"Menurut saya, ditahan dulu sampai minggu berikutnya, pak Juna. Stamina bu Runa makin menurun. Kita agak khawatir." Ia mengiyakan. Ya direm dulu ehem-ehemnya. Meski Runa terlihat tak bisa menahan diri, ia harus tetap menahannya agar tak terpancing. Terlalu berbahaya. Runa perlu pemulihan. Walau tentu saja masih sulit. Ia bahkan masih mengeluarkan hasratnya sampai tubuhnya benar-benar lelah sekali. Ya kalau terus menerus seperti ini, siapa yang tak lelah? Kesadaran yang sempat diambil kini akhirnya dikembalikan. Kenapa? Mungkin hanya Allah yang tahu. Mungkin juga ya biar ia tak ingat apa yang terjadi. Itu hanya kemungkinan-kemungkinannya saja. Beberapa menit kemudian, hasrat itu akhirnya berhenti. Ia benar-benar ngos-ngosan. Bahkan untuk bicara juga sudah tak sanggup. Juna mendatanginya.