Terjebak

1004 Kata
038 Terjebak Tanpa sepengetahuan Anindira ternyata dia berjalan cukup jauh. Biasanya dia akan mendapat peringatan dari penjaga desa. Tapi hari ini, tidak terlihat ada pria yang berjaga. Tidak tahu apa yang terjadi Anindira terus berjalan hingga keluar dari wilayah desa dan memasuki Hutan Biru yang berbatasan langsung dengan wilayah desa di sebelah barat. Hutan senyap yang cantik, pemandangannya menjadi asal penamaan Desa Hutan Biru. Mata Anindira lagi-lagi dimanjakan oleh pemandangan luar biasa di hadapannya. Sunyi senyap hutan luas di hadapannya tidak mengalihkan rasa takjubnya. Hamparan bunga Lonceng biru membentang menutupi lantai hutan. Berbaris acak deretan pohon-pohon rindang tinggi menjulang memayungi dataran. Kabut tipis menyelubungi hutan meski sekarang musim panas. Cahaya matahari bak spotlight masuk menyelusup di antara celah daun. Di antara kecantikan hutan dengan bunga berwarna biru tidak menyembunyikan remangnya hutan sunyi. Beberapa pasang mata berbinar mengawasi pergerakan seorang gadis remaja yang tak menyadari bahaya sedangt mengintai dirinya. DEG Aninidra terkejut ketika tiba-tiba muncul di hadapannya empat orang pria tampan dan tinggi. DEG DEG DEG Aura di sekitar mereka membuat Anindira bergidik segera nalurinya memicu kewaspadaan dengan degup jantung yang berpacu semakin cepat. SREK Kaki Anindira mencoba untuk segera berlari menghindar tapi responsnya terlambat. Keempat pemuda yang kehadirannya membuat Anindira tidak nyaman telah mengelilinginya. ''Ternyata aroma itu berasal darinya,'' ucap salah seorang dari mereka. ''Kau benar,'' tambah seorang lagi yang bermata *Emerald sambil menyeringai, ''Tidak ku sangka kita mendapatkannya tanpa bersusah payah. Entah dia cuai atau punya keberanian tinggi... tanpa penjaga dia keluar saat sedang *subur.'' ''Tidak tercium aroma pasangan darinya,'' ujar seorang lagi yang lain dari gerombolan Hyena itu. ''Wajar, dia masih sangat muda. Anak ini tentu masih murni,'' ujar Hyena Emerald sambil menyeringai, ''Belum ada yang menandainya.'' ''Belum ditandai?!'' seru seorang Hyena berlian, ''Keberuntungan bagi kita, tidak ada yang bisa melacaknya...'' ujarnya lagi melanjutkan sambil bermain-main dengan rambut Anindira. Berulang kali Anindira berusaha menepis tangan-tangan mereka yang dengan sengaja menyentuh Anindira. Jelas terlihat kalau mereka sedang melecehkannya. ''Ah!'' seru seorang berlian memekik, ''Aku tahu sekarang!'' serunya menambahkan dengan wajah sumringah, ''Dia baru saja akil baligh karena itu dia tidak menyadarinya. Begitu pun keluarganya...'' ''Hahaha... keluargamu ceroboh. Membiarkan anak perempuan diusia rawan akil baligh keluar sendirian,'' jawab si Hyena Emerald membenarkan teori temannya, Di antara mereka berempat hanya satu yang bermata Emerald, tiga yang lain bermata Berlian, tampaknya si emerald adalah pemimpinnya. ''Dia baru saja memasuki periode *masa suburnya. Karena itu aromanya belum membuat kita gila. Tapi, sebentar lagi kita akan keluar kendali!'' ujar Hyena Emerald itu lagi dengan seringai menyeramkan. Ucapan Hyena emerald itu disambut gelak tawa sumringah dari teman-temannya. ''Kalau begitu kita harus segera menjauh,'' Hyena berlian yang tertua menyeringai bangga, ''Sudah pasti keluarganya sedang mencarinya. Meski Dia belum punya pasangan, *si-yazhnya akan sangat tajam terlebih dengan aroma *masa subur. Dia kan terlacak hingga beberapa hari kedepan.'' (*si-yazh jejak aroma dari tubuh yang tertinggal di suatu tempat) ''Kau benar,'' jawab Hyena berlian yang lebih muda bersikap serius menanggapinya. ''Kita berempat akan segera memilikinya...'' jawab Hyena berlian yang paling kecil, ''Tapi kta harus bersabar dulu kalau tidak mau tertangkap.'' ''Kita akan bertahan sampai membawanya ke desa,'' ujar Hyena berlian yang tertua lagi. ''Segera setelah kita menghindari pelacakkan kita akan segera bersenang-senang dengannya,'' sahut Hyena Emerald kemudian menghampiri Anindira sambil meraba tubuhnya. ''Mau apa kalian?!'' seru Anindira langsung bergerak mundur menjauhinya, ''Aku ada di bawah pengawasan Kepala Desa!'' seru Anindira sambil terus menepis tangan-tangan genit yang terus melecehkannya. Anindira berusaha tampil berani. Meski degup jantungnya berbunyi bak genderang memperdengarkan ketakutannya. Diperjelas lagi oleh bulir-bulir keringat dingin meluncur dari dahinya. Hal itu terdeteksi dengan mudah oleh manusia buas yang punya indra tajam. ''Kepala Desa?!’’ seru Hyena berlian termuda sambil mengangkat alis, ''Itu, kalau dia bisa menemukanmu.'' ''Kau sudah keluar terlalu jauh dari wilayah desamu, apa kau tidak tahu? Hehehe...'' tambah Hyena berlian tertua sambil terkekeh. ''Dia tidak tahu!'' jawab Hyena berlian terkecil, ''Karena itu dia bersama kita sekarang.'' ''Kemungkinan kematian para penjaga desa sudah sudah mulai terdeteksi,'' tambah Hyena Emerald sambil menyeringai, ''Untyuk bisa masuk ke dalam desa kami membunuh mereka. Karena itu kau keluar jauh dari desa tanpa ada yang memperingatkan... Kau sedang sial. Setelah kami membawamu pergi mereka tidak akan bisa menemukanmu karena kau tidak punya pasangan.'' ''HAHAHAHA ... '' Serempak suara tawa mereka membahana di hutan biru yang sunyi. ''A-a-a... pa?!!'' Anindira bertanya dengan terbata-bata, ''Di-di- bunuh?!'' Wajah Anindira pucat pasi nyaris biru. Anindira sangat ketakutan sekarang. Para pria ini sangat berbeda dengan orang-orang yang pernah ditemuinya selama ini. Mereka sangat menakutkan. Anindira ingin berteriak dan menangis. Tapi karena dia sangat ketakutan dia tidak mampu melakukannya. Dia sangat ingin berteriak meminta tolong tapi suaranya seperti tersangkut di tenggorokan. ''A-a-ap-pa pp-pun y-yang ingin kk-ka-llian l-lakukan... kumohon hentikan!'' Anindira memelas memohon pada mereka dengan suara bergetar dan air mata menitik dengan tubuh gemetaran. ''Wanita, aromamu semakin kuat. Terus begini maka kami akan semakin mabuk... kau tidak bisa menyalahkan kami! Kau menggoda kami dengan aromamu,'' ujar Hyena Emerald dengan wajah melecehkan. Mabuk dengan aroma mirip *Afrodisiak pikirannya dipenuhi fantasi m***m. Sama seperti Hyena *Emerald tiga Hyena yang lain pun tidak luput dari pengaruh aroma yang keluar dari tubuh Anindira. Segera setelahnya dua Hyena *Berlian bergerak mengapit dan menahan tubuh Anindira. ''TIDAK!'' jerit Anindira sambil menepis tangan dua Hyena itu, ''Kumohon lepaskan aku...'' ujar Anindira dengan wajah memelas. ''AARRGHHH!!!...'' Anindira menjerit kesakitan ketika kedua tangan Anindira langsung di pegang lagi oleh dua Hyena yang ditepis tangannya oleh Anindira, ''Lepaskan aku! Kumohonnn...'' seru Anindira dengan wajah meringis kesakitan. Mereka meremas pergelangan tangan dan bahu Anindira tanpa memikirkan jika Anindra yang hanya seorang wanita. ''EURGH...'' Anindira kembali menjerit merasakan sakit yang di akibatkan oleh tindakan kasar para Hyena jahat. Dia memohon dengan air mata menitik menahan perih dan juga ketakutan yang meneror hatinya. ''Diam supaya kami tidak semakin menyakitimu!'' seru Hyena Emerald. Beberapa kali Anindira meronta dan mengamuk mencoba melepaskan diri. Tapi, dia yang hanya seorang wanita tentu saja kalah tenaga dari dua Hyena yang sedang bersenang-senang dengan kengerian Anindira. Selama beberapa waktu Hyena jahat mempermainkan Anindira. Dia akhirnya mendapatkan sedikit kesempatan untuk berontak melepaskan diri. Dia berusaha sekuat tenaga menyusup keluar. Berusaha lari dari kepungan mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN