Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Rena. “Siapa yang kamu sebut anak haram?” Iza menatap tajam, lantas Rena memegang pipinya yang kebas. Tak percaya orang yang dianggapnya lemah itu berani menjatuhkan tangan. “Iza, berani kamu menampar aku?” Rena memekik memelototi Iza dan satu tamparan lagi mendarat pada pipi berbeda. “IZA!” “Kuperingatkan padamu untuk jangan pernah menyentuh anakku apalagi mengatainya sebagai anak haram! Kamu paham!” Iza menunjuk wajah Rena. Tegas dalam berucap lalu menoleh pada anaknya. “Singkirkan tanganmu itu! Kamu sama sekali tidak bisa melindungi anakmu sendiri,” hardik Iza pada sang matan yang masih memeluk putrinya. Tanpa bisa berkata-kata karena memang tubuh pria bermata sedikit sipit itu masih lemah, dia membiarkan Iza membawa bersama dengannya.