Bab 5. Karma Masa Lalu

1191 Kata
Ruang CEO PT. Danish Rajawali Construction terlihat senyap dan nyaman. Jericho Stevan Danish yang merupakan CEO dari perusahaan konstruksi itu sedang menerima panggilan telepon dari salah seorang anak buahnya yang ia perintahkan untuk memata-matai rumah saingan bisnisnya sekarang, Revan Barata. Si mata-mata melaporkan jika istri Revan sudah keluar dari rumah sedangkan Revan tidak terlihat sama sekali dari kemarin. “Lo ini gimana sih? Masa lo gak bisa liat ke mana si Revan pergi?!” sahut Jericho dengan kesal setelah dilaporkan hal tersebut. “Beneran, Pak. Saya gak melihat ada mobil atau Pak Revan yang keluar dari rumahnya. Mungkin dia di kantor sekarang. Kayaknya dia gak pulang deh, Pak.” Jericho berdecap kesal dan makin uring-uringan. Ia tahu jika mata-matanya itu berhasil menemukan Revan maka Astrid juga pasti bersamanya. “Gue mau tahu si buntelan kasur itu bawa ke mana pacar gue. Gak mungkin kan dia bawa Astrid ke rumahnya?” sembur Jericho marah. “Tapi beneran dia gak pulang, Pak. Hanya istrinya saja yang keluar setengah jam yang lalu!” Jericho kembali berdecap. “Pasti mereka ke suatu tempat!” “Jadi saya harus gimana dong, Pak?” “Ngapain lagi kamu nongkrong di sana? Kamu disuruh kerja malah gak becus! Balik kemari, gak perlu ke sana lagi!” hardik Jericho lagi langsung mematikan sambungan ponsel itu. Ia separuh membanting ponselnya dan mengurut keningnya dengan kesal. “Kenapa lo?” tanya seorang pria yang masuk tiba-tiba ke dalam ruangannya lalu mengambil kursi untuk duduk tidak jauh dari meja kerja. “Kepala gue pusing kalau begini! Pemenang tender ditentuin tiga hari lagi, tapi nama perusahaan Royal Construction malah masuk jadi yang paling utama sekarang! Plus Astrid pergi sama si b******k itu!” tukas Jericho masih kesal. “Berarti gue gak bisa dong ngasih berita kayak gini ke elo.” “Maksudnya?” Kevin Adhiswara yang duduk di depan CEO itu mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan sebuah potongan video yang dikirimkan ke salah satu ruang chat. “Ini?” “Kejadian ribut-ribut di klub Paradise semalam. Ada lo di sana!” Jericho menarik napas panjang lalu membuang mukanya. “Ngapain sih lo ke sana? Ngapain lo cari dia lagi? Berita ini sudah pasti merusak reputasi lo dan perusahaan dan kita makin susah menangin tender kalo gini caranya!” sembur Kevin begitu kesal pada Jericho. Jericho tidak bisa bicara. Ia hanya diam dan meletakkan ponsel tersebut di atas meja. Wajahnya tegang bercampur kecewa. “Kev, Astrid ternyata hamil,” cetus Jericho tiba-tiba. Kevin sontak menaikkan pandangan menatap Jericho dengan mata melotot kaget. “Haa ... serius lo?” Jericho mengangguk. Kevin masih kaget bahkan sampai membuka mulutnya. Matanya mengerjap-ngerjap beberapa saat dan menggelengkan kepalanya. “Lo tahu dari mana?” Kevin balik bertanya dengan raut mulai curiga pada temannya itu. “Ya, di klub itu ... dia ngaku,” jawab Jericho pada akhirnya. “Ngapain sih lo ke sana?” Jericho berdecap kesal dan menggelengkan kepalanya. “Kalo gue gak ngikutin dia, mana gue tahu kalo dia malah hamil sekarang!” Giliran Kevin yang berdecap kesal dengan perilaku temannya yang begitu menyebalkan. “Richo, Richo. Lo gak bisa mikir yang lurus aja sekali. Astrid itu sudah mengkhianati lo. Dia uda ninggalin lo buat pacaran sama laki orang dan sekarang hamil!” tunjuk Kevin dengan emosi memuncak dan nada bicara mulai tinggi. “Tapi Kev ....” “Gak ada kompromi sama gue kalo soal selingkuh! Sekali j****y tetep aja j****y! Ngapain lo belain?” Jericho jadi terdiam sambil menelan ludahnya. Ia membuang lagi pandangannya ke arah samping. Kevin yang kesal jadi ikut kasihan melihat Jericho. Tetapi sahabatnya itu seperti kerbau yang di cucuk hidungnya kala berhadapan dengan Astrid. Seperti apa wanita itu begitu hebat mempengaruhi Jericho sampai ia masih jadi pria linglung padahal sudah jelas-jelas Astrid kini hamil dengan pria lain. “Lo mikir gak? Mungkin aja ....” Jericho berhenti sejenak seperti kesulitan mengeluarkan kalimatnya. “Dia hamil tapi itu bukan anaknya?” sambungnya lagi ragu di antara keyakinan dan pertanyaan. Kening Kevin mengernyit dan sedikit ketus memandang Jericho. “Udah berapa bulan dia ninggalin lo?” Jericho menghela napasnya dengan berat dan terduduk di kursinya tak berapa lama kemudian. “Ric, udahlah, apa lagi sih yang lo kejar? Kita punya urusan yang lebih penting. Tender kita gagal!” Jericho menghempaskan punggungnya di kursi kerja seraya menatap Kevin yang tengah begitu serius. “Perusahaan ini bisa bangkrut kalau kita diam aja!” tambah Kevin lagi mengingatkan Jericho. Jericho masih diam dengan sebelah tangan menyentuh bibirnya. Pikirannya terbelah di antara harus memikirkan Astrid atau perusahaannya yang akan berada di ambang kebangkrutan. “Gue gak bisa mikir hal itu sekarang, Kev.” “Bisa, tapi lo gak mau! Lo jadi semakin bego semenjak kenal Astrid. Ric, inget ... lo sedang kena karma sekarang.” Jericho sontak menoleh pada Kevin yang sedang menghakiminya. “Maksud lo?” Ujung bibir Kevin naik dengan kedua lengan menyilang di dadanya. “Gue udah pernah beri peringatan sama lo, Ric. Tapi lo gak dengerin. Jangan deketin istri orang! Setelah lo selingkuh sama dia dan dia cerai sama suaminya, sekarang lo kena batunya kan? Tu perempuan selingkuh sama orang lain lagi dan ninggalin lo!” sahut Kevin membuka aib lama yang sudah ditutup Jericho pada hubungannya dengan Astrid. “Udahlah, Ric! Ngapain lo masih kejar-kejar perempuan macam Astrid? Lo kan bisa cari yang laen!” tukas Kevin dengan raut kesal. “Gue masih gak ngerti apa salah gue sampe dia ninggalin gue,” sahut Jericho meluapkan kekesalan. “Salah lo cuma satu, perusahaan lo sedang turun dan susah dapet tender gede. Astrid lihat itu dan merasa kalo lo bangkrut dia gak akan dapet apa-apa!” Jericho menghela napas panjang dan mengurut keningnya. “Sekarang dari pada lo terus terpuruk dalam karma dan dosa lama, sebaiknya lo pikirin gimana caranya bertahan dengan kondisi perusahaan seperti ini. Ingat, Ric, lo harus bayar staf, karyawan dan pekerja. Kalo kita gak menang tender besar gimana caranya perusahaan ini bisa bertahan?” Kevin terus mengomeli Jericho yang hanya bisa menarik napas panjang. “Richo, menurut gue ini adalah kesempatan lo untuk bangkit! Gak usah lo pikirin perempuan itu lagi. Ntar kalo perusahaan lo naik, jangankan Astrid, anak Presiden juga bakalan tunduk sama lo!” Richo tidak menjawab dan menggelengkan kepalanya. “Gue harus fokus buat dapet tender itu dan ngalahin Revan,” ujar Jericho kemudian. Kevin mengangguk mengerti. “Gue harus cari jalan nikung yang lebih ekstrem!” sahut Jericho setelah didesak Kevin. “Maksud lo?” Kevin mengernyit tidak mengerti. “Yang jelas bukan cuma perusahaan si gendut itu yang akan jatuh, gue gak akan membiarkan perusahaan Bokap gue ini bangkrut!” tegas Jericho lagi. “Lo mau nikung gimana?” Jericho diam menatap Kevin yang masih penasaran dengan strategi barunya. Ia berpikir lagi dan entah mengapa wajah Sofie, istri Revan terlintas di benaknya. Keningnya mengernyit perlahan. Kevin pun jadi ikut mengernyitkan keningnya. “Ric?” Jericho terkesiap dan membesarkan matanya. “Gue harus tanya dulu orangnya!” sahutnya setelah beberapa detik diam. “Maksudnya?” Kevin ikut kaget. “Gue rasa kita harus menghancurkan Revan pakai kekuatan orang dalam.” Kevin masih melongo tak mengerti. “Istrinya, Sofie ... gue akan deketin Sofie!”.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN