, kenapa memaksaku untuk ikut? Aku tidak mengenal kalian, bagaimana kalau aku kehilangan pekerjaan?" tanya Callista saat mereka diperjalanan. "Anda tidak perlu khawatir, Anda tidak akan mengkhawatirkan lagi soal uang jika Bos kami menginginkan Anda." Lois dengan santainya menyahuti Callista, tapi malah membuat Callista semakin bingung. "Maksudnya apa? Memangnya aku wanita seperti apa yang bisa diinginkan seenaknya, aku ini wanita baik-baik. Jangan berpikir sembarangan tentangku!" "Apa Anda ingat kejadian semalam? Jika pun Anda lupa saat dalam keadaan mabuk, pasti Anda ingat setelah Anda bangun pagi ini." "Maksudnya .... pria yang bersamaku semalam? Apa kalian pegawainya? Atau teman-temannya? Baguslah aku harus meminta pertanggung jawaban darinya, dia sudah merenggut apa yang aku jaga selama ini. Dia pasti orang jahat yang memaksaku melakukan itu," ucap Callista geram. "Jangan sembarangan bicara tentang Bos kami, Anda tidak tahu siapa dia. Jika tahu Anda tidak akan berani berkata seperti itu, Nona." "Aku tidak perduli siapa dia, aku hanya akan meminta dia bertanggung jawab. Karena sudah seenaknya melakukan itu padaku!" tukas Callista tetap pada pikirannya. "Semua kesalahan Anda sendiri, Bos kami malah menyelamatkan Anda saat Anda meminta pertolongan. Sebaiknya Anda ingat kembali sebelum menuduh orang lain," ucap Lois penuh penekanan. Callista terdiam, dia berusaha mengingat apa yang sebenarnya terjadi semalam. Dia ingat saat diajak Helen untuk ke Klub, karena Helen mengetahui jika dia sedang patah hati karena kekasihnya selingkuh. Lalu ada beberapa pria mendekati mereka, ada sedikit kenangan saat satu pria membawanya ke mobil dengan alasan ingin mengantarkannya pulang. Tapi dia tidak terlalu ingat, bahkan tidak mengingat apa-apa lagi setelah di mobil. "Akh, sebenarnya apa yang terjadi padaku. Kenapa aku tidak ingat, harusnya aku bersama pria malam itu. Tapi kenapa aku bisa bersama pria dia kamar itu," batin Callista kebingungan. "Turunlah, Bos kami sudah menunggu." Lois membukakan pintu mobil membuyarkan lamunan Callista. "Dimana ini?" tanya Callista pelan dengan tatapan kesana-kemari. Sebuah bangunan besar, dengan warna yang terkesan suram. Warna abu-abu dengan beberapa bagian berwarna hitam membuat bangunan megah itu terkesan suram. Callista tahu untuk turun, sampai akhirnya Lois menariknya turun. "Aw! Hati-hati, bisa pelan-pelan tidak? Aku hampiri terjatuh," gerutu Callista kesal. "Cepat ikuti saya, kalau tidak ingin ditarik lagi." Lois berjalan lebih dulu, dengan rasa penasaran tinggi Callista akhirnya mengikuti Lois. Merasa naik ke teras dan masuk ke dalam bangunan yang dijaga dua orang berbadan tegap di depan pintunya. Jantung Callista berdegup kencang, ada rasa takut menyelimutinya karena semua yang dilihatnya di sana adalah laki-laki. "Apa dia penjahat? Atau gangster? Kenapa mereka semua berpakaian hitam dan wajahnya terlihat menyeramkan, tidak ada senyum sedikit pun?" tanya Callista dalam hatinya. "Silahkan tunggu di sini, saya akan memanggil Bos dahulu." "Tunggu! Apa saya tidak dipersilahkan duduk dulu?" tanya Callista dengan wajah polosnya. "Hem, tunggu Bos saya dulu. Sebelum dia perintahkan untuk duduk sebaiknya jangan duduk," jawab Lois membuat Callista mengernyitkan dahinya. "Dasar orang aneh, kenapa duduk saja harus menunggu perintah Bosnya. Aku ini tamu, harusnya dipersilahkan duduk lebih dulu." Callista menggerutu kesal tapi tidak berani untuk melanggar ucapan Lois, seperti dihipnotis Callista hanya patuh menunggu sambil berdiri. Tidak berapa lama, terdengar suara langkah mendekati ruangan luar di mana Callista berdiri. Seorang pria tampan dengan kaos berwarna hitam dan bergambar serigala merah keluar dari ruangan dalam. Callista menatap takjub, karena ternyata pria itu lebih tampan dari yang dilihatnya tadi pagi. "Akhirnya aku menemukanmu, ternyata tidak sesulit itu menemukanmu. Silahkan duduk," ucap Maxime dengan suara berat dan terasa dingin. "Terima kasih," ujar Callista dan duduk di kursi yang berada di hadapan Maxime. Bukannya langsung bicara, Maxime malah menatap Callista dengan teliti. Callista merasa seperti sedang dikuliti oleh tatapan pria di depannya, Callista sedikit gelisah dan takut. Tapi berusaha terlihat tetap tenang meskipun rasanya sulit.. "Maaf, ada apa Anda memanggil saya ke sini? Saya harus bekerja dan bisa kehilangan pekerjaan kalau seperti ini," ucap Callista memberanikan diri. "Hem, sepertinya kamu sudah tidak sabar. Apa kamu ingat padaku?" tanya Maxime membuat Callista bingung harus menjawab apa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN