9. Amarah

1040 Kata
Yogi menggandeng tangan Yura. Tak ada rasa canggung sedikitpun yang terlihat di wajah Yura. Bahkan, Yura tampak biasa aja. Malahan, Yogi yang sangat gerogi. Karena tangannya bersentuhan langsung dengan tangan Yura. Yura sudah tak canggung lagi bila harus bertamu ke rumah orang asing. Sudah dapat dia tebak, pasti ujungnya dia akan dicemooh. Ia pernah menjalin kasih dengan seseorang. Dan berujung kandas karena orang tua cowok tidak merestui karena dia yang sudah punya anak. "Assalamualaikum!" Yogi membuka pintu. Sarah langsung berlari menyambut anaknya. "Lama banget, nyasar kemana kamu?" sentak Sarah tidak sabar. "Nih Mah, cewek yang aku ceritain kemarin." ucap Yogi ragu-ragu. "Oh ini Yura ya? " "Iya tante," jawab Yura ramah sambil mencium punggung tangan Mama Yogi. "Salim dulu sayang!" titah Yura pada Nathan. Nathan menyodorkan tangan kecilnya. "Namanya siapa ganteng?" tanya Sarah dengan ramah. "An an." jawab Nathan malu-malu. "Namanya Nathan tante," ucap Yura menjelaskan. "Masuk sini Yura. Duduk sama tante! " Sarah menarik tangan Yura untuk duduk di ruang keluarga. Yogi mengintili dua wanita itu. "Kamu beneran pacar anak saya? Trus rencana nikahnya kapan?" tanya Sarah bertubi-tubi. Yura mengusap telinganya kikuk. Yogi belum me-breefingnya jikalau ada pertanyaan seperti ini. "Kamu ngapain berdiri disini? Pergi kamu!" ucap Sarah melotot pada Yogi. "Kenapa aku disuruh pergi, Ma?" protes Yogi. "Kamu bau asem. Mandi dulu, nanti kesini lagi. Gitu aja harus diajarin!" omel Sarah. Yogi menggerutu. Berjalan menjauhi ruang keluarga. Sebenarnya ia sangat takut kalau Mamanya berbicara yang tidak-tidak pada Yura. "Yura, sudah lama ya pacaran sama Yogi?" "Maaf tante, tapi Yura gak pacaran sama Pak Yogi. Hubungan kami cuma sekedar rekan kerja." jawab Yura yang membuat Sarah melotot. "Kamu beneran?" "Iya tante " "Emang Yogi gak pernah nembak kamu? Kasihan sekali jadi Tante. Punya anak satu tapi cupu nya naudzubillah. Nembak cewek aja gak berani." gerutu Sarah mencak-mencak. Kurangajar sekali Yogi sudah menipunya. "Tante udah seneng saat Yogi bilang mau bawa kekasihnya yang bernama Yura. Ternyata kamu sama anak saya gak pacaran?" "Enggak tante, " "Kenapa? Harusnya kalian pacaran!" sentak Sarah sampai membuat Yura dan Nathan kaget. "Anak saya pinter, ganteng, karirnya bagus. Bisa jadi ayah yang baik. Kurang apa sampai kamu gak mau? Iya memang dia agak rempong. Tapi tante yakin kalau Yogi bisa jadi suami yang baik. " Yura makin tidak ngerti dengan situasi ini. Kenapa malah Mamanya Yogi yang memaksa. Sarah mengambil alih Nathan agar duduk dipangkuannya. Wanita itu mulai merecoki pikiran Nathan. "Kamu mau kan punya Papa kayak anak Oma? Papa Yogi bisa beliin kamu mainan yang banyak. Bisa ajakin kamu main kelereng. Multi talenan pokoknya." ucap Sarah sambil menata rambut Nathan. "Papa!" celetuk Nathan menunjuk-nunjuk Yogi yang sudah bersih. Pria itu tampak lebih bening saat memakai kaos casuel dan celana selutut. "Pinter. Panggil Yogi, Papa ya!" Nathan mengangguk menyetujui. Yura mendumel dalam hati. Kenapa dia dihadapkan dengan manusia-manusia aneh. Ia kira, Mama Yogi tidak akan menyukainya. Namun dugaannya salah. Mama Yogi malah menyuruhnya cepat-cepat menikah dengan Yogi. Kenapa Mama dan Anak sama saja. Sama suka memaksa. "Papa!" celetuk Nathan lagi meminta digendong. Yogi langsung menggendong calon anaknya. "Tuh Yura. Nathan aja nyaman sama Yogi. Masak kamu gak nyaman sih. " ucap Sarah menarik tangan Yura agar lebih mendekat kearahnya. "Yogi itu direbutin emak-emak komplek buat dijadiin mantu. Kamu beruntung kalau Yogi sukanya cuma sama kamu." "Please! Mau ya nikah sama Yogi! Mama maksa ini!" Sarah berekspresi semelas mungkin. "Kenapa tante?" "Stop panggil saya, tante. Panggil Mama. Bentar lagi, Mama akan jadi mertua kamu." ucap Sarah memeluk erat tubuh Yura. Yogi mengedipkan sebelah matanya pada Yura. Membuat Yura ingin menyumpah serapahi Yogi saat itu juga. "Yogi!" "Iya, Mah." "Besok, kita datang ke rumah Yura. Mama sama Papa akan melamarkan Yura untuk kamu. Dan kamu, atur pernikahan secepatnya. Pilih cincin yang Mama rekomendasikan. Karena kamu anak tunggal, pernikahannya sewa gedung bintang lima. Undang semua teman-teman kamu. Kateringya biar Mama yang atur. Gaun pernikahan, biar Mama yang pilihin. Kamu tinggal minta restu sama nyewa gedung. Yura terima beres aja. Yang penting semua kelar dan secepatnya bisa Sah." Yogi dan Yura membeo mendengar serentetan kalimat yang keluar dari bibir sarah. Itu ucapan manusia apa suara rel kereta api yang lewat. Kenapa panjang lebar dan secepat itu bicaranya. Nathan hanya plonga-plongo mendengar Sarah berbicara. Untuk anak seusianya, tidak akan mengerti apa yang dibicarakan orang dewasa. "Yura, ayok ke dapur. Mama sudah siapin makanan yang enak buat kamu." lagi-lagi, Sarah menyeret paksa tangan Yura. "Ma, jangan kasar-kasar gitu dong sama calon mantu!" ujar Yogi terkekeh. Yura manatap Yogi kesal. Yogi tidak cerita kalau dia akan dikenalkan sebagai pacar orang itu. Yogi hanya bilang untuk makan malam. Lalu, kenapa sekarang begini. Selama makan malam berlangsung, obrolan didominasi oleh Mama Yogi. Yura hanya menanggapi seadanya. Nathan anteng disuapi Yogi. Memang kalau dilihat-lihat, Yogi sudah sangat pantas membangun bahtera rumah tangga. Sama Nathan saja, Yogi sangat sayang. Apalagi jika pria itu mempunyai anak sendiri. Pasti akan lebih sayang. Setelah makan malam selesai, Yura pamit pulang. Yogi ngotot ingin mengantarkan, tapi Yura kekeuh ingin pulang sendiri. "Tidak usah, aku bisa pulang sendiri." ucap Yura menatap tajam Yogi. Tidak ada yang tau, amarah terpendam di hati Yura. Yura membawa Nathan keluar dari rumah. Tak menghiraukan Yogi yang mengejarnya. Sampai di balik gerbang rumah Yogi, Yogi menghentikan paksa tangan Yura. "Yura tunggu! Kamu kenapa sih main kabur aja?" tanya Yogi. "Maksud kamu apa ngenalin aku sebagai calon istri kamu? Aku gak suka. Bukan karena aku gak suka sama kamu. Tapi aku belum mau menikah!" jerit Yura menatap Yogi dengan tajam. "Kamu trauma sama pernikahan sebelumnya? Aku janji akan lebih baik-" "Tidak ada trauma padaku. Asal kamu tau, aku bukan janda. Aku masih gadis. Masih perawan. Aku hanya belum ingin menikah. Dan kamu malah seenaknya sendiri ngenalin aku sebagai pacar kamu. Tanpa persetujuan aku." Yogi kaget mendengar penuturan Yura. Yura bukan janda. Lalu, anak siapa Nathan itu. "Dan asal Pak Yogi tau. Kedua orangtuaku tidak akan mau memberi restu kepada siapapun pria yang akan melamarku." ucap Yura mengusap air matanya kasar. Ia berbalik menjauhi rumah. Meninggalkan Yogi dan Sarah yang ternyata sejak tadi menguping dibalik tembok. Yura bukan marah tanpa alasan. Tapi, saat mengingat kedua orang tuanya, emosinya selalu memuncak. Yura yakin, orang tuanya tidak akan memberi restu saat ada orang yang melamarnya. Karena mereka tidak ingin melihanya bahagia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN