Setelah keputusan semalam memang tak ada alasan bagi Azka untuk menetap di Bandung lebih lama lagi. Puput sudah ada yang urus, Iza pun meminta agar dirinya tak sering datang menemui buah hati agar tak membuat suasana menjadi kacau dan menjadi hambatan bagi masa depan Iza. Azka mengeluarkan semua pakaiannya dalam lemari lalu memasukkan ke dalam koper yang sudah dibuka. Meskipun berat tapi inilah langkah yang harus diambil. Pelukan sang anak semalam masih terasa hangat sampai sekarang. Dia tak mungkin menangis tersedu-sedu mengingat image-nya sebagai seorang pria dewasa. Azka hanya bisa memendam kekecewaan dalam hati, merasakan sakit hati dan mencoba menimbang-nimbang perasaan Iza waktu dulu ketika dirinya memutuskan untuk kembali pada Rena. “Ternyata sesakit ini.” Azka mengusap dadanya.