Selesai lima belas menit, aku dan temanku ini menghampiri Kak Iman kembali, menunggu perintah selanjutnya. Harapannya sih jangan sampai dihukum lagi. Sambil diam bersikap rapi, kami menunggu. "Siapa nama kamu?" tanya Kak Iman dengan suara datar padaku. Terdengar dingin dan mengintrogasi. "Queenara, Kak," jawabku dengan kepala menunduk tak berani memandangnya. "Kamu?" tanyanya lagi pada pria di sampingku. "Ibrahim," jawab pria itu tampak santai. Saat ini, sepertinya hanya aku yang merasa tegang. "Hmmmm." Gumamannya membuat mata ini ingin mengintip. Kulihat, Kak Iman melihat ke arahku dan Ibrahim bergantian. "Kalian satu kelompok. Dan ruangan kalian ada di ujung sana." Tunjuk Kak Iman kemudian ke arah utara. Rupanya hanya itu yang disampaikan, padahal aku sudah tegang setengah mati. Ak