Di kampus Harapan. Kampus yang terkenal dengan kampus bagi kalangan jaya raya. dengan pemandangan kampus yang bdgitu indah. Danau di baguan belakang kampus. Taman dan rumput hijau yang masih terasa segar. Seolah berada di nuansa desa yang begitu indah. Pohon-pohon masi terlihat alami. Gedung-gedung yang tinggi adalah khas dari kampusnya. Serta muridnya yang terkenal fashionnable.
Kali ini terlihat begitu ramai. Banyak sekali mahasiswa dan mahasiswi sedang berada di luar ruangan. Ada yang duduk bergerombol sembari melihat wanita cantik yang lewat. atau hanya sekedar bercengkrama satu sama lain.
Beberapa laki-laki sibuk memandangi setiap wanita yang lewat di depan matanya. Kampus yang terkenal dengan gudangnya wanita cantik. Kampusnya juga tidak mau kalah. Dua taman yang sangat luar. Taman depan dan belakang kampus. Gedung lantai tiga. Dengan fasilitas lengkapnya. Banyak orang dari kalangan atas kuliah di sana. Termasuk 5 laki-laki yang sibuk berbincang di depan. Sembari lirik cewek, terkadang bersiap menggoda.
Saka bersama 3 rekannya seperi biasa. Mereka sudah satu di tempat mereka bisa nongkrong. Di taman pastinya. Dua teman Saka memanfaatkan moment itu untuk menggoda setiap wanita cantik yang lewat. Bersih, bermain mata dengan para wanita cantik. Meski selalu di acuhkan olehnya.
***
Saka Brajamusti mahasiswa semester akhir. Dia terkabul dengan gayanya yang sok cool. Tapi, memang dia sangat terkenal di kalangan wanita karena ketampanananya. Dan, sekaligus buayanya para wanita. Selagi dia belum menemukan pawang cintanya. Saka menjadi ahli buaya yang semakin terkenal. Bahkan, mungkin dia sudha jadi alumni sekaligus. Fotonya selalu terpanjang di masing kampus.
Viko, Garvin dan Kevin adalah sahabat akrabnya. Tak kalah juga darinya. Mereka juga playboy. Meski yang di juluki playboy kelas kakap adalah Saka. Meski semua temannya di anggap sosok playboy juga oleh para wanita. Hanya karena mereka selalu menggoda wanita yang lewat di depan nya.
***
Di Taman.
Saka duduk santai mengamati sosok gadis yang beberapa hari ini dia incar. Sudah dua hari dia bertemu gadis itu. Tapi, setiap dia memandangnya. Rasanya terlihat sangat beda. Dia terlihat begitu cantik. dan, senyum tipisnya mampu menggetarkan hatinya. Wajahnya yang mungil, bibir yang tipis menggoda. Tak sanggup lagi Saka menatap wajah cantiknya.
Saka tak berhenti berkedip melihat sosok wanita cantik di depannya. Sedang tersenyum ramah pada teman wanitanya. Saka berusaha untuk menghindari harapannya. Agar temannya tidak tahu siapa yang dia incar.
"Saka... Bentar.. Aku pergi dulu. Sepertinya ada wanita cantik yang akan jadi incaranku." Viko menepuk pundak Saka. Dia segera beranjak mengajak ke tiga teman lainya. Belum sempat menjawab. Viko sudah pergi duluan dari tempat duduknya. Sementara Saka. Dia hanya diam memegang seseorang. Seperti melihat sebuah malaikat cantik di depannya. Wajah yang begitu mempesona. Saka menatap kagum dengan wanita di depannya itu. Bibirnya terus mengangka tak percaya. Wanita itu menoleh ke arahnya sejenak. Melayangkan senyuman manisnya ke arahnya.
Saka memegang dadànya. Dia mematikan jika jantungnya benar-benar sudah aman.
"Dia sangat cantik!" ucap Saka. Dia memegang dadà bidangnya. "Jantungku. Kenapa jadi berdebar saat melihatnya?" ucapnya lirih.
"Heh... Bro.. Ngapain lo ngelamun disini?" tanya Kevin. Memukul keras bahu Saka.
Saka laki-laki playboy yang terkenal di kampusnya. Dia suka bermain wanita. Bahkan, tiap minggu selalu jalan dengan wanita yang berbeda.
"Dia siapa?" tanya Saka.
Pandangan mata Kevin tertuju pada wnaita yang ada di depan sedang sibuk berbincang pada anak wanita lainya.
"Oh, dia Kinan." ucap Kevin. "Ada apa?" tanya Kevin lagi.
"Jangan bilang lu suka sama dia?" ledek Kevin. M3rangkul pundak Saka.
Saka hanya menarik sudut bibirnya tipis. Membentuk sebuah senyuman yang snagat khas manis miliknya.
"Dia cantik!" ucap Saka, kedua matanya tak mau beranjak dari wajah cantik yang begitu menyilakan kedua matanya. Senyuman yang manis, rambut panjang hitam yang berkilau. Sesekali pandangan mata wanita itu, sesekali menatap ke arah Saka. Meski hanya beberapa detik saja.
"Fakultas apa?" tanya Saka lagi. Dia mulai penasaran dengan wanita yang baru saja dia temui tadi. Wajah cantik, rambut panjang itu terlihat begitu mengagumkan. Membaut mata Saka tidka berkedip saat melihatnya. Dengan, bibir menganga kagum.
"Lo suka sama dia?" tanya Garvin.
"Dia menarik." Saka tetap menatap ke arah Kinan.
"Gue berani taruhan, Lo gak bakalan bisa dapatenin dia. Dia itu wanita yang susah jatuh cinta di kampus ini." ucap Garvin.
"Apaan, dia itu buaya wanita. Lagian, dia terlihat diam di kampus. Kamu tahu, di luar dia sangat ganas." timpal Viko.
Mereka terus berdebat tiada hentinya. Hanya karena satu wanita. Dengan pendapatan yang berbeda. Para laki-laki itu lebih cocok jadi tukang gibah. Tapi versi laki-laki.
"Lo.. Terus saja bicara. Aku mau pergi." ucap Saka. Bangkit dari duduknya. Dan, beranjak pergi.
***
Pulang kuliah, Kuman segera berlari keluar dari kampusnya. Dia, melihat sebuah mobil sudah terparkir di sana. Iya, mobil yang akan menjemputnya seperti biasa. Tetapi, k8ni mobil itu sedikit jauh. Agar tidak tahu teman-teman kuliahnya.
Saka berjalan mengedap-endap mengikuti setiap langkah Kuman. Dia melihat Kino melambaikan tangannya ke arah laki-laki di dalam mobil membaut dia smekaian percaya dengan apa yang di katakan Viko tadi.
Saja menarik tangan Kinan paksa. "Eh.. Lo siapa, ngapain lo narik tangan gue." Kuman menciba melepaskan tangannya.
"Diamlah!"
"Lu, mau lecehkan gue?" tanya Kinan.
"Pede banget lu?" Saka menariknya menuju ke parkiran mobilnya. Mendorong tubuh Kuman hingga bersandar di body mobil hitam di belakangnya.
"Eh.. Emang gue pede. Lagian kalau lu gak levehin gue. Ngapain lu narik tangan gue?" ucap Kinan mendapatkan wajahnya.
Saka mendekatkan wjaganya juga. Kedua nata mereka saling menyorot tajam. "Gue sama sekali tidka tertarik dengan lo. Gue hanya ingin tanya siapa laki-laki di depan?" tanya Saka.
"Bukan urusan, lu." Kinan membalikkan nadanya, menciba untuk melangkah pergi, tangan Saka lebih cepat meraih pergelangan tangannya.
"Siapa dia?" tanya Saka.
Kinan memincingkan matanya bingung. Dia menarik sudut bibirnya tipis. "Eh.. Lo siapa, sih? Sok kenal banget? lagian dia siapa itu bukan urusan lu, mending Lu urusin itu hidup lu sendiri." Kinan menusuk-nusuk d**a bidang Saka meluapkan kekesalannya. Dia memutar tangan kirinya dari cengkeraman Bagas. Dan, mencoba melepaskan.
"Baiklah, oke! Aku akan lepaskan kamu. Tapi, ingat satu hal. Dan, jangan pernah lupakan namaku, sayang." Saka mencolok dagu Kinan. Meski di usap kembali oleh Kinan. Seolah jijik dengan sentuhan laki-laki aneh di depannya. Tak merasa sakit hati dengan kelakuan Kinan. Saka memegang ke dua bahu Kinan. Mendorongnya di body mobilnya kembali. Sebuah kecupan paksa mendarat di bibir mungil wanita di depannya.
Kuman menendang telur Saka sekuat dengannya dnegan lutut. "Aww---"
Dia nendorong tubuh Saka menjauh darinya, dan. Plaakk...
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Saka. Paket lengkap di berikan oleh Kina. "Rasain lo." geram Kuman. Melangkahkan kakinya pergi. Dia tak penculikan Saka yang masih memegang bagian tengah menggunakan ke dua tangannya. Dia meringis menahan sakitnya, meski pandangan mata tertuju pada punggung Kinan yang melangkah menjauh darinya.
"Sialan! Sakit banget!" ucap Saka. Dia merunduk, tangan kanan memegang body mobilnya.
"Sialan! Wanita kurang ajar."
"Eh.. Saka. Lo kenapa?" tanya Kevin yang kebetulan lewat. Melihat Saka kesakitan. Dia menepuk pundak Saka.
"Kenapa burung lo?"
"Apa katamu? Udah tahu gue kesakitan, bego." Saka memukul kepala belakang Kevin. Saka masih meringis menahan sakitnya.
Sementara Kevin bukanya kasihan. Dia masih menahan tawanya. Melihat Saka yang terus merintih sakit.
"Hati-hati, nanti gak punya keturunan gara-gara burung kamu hilang." ledek Kevin. Dia membuka pintu mobil Saka.
"Sialan, lu, Phin." Saka melangkah masuk ke dalam mobilnya. Kevin masih saja tidka berhenti menertawakan Saka.
"Diem, sekarang jalankan mobilnya. Jangan arus ketawa lu. Gak ada yang lucu." geram Saka.
"Gara-gara cewek itu tadi, lo kayak gini?" tanya Kevin. Mulai menjalankan mobilnya.
Saka hanya diam, dia masih teringat gimana Kinan memperlakukannya dengan begitu sadisnya.
****
Pov Kinan.
Di sebuah cafe tempat biasa Kuman dan Siti nongkrong. Biasanya ada beberapa ornag yang ada di sana semakin dia. Tetapi, kali ini kedua temannya itu masih pergi entah kemana. Lagian, 1 bulan gak ada kabar. Hilang gitu aja, kak di telan bumi saja. Kinan juga tidak eprdulikan mereka. Mereka di kampus juga gak ada. Di rumah gak ada. Entahlah, kabur kemana tuh orang. Sama sekali tidak penculikan sahabatnya. Bahkan cerita masalah dnegan sahabatnya saja seolah tidak sudi.
Siti sempat marah-marah dulu di telfon. Waktu nomornya masih aktif. Tetapi, Kuman meredakan emosi Siti. Kali ini mereka adanya berdua duduk di cafe. Menikmati es mocachino dan capuchino di atas meja. Dua gelas minuman. Kentang goreng. Dan, berbagai cemilan lainya. Tak lupa, Siti dan Kinan memesan mie instan dengan selera yang his adi pesan. Tinggal ambil mie dan taruh mangkok. Sesuai tulisan keinginan yang mereka minta.
Sambil menunggu, mereka memang sengaja berbincang sejenak. Setelah kencang dengan Seorang laki-laki. Belum sempat makan berdua. Kuman meminta ijin untuk pulang lebih dulu. Melihat laki-laki yang suka pamer kegentingan pada wanita di mata Kuman itu laki-laki buaya darat yang mencoba mencari mangsa.
"Eh.. Gimana? Tadi, apa lo kencan dengan tuh cowok." tanya Siti. Jemari tangannya memainkan sedotan putih dalam gelas.
Kinan menyeruput minuman Mochacino di dalam gelas miliknya. Kopi yang terasa sedikit pahit. Rasa yang khas sesuai lidahnya. Dia menang tidka suka hal manis. Baginya dirinya sudah manis.
"Apaan, baru saja, Aku bertemu dengannya. Aku sudah ilfil. Dan, sekarang ogah gue sama dia gitu. Enggak, deg. Aku harus pikir beribu kali lipat. Untuk bersama dengannya."
"Tapi, dia kaya Kinan." rengek Siti. Dia mencoba menyakinkan Kinan.
Kinan mengibaskan tangannya di atas kepalanya. Seolah dia menebas semua bayangan tentang laki-laki tadi di atas kepalanya.
Gak.. Gak.. Tidak boleh berpikir kaya atau tidak.
Kinan menghela napasnya frustasi.
"Lo tahu, gak. sekayanya dia, jika dia buat aku ilfil satu kali saja. Aku gempar dia dari daftar cowok gue." Kinan menghela napasnya.