Penantang Halvir

1777 Kata
''Hehehe...'' tawa aneh terlihat lagi di wajah Anindira, ''Ini ikan pertama yang kumakan,'' ujar Anindira sambil mencuil ikan dan memasukkannya ke dalam mulut dengan lahap. ''Kau tidak pernah makan ikan?'' tanya Halvir heran. ''Bukan kak, aku pernah makan ikan... '' ujar Anindira segera membantah, ''Tapi, selama bersamamu, ini ikan pertamaku,'' Anindira melanjutkan, dengan senyum manis terukir di wajah. ''Kau suka makan ikan?'' tanya Halvir, dia bisa tahu kalau Anindira sangat menikmati makanannya yang ini. ''Suka... '' ujar Anindira menjawab dengan polosnya. Halvir tidak tahu, kalau Anindira lebih lahap memakan ikan dibanding makan daging. Adalah karena lebih lembut dan mudah dikunyah olehnya, selain itu, ikan segar terasa manis dan gurih walau tanpa bumbu. ''Aku akan lebih sering mencarikanmu ikan kalau begitu... '' ujar Halvir, dia bisa tahu dari cara makan dan degup jantung Anindira. Halvir bisa dengan mudah melihat mood Anindira yang nafsu makannya jadi lebih besar sekarang. ''Ehh!... '' seru Anindira memekik kaget, ''Bukan begitu kak, aku makan apa pun tidak pilih-pilih, jadi tidak perlu repot-repot mengubah menu, apapun yang kau makan aku akan makan,'' ujar Anindira kemudian. Anindira merasa tidak enak karena selalu merepotkannya, dia tidak mau jadi lebih tidak tahu malu dengan membuat banyak permintaan. ''Kenapa merepotkan?!'' seru Halvir bertanya sambil mengernyitkan dahi, ''Kau mau makan apa?... Akan aku carikan untukmu, tidak ada yang sulit…'' Halvir melanjutkan dengan wajah yang terlihat angkuh, ''Aku tidak selemah itu, sampai kau harus menahan keinginanmu,'' Halvir melanjutkan kembali kata-katanya dengan nada yang sedikit meninggi, dia kesal karena merasa kemampuannya di remehkan, ''Aku pasti ak...'' belum selesai dia bicara, tiba-tiba ucapannya terhenti karena kedatangan seseorang. Halvir menyadari sorot mata pemuda itu yang telah memperhatikan mereka sedari tadi, jauh sebelum dia mendatanginya. Halvir tahu dan mengenal siapa pemuda itu. Di antara pemuda-pemuda lain yang hanya berani kasak-kusuk sendiri, dia cukup bernyali dan mendatangi Halvir dengan sangat percaya diri, walaupun jantungnya berdegup cukup keras menunjukkan kegugupannya secara jelas di hadapan Halvir. Seorang pemuda berkulit putih, perawakannya sekilas sama seperti Hans, hanya saja dia jauh lebih muda. Wajahnya masih sangat polos dan lugu, dia tampak seumuran dengan Anindira. Remaja muda yang masih sangat belia, berambut pendek keabu-abuan, berkilau seperti silver, dan memiliki bola mata bagai *Berlian. Wajahnya sangat ceria penuh senyum, seperti kebanyakan remaja muda pada umumnya.Tapi, secara keseluruhan, dari kepala sampai kaki, auranya mirip seperti kaum bangsawan yang terkesan elegan dan percaya diri. Bahkan caranya memakai pakaian dari kulit binatang pun terkesan indah dan mewah, walau sangat simpel. ''Halvir!'' seru pemuda itu menyapa dan sedikit mengangguk pada Halvir, pemuda itu meminta izin pada Halvir untuk bisa bergabung dengan mata dan gestur tubuhnya. ''Tidak!'' seru Halvir tegas, dengan suara datar. Pemuda itu hanya bereaksi mundur beberapa langkah mendengar jawaban Halvir. Persis seperti yang telah diduga olehnya, jadi dia tetap berusaha tenang menanggapinya. Perbedaan *Safir dan *Berlian bisa terlihat di sini, tapi bukan hanya itu, ini adalah etika mereka sebagai Manusia Buas. Teritorial dan Kepemilikan memiliki Garis jelas di sini. Ini adalah wilayah publik yang bisa di akses oleh siapapun, tapi Halvir sudah duduk di sini terlebih dulu dan ada wanita yang secara jelas telah diketahui semua orang, kecuali oleh Anindira. Secara resmi Halvir adalah Wali Anindira. *** Wanita di dunia ini juga bisa dibilang adalah Wilayah atau Kepemilikan. Sesuatu yang akan dengan ketat di jaga dan akan dihormati oleh siapapun, khususnya para pria lajang. Jika wanita tersebut masih anak-anak atau masih murni, meski dia telah dewasa, maka ayahnya adalah wali-walinya. Dengan urutan, ayah kandung adalah yang utama, kemudian diikuti dengan urutan Hierarki pasangan-pasangan ibunya yang lain. Tidak seperti di dunia modern tempat Anindira dilahirkan. Seorang ayah tiri sangat jarang, bisa sayang dengan anak sambungnya. Tapi, tidak di dunia ini. Selama itu, adalah anak dari pasangannya, maka gen ibunya yang telah menjadi pasangan mereka, secara naluri akan meng*imprint perasaan mereka terhadap anak-anak wanita pasangan mereka. Para ayah pasangan seorang wanita tidak akan membedakannya dengan anak dari pasangannya lain. Mereka semua sama, mereka akan dianggap sebagai anak kandung mereka sendiri. Anak-anak juga merupakan sebuah prioritas untuk dijaga dan dilindungi tapi tetap dengan urutan ibunya yang utama, walau itu adalah anak kandung mereka sendiri. Untuk kasus Anindira, ada sebuah aturan yang dihormati baik itu oleh lelaki atau wanita di mana pun, di dunia manusia buas ini. Walau, ada beberapa pengecualian untuk Klan Perusak. Pria yang menyelamatkan wanita yang tidak punya wali, maka secara sah dia akan jadi walinya dan bisa mengajukan lamaran jika pria yang menemukan atau menyelamatkannya masih lajang. Dan, jika pria yang menemukannya telah memiliki pasangan. Maka, hanya dengan dengan izin dari pasangannya, dia bisa membawanya masuk dalam rumah tangga mereka untuk dijaga. Tapi jika tidak mendapat izin, maka akan diserahkan pada Pemimpin Klan atau Kepala Desa, sampai wanita yang tanpa keluarga itu mendapat pasangan. Itu adalah Hukum tidak tertulis yang diterapkan di Dunia Manusia Buas ini. Halvir selama ini sudah menyelamatkan banyak wanita, tapi tidak seorang pun dari mereka pernah membuatnya tertarik. Sebelumnya, ada juga beberapa wanita yang dengan berani menginginkan Halvir untuk jadi pasangannya, mereka terkesan dengan peringkat Halvir sebagai seorang *Safir. Tapi, Halvir selalu menolak tawaran itu, hal itu sempat juga membuat beberapa pria merasa kesal dengannya. Terlalu banyak bujangan di Dunia Manusia Buas ini, enam puluh persen pria di Dunia ini tidak berkesempatan untuk memiliki pasangan seumur hidup mereka kecuali Klan perampok dan perampas. Selemah apapun pasangan si wanita, saat seorang pria menjadi pasangan pertamanya, maka dia yang akan menjadi Kepala Keluarga memegang tanggung jawab memutuskan segala sesuatu menyangkut si wanita dengan dukungan dari pasangan-pasangan lain dari si wanita. Di Dunia Manusia Buas ini ada Penerobosan wilayah oleh Klan-klan lain yang berusaha merebut dan menguasai wilayah lain, biasanya hal ini dilakukan oleh sekelompok Manusia Buas yang telah membuang kehormatan dan harga diri mereka. Bukan tanpa alasan mereka melakukannya, biasanya kebanyakan dari mereka adalah Klan atau Desa yang sebelumnya juga telah di rampok, dan karena dendam dan putus asa mereka melepaskan kehormatan mereka. Ketiadaan wanita di Desa atau Klan mendorong mereka untuk berbuat nekat bahkan sampai membuang harga diri dan kehormatan mereka. Musim dingin yang sangat ganas, ketiadaan makanan, *Amber yang jadi suplai utama untuk menjaga dan melindungi kondisi fisik wanita dari kelaparan dan suhu dingin yang ekstrim, juga salah satu hal yang membuat mereka merampok Klan atau Desa lain. Ada juga beberapa Klan yang disebut sebagai Klan perusak yang amat dibenci dan sangat ingin di musnahkan keberadaannya, mereka melakukannya bukan karena keterpaksaan melainkan karena kesenangan. Tapi, semua itu selalu memiliki tujuan yang sama yaitu wanita untuk menambah jumlah populasi mereka dan memperkuat keberadaan mereka. Yang membuat klan perusak menjadi sangat di benci, adalah karena WANITA yang hanya ada kurang dari lima persen dari jumlah populasi para pria di Dunia ini. Di mana keberadaan wanita akan sangat di jaga dan di lindungi, tapi oleh klan perusak itu, justru para wanita hampir tidak pernah bisa berumur panjang. Klan perusak sangat kasar dan tidak menghargai wanita, mereka juga pengecut dan penakut yang sangat sombong. Sangat jauh berbeda dengan para Manusia Buas yang selalu taat dan setia dengan kode etik kehormatan, mereka memang sangat kuat tapi mereka tetap menghargai dan menghormati wanita. Bagaimanapun sedikitnya wanita tapi mereka tidak sekalipun akan memaksakan diri mereka pada wanita kecuali saat tertentu di mana mereka tidak bisa mengendalikan diri, dan hal itulah yang sangat dihindari oleh mereka. Karena hampir selalu terjadi penyerangan dan perluasan wilayah dari Klan perusak dan target utama mereka adalah wanita. Ada kalanya saat peperangan terjadi wanita yang berusaha di keluarkan dari medan tempur akan hilang atau tersesat karena situasi dan kondisi keadaan itu sendiri. Ada juga beberapa kejadian yang bisa dikategorikan sebagai musibah alami, ada wilayah dari Desa-desa kecil yang Peringkat dari anggota Klannya rendah, kemudian mereka mendapat serangan invasi kelompok binatang-binatang liar dan sangat ganas. Hal itu menjadi lumrah terjadi saat musim dingin yang biasanya akan berlangsung antara tujuh bulan sampai setahun. Walau tidak selalu, tapi sering terjadi, ada kalanya musim dingin berkepanjangan yang bisa terjadi sampai dua tahun. Saat itu terjadi, bukan hanya Manusia Buas yang akan kelaparan karena tidak bisa mencari makanan tapi juga binatang-binatang buas itu juga akan nekat karena kelaparan, dan mereka akan memasuki pemukiman yang dihuni oleh sekelompok atau bahkan sebuah Desa. **Untuk informasi perputaran musim di dunia ini bukan berlangsung selama setahun tapi antara dua sampai tiga tahun; *Musim panas antara tiga sampai enam bulan *Musim hujan antara tiga sampai enam bulan kadang kadang bisa sampai setahun *Musim semi antara tiga sampai enam bulan *Musim dingin antara tujuh sampai dua belas bulan, musim dingin dan musim hujan adalah yang paling sering berubah masa waktunya. Dunia Manusia Buas ini sangat keras, seleksi alam di dunia ini sangat kejam, setiap Manusia Buas, baik itu Herbivora atau Predator akan di seleksi tanpa ampun. ** ''Aku akan pergi sekarang, tapi aku akan datang lagi…'' ujar pemuda itu dengan penuh percaya diri. ''Halvir!... Aku akan mengejarmu... Dan kau pasti akan mengakuiku,'' pemuda itu melanjutkan ucapannya, setelah dengan sopan berpamitan dengan Halvir, pemuda itu kemudian pergi meninggalkan mereka, dengan rasa bangga. Halvir menatap tajam punggung remaja nekat itu, tapi ujung bibir Halvir terlihat melengkung dengan sorot mata yang terlihat senang dan merasa puas, walau tampak samar. Sebagai seorang petinggi desa yang sangat dihormati dan juga sebagai orang yang sudah sangat dewasa, Halvir merasa sangat bangga. Karena sebagai seorang yang sudah kenyang pengalaman, dia melihat adanya potensi besar dari remaja mentah yang baru saja menantangnya. Tidak jauh dari situ, ada beberapa orang yang tengah memperhatikan mereka dari kejauhan. Hanya saja mereka tidak mau menunjukkan diri tepat di hadapan Halvir, kecuali remaja muda barusan yang punya keberanian di atas rata-rata walau pun dia hanya seorang berperingkat *Berlian. ''Teman kakak?'' tanya Anindira, sambil melanjutkan lagi mengunyah makanannya. ''Siapa?'' Halvir balik bertanya. ''Hmh?!... '' Anindira mengernyitkan dahi dengan jawaban Halvir yang tidak jelas, ''Yang barusan?!'' sahut Anindira melanjutkan, dengan mulut yang masih mengunyah makanan. ''Bukan,'' jawab Halvir singkat. ''Bukan?!'' seru Anindira bertanya dengan membeo. ''Dia menyukaimu... '' jawab Halvir datar. ''HA?!'' seru Anindira terpekik kaget, dia sampai menghentikan makan dan menatap Halvir dengan wajah bodoh. ''Dia menghampiriku untuk memberi tahu kalau dia akan mendekatimu…'' ujar Halvir dengan santai menjelaskannya, ''Apa kau juga menyukainya?'' Halvir bertanya, melanjutkan kata-katanya. ''Kak!'' panggil Anindira dengan ekspresi kesal, ''Aku tidak tahu dia... Kami baru saja bertemu... Berbicara saja tidak!'' seru Anindira menjawab, kalimat demi kalimat di diktenya sambil bersungut menjawab Halvir. ''Eum... '' angguk Halvir menjawab Anindira dengan singkat dan acuh, ''Sudah hampir gelap, sebaiknya kita pulang,'' ujar Halvir melanjutkan sambil menyunggingkan senyum tanda kemenangan. Halvir membereskan bekas makan mereka, mencuci tangan, kemudian menggendong Anindira, membawanya pulang. Sesampainya mereka di rumah hari sudah gelap dan tidak terlihat apapun, setelah mengganti seprai dari bulu binatang, yang menutupi jerami, alas tidur mereka yang cukup besar seukuran tiga kali tiga meter, tebal sekitar lima puluh senti yang mendadak menyusut saat mereka berdua duduk di atasnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN