Bab 57

2252 Kata
Mesya menatap Adrel dan Delila yang tampak sedang melilitkan tali panjang yang akan menahan tubuh Dira agar wanita itu sama sekali tidak bisa bergerak. Kata Delila, dalam keadaan yang seperti ini, Dira akan berpotensi untuk melukai dirinya sendiri. Tidak, melihat Kakaknya yang seperti itu, Mesya tidak akan sanggup. Kepala Dira sekarang sedang diletakkan di atas bantal. Wanita itu masih saja tidak sadarkan diri karena kejadian yang sudah terjadi beberapa saat lalu. Melihat Dira melayang lalu menabrak ke tembok. Iya, semua itu memang membuat Mesya merasa ketakutan. Mesya sungguh tidak ingin semua ini kembali terjadi. Oh sungguh, tidak akan ada orang yang menginginkan ini semua terjadi. Tapi, mau bagaimana lagi? Sekarang yang bisa Mesya lakukan adalah tetap menatap ke arah Dira yang tampaknya tenggelam dalam ketidaksadarannya. Sungguh, Mesya tidak mengerti dengan semua ini. Sekalipun sekarang sudah ada Delila, Mesya tentu tetap tidak bisa merasa tenang. Ada banyak hal yang semakin mengganggu Mesya. Kakaknya itu, dia tidak sedang berada di dunia yang sama dengan Mesya. Tidak, Dira berada di alam yang berbeda dengannya. Tubuh wanita itu memang masih ada di sini, tapi rohnya tidak. “Semuanya akan baik-baik aja. Jangan khawatir..” Mesya menatap Delila yang berjalan ke arahnya. Setelah itu Delila kembali melanjutkan langkahnya untuk keluar dari kamar ini. Adrel langsung mengikuti Delila. Entahlah, Mesya rasa Adrel memang lebih tahu mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang hanya tinggal Mesya yang berada di kamar ini. Mesya melangkahkan kakinya mendekat untuk melihat ke arah Dira dengan lebih jelas. Selalu saja seperti ini, setiap kali ada sesuatu yang mengerikan terjadi, Dira pasti memiliki banyak luka di tubuhnya. Sungguh, Mesya sangat tidak suka kalau ada luka yang menghiasi tubuh Kakaknya. Kepala Dira juga terluka dengan cukup parah. Mesya sungguh tidak mengerti apa yang terjadi sehingga semuanya jadi sangat kacau begini. Untuk sesaat, Mesya kembali menemukan sebuah simbol-simbol aneh yang lagi-llagi tertulis di tubuh Mesya. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa bisa sampai seperti ini? Mesya tetap mengamati Dira hingga tiba-tiba, sebuah suara benda yang terjatuh membuat Mesya langsung berjengkit kaget. Lagi-lagi Mesya harus kehilangan satu vas bunga miliknya. Mesya menatap pecahan vas itu berserakan di bawah meja kecil yang ada di dalam kamar Dira. Sungguh, saat ini memang sedang tidak ada angin atau apapun yang bisa membuat vas itu jadi terjatuh. Astaga, apa yang sebenarnya terjadi? “Mesya, ada apa?” Adrel langsung berlarian mendekati Mesya yang juga sedang berjalan untuk melihat keadaan vas bunga itu. Mesya menatap Adrel lalu menunjukkan dimana asal dari keributan yang baru saja terjadi. Adrel menghentikan tangan Mesya ketika dia baru saja mengulurkan tangannya untuk mengambil beberapa pecahan vas itu. “Biar aku aja yang beresin. Kamu mending ke ruang tamu buat temenin Delila..” Adrel menarik Mesya untuk membawanya keluar dari kamar Dira. Sungguh, kamar ini memang menjadi salah satu tempat yang paling mengerikan saat ini. “Adrel..” “Nggak pa-pa, Sya. Aku bersihin juga nanti bekas lilinnya. Udah, kamu ke sana aja” Adrel kembali berbicara seakan pria itu ingin meyakinkan Mesya. Mesya menatap suaminya sekilas. Lagi, Mesya akan kembali bersyukur pada Tuhan karena apa yang telah dia dapatkan saat ini. *** Mesya menatap Delila yang tampak menikmati teh hangat buatan Mesya. Wanita itu tampaknya memang benar-benar santai padahal apa yang baru saja terjadi sungguh bukan hal yang bisa membuat orang jadi bisa bersantai seperti yang Delila lakukan. Mesya menghela napasnya sejenak. Jujur saja, sekarang Mesya juga tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Delila. Wanita itu memang datang ke rumah ini dan membantu Mesya menangani semua kekacauan yang dibuat oleh Dira. Tapi, Mesya sungguh tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Sekarang yang bisa Mesya lakukan adalah terus menunggu Adrel yang tidak kunjung kembali dari kamar Dira. Sungguh, Mesya sendiri memang merasa sangat tidak nyaman ketika Adrel yang malah harus membersihkan kamar Kakaknya. Tidak, bukan Adrel yang berkewajiban untuk membersihkan kamar Dira. Tapi, suaminya itu memang tampak sama sekali tidak masalah kalau dia yang harus membersihkan kamar Dira. Mesya menatap ke arah ujung tangga. Dia ingat sekali jika kemarin malam Mesya terjatuh di sana dengan luka yang lumayan parah di kaki dan tangannya. Untung saja, kata Adrel luka yang ada di kaki Mesya tidak terlalu parah sehingga sekalipun masih merasa sakit, Mesya tetap bisa berusaha untuk berjalan dan melangkahkan kakinya dengan cepat. Sesekali memang masih terasa nyeri, tapi itu bukan masalah yang besar. Mesya masih bisa menangani rasa sakit itu. “Sepertinya kamu memang punya banyak cerita yang harus dikatakan. Benar begitu, Mesya?” Delila bertanya sambil menatap Mesya. Wanita itu juga tersenyum sekilas. Penampilan dan juga raut wajah Delila memang tidak menunjukkan jika wanita itu seorang paranormal atau orang-orang yang bekerja di bidang seperti itu. Tidak, Delila lebih terlihat seperti seorang wanita dewasa yang sangat ramah. Mesya ikut tersenyum. Benar, Delila juga sepertinya tahu apa saja yang sekarang ingin Mesya ceritakan. Tidak seperti bercerita pada Adrel mengenai apa saja yang terjadi, bercerita pada Delila mungkin akan jauh lebih mudah karena Delila jelas akan lebih tahu dengan apa yang Mesya alami. Wanita itu juga pasti akan langsung mengerti dengan apa yang terjadi. Mesya akhirnya hanya bisa menghela napas sambil tersenyum. Sejujurnya Mesya sekarang sedang menunggu Adrel untuk kembali ke sini. Mesya tidak akan bisa bercerita jika tanpa pria itu. Lagi pula, sekarang Mesya juga masih sangat gelisah dan ketakutan. Mesya membutuhkan Adrel untuk membuat semuanya menjadi jauh lebih baik. Benar, memang hanya pria itu yang bisa mengubah keadaan hati Mesya. Menjalani sesuatu yang sama sekali belum pernah terjadi, Mesya jelas merasa sangat terbeban. Mesya sering merasa ketakutan. Di satu sisi, dia ingin kembali ke alam baka untuk bertemu dengan Dira. Tapi, di sisi yang lain, Mesya juga tidak mau datang lagi ke sana karena keadaan di alam itu memang sangat mengerikan. Di sana ada banyak hal yang tidak seharusnya Mesya lihat. “Sya, ada apa?” Tanya Delila. Wanita itu meraih tangan Mesya untuk digenggam. Delila menutup matanya sejenak lalu dia kembali membuka mata sambil tersenyum menatap Mesya. Sekalipun Mesya memang merasa bingung dengan apa yang Delila lakukan, Mesya tetap tidak akan memprotes apapun. Sekarang ini, sepertinya memang hanya Delila yang bisa membantu Mesya keluar dari semua ini. Sungguh, kalau dulu Dira seperti saat ini, dulu ada Bapak dan Ibu yang akan lebih tahu mengenai apa yang terjadi. Kalau sekarang, Mesya sungguh tidak tahu harus melakukan apa. Ada banyak hal mengerikan yang terus saja mengganggu pikiran Mesya. Iya, Mesya memang merasa takut dengan semua hal ini. Selama ini, sepanjang pernikahannya dengan Adrel, baru kali ini Mesya mendapat masalah hingga harus membuatnya membawa orang lain agar masuk dan membantu menyelesaikan masalah yang terjadi. Selama ini, kalaupun ada masalah, hanya akan ada Mesya dan Adrel yang menyelesaikannya. Tapi, sekarang Mesya harus meminta bantuan orang asing. Iya, tadi Mesya bahkan harus memohon dulu pada Delila. Entah apa yang membuat wanita itu jadi mengubah pikirannya dengan sangat cepat. Mesya menghembuskan napasnya dengan pelan. Baiklah, Mesya memang tidak akan menyembunyikan ketakutannya ini selamanya. Ada seseorang yang jauh lebih tahu dengan apa yang sebenarnya terjadi, sekarang yang harus Mesya lakukan adalah menceritakan semuanya pada Delila. Iya, semuanya. Tidak ada yang boleh terlewatkan karena Mesya pikir, Delila akan lebih cepat mengetahu apa yang terjadi jika Mesya bersikap terbuka. Beberapa detik kemudian, Mesya mendengar suara langkah seseorang yang sepertinya sedang menuruni anak tangga. Itu jelas Adrel. Hanya ada satu kemungkinan manusia yang sedang berjalan saat ini. Dengan keadaan terikat, Dira jelas bukan orang yang akan menuruni anak tangga. “Adrel, cepat datang ke sini. Aku pikir Mesya membutuhkan dirimu” Lagi, seakan tahu apa yang diinginkan oleh Mesya, Delila berdiri lalu langsung memanggil Adrel agar pria itu bisa segera mempercepat langkahnya. Adrel duduk tepat di samping Mesya. Pria itu menatap Mesya lalu tersenyum sekilas. Delila kembali duduk lalu menatap Mesya dengan pandangan serius. Sama sekali tidak ada lagi tatapan ramah yang tadi selalu Delila berikan. Mesya menegakkan tubuhnya. Sepertinya setiap orang memang memiliki cara yang berbeda dalam menangani masalah seperti ini. “Jadi.. apa yang sebenarnya terjadi? Aku harus tahu apa yang terjadi sebelum aku melakukan pengusiran setan” Mesya menatap Adrel sekilas. Adrel menganggukkan kepalanya seakan ingin memberikan ruang bagi Mesya untuk menciritakan semua yang dirasakan oleh wanita itu. Mesya tersenyum sekilas. Benar, dia harus segera mengatakan apa yang sebenarnya terjadi agar pengusiran setan bisa segera dilakukan. Sudah dua kali Dira melakukan pengusiran setan, tapi kenapa wanita itu masih terus seperti ini? Mesya sungguh tidak mengerti. Sekarang, Mesya harap ini akan jadi saat terakhir ketika Dira kerasukan. Mesya sudah sangat tidak ingin diganggu oleh makhluk yang bukan berasal dari bumi. “Aku.. aku nggak tahu bagaimana awalnya. Tapi, begitu Mbak Dira masuk ke dalam rumah ini untuk yang pertama kalinya, aku emang lihat sesuatu yang berhembus dari dalam ruangan. Sepeti ada kegelapan yang menyelimuti keadaan rumah ini. awalnya, aku memang mengabaikan itu semua karena menganggap tidak ada yang penting” Mesya mulai menceritakan apa yang dia rasakan di awal kedatangan Dira. Mesya ingat sekali jika saat itu dirinya sudah mulai merasakan sesuatu yang aneh dengan rumah ini. Dira memang langsung berlaku aneh di hari ke dua atau ke tiga setelah wanita itu datang ke rumah. Mesya awalnya mengira jika Dira hanya terkena masalah kecil yang berhubungan kesehatan mentalnya. Iya, kehilangan seorang pria yang sangat dia cintai. Dira pasti merasa sangat bersedih. Wanita itu tertekan dengan keadaan sehingga Mesya kira, semua hal yang dilakukan oleh Dira, semua itu hanya karena Dira merasa tertekan saja dengan keadaan yang ada. Semuanya terasa semakin aneh. Dira juga tidak pernah mengatakan apapun pada Mesya. Wanita itu menutupi semua masalahnya. “Lalu? Apa yang terjadi selanjutnya?” Mesya menatap Delila yang kembali bertanya. Menceritakan kembali semua kejadian mengerikan yang dia alami, semua itu sangat tidak mudah. Mesya menghela napasnya sejenak. Tunggu dulu, haruskah Mesya menceritakan semuanya dari awal? Mesya merasa jika semua ini sepertinya masih ada hubungannya dengan masa lalu. Mesya masih merasa khawatir kalau ternyata, lilin yang padam bertahun-tahun yang lalu menjadi penyebab semua ini terjadi. Sungguh, Mesya masih merasa ketakutan ketika dia mengingat hal itu. “Delila, bertahun-tahun yang lalu Kakakku juga pernah seperti ini” Mesya menatap Delila dengan pandangan ketakutan. Mesya ingat semuanya. Semua hal mengerikan yang harus dia jalani selama ini. Ibu dan Bapak mungkin berusaha menutupi apa yang terjadi, tapi.. Mesya sendiri jelas tahu kalau ada sesuatu yang salah dengan Kakaknya itu. Dira tidak sama seperti biasanya. Mesya juga sanat sering mendapati Dira yang berlaku tidak normal. “Oh, iya? Bisa tolong jelaskan sedikit padaku?” Delila tampaknya tertarik dengan apa yang akan Mesya katakan. Mesya menghembuskan napasnya dengan gusar. Beberapa tahun yang lalu, Mesya sangat sering merasa ketakutan kalau harus bertemu dengan Dira. Wanita itu selalu saja diam dan tidak mau diajak bicara. Sering kali Mesya lebih memilih untuk pergi ke rumah Bude Karti dibanding harus tetap berdua saja bersama dengan Dira. Wanita itu sangat menakutkan. Tapi, Mesya sadar kalau seiring dengan berjalannya waktu, Dira juga semakin baik-baik saja. Kakaknya itu mulai kembali normal. Mesya ingat kalau saat itu Kakaknya secara tiba-tiba meminta dinikahkan dengan Damar. Iya, di sanalah akhir dari kengerian ini. setelah Dira menikah dengan Damar, semuanya seakan semakin membaik. “Dulu Mbak Dira juga pernah melakukan pengusiran setan. Ada seorang paranormal yang meminta aku dan Adrel untuk menjaga lilin yang ada di kamar Dira. Katanya, lilin itu menggambarkan jiwa Dira. Kalau selama pengusiran setan lilin itu mati, artinya kami kehilangan Dira..” Mesya kembali menatap Adrel. Suaminya itu tampak diam saja. Seakan terus memberi Mesya ruang untuk berbicara. Mesya menghela napas sejenak. Semua ini akan sangat panjang. Mesya sungguh tidak tahu.. dia rasa dia memang harus menceritakan semuanya. Iya, mungkin itulah awal dari semua masalah ini. “Dan tanpa sengaja lilin itu memang mati. Mbak Dira.. Mbak Dira tetap kembali padahal lilinya mati..” Mesya melanjutkan kalimatnya. Untuk sejenak keadaan di ruangan ini jadi sedikit sepi. Mesya merasakan ada angin berhembus kencang yang melewati jendela rumahnya. Tumben sekali, di tengah kota seperti ini, sangat jarang ada angin yang berhembus kencang hingga bisa masuk ke dalam rumah. “Pada dasarnya, setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk menyelesaikan sebuah masalah. Mungkin, orang yang dulu membantu Dira hanya untuk mengembalikan jiwa Dira yang terlepas tanpa dia tahu apa yang menjadi masalah sebenarnya. Jujur saja, sepertinya masalah ini jauh lebih besar dari yang aku kira.. Mesya, aku mau membantu kamu menyelesaikan semua masalah ini. Hanya ada satu cara yang bisa kita ambil, kita harus cari tahu apa yang menjadi akar masalahnya” Delila menatap Adrel sekilas. Wanita itu lalu tersenyum. Mesya menatapnya dalam diam. Sekarang memang bukan saat yang tepat untuk memikirkan ada hubungan apa antara Adrel dan juga Delila. Sungguh, Delila yang sekarang sangat berbeda dengan Delila yang tadi Mesya temui di rumahnya. Wanita ini memang masih sering tersenyum, tapi sekarang dia terlihat sangat serius. Mesya tahu, untuk menyelesaikan sebuah masalah, Delila memang harus mengetahui semuanya dari awal. Mesya ingin masalah yang terjadi pada Dira diselesaikan hari ini juga. Tidak, Mesya tidak akan tega kalau Dira sampai harus menderita lebih lama lagi. Adrel menyentuh tangan Mesya sekilas. Pria itu tersenyum sambil menggenggam tangan Mesya. Semuanya akan baik-baik saja.. iya, Mesya tahu itu. Sekarang sudah lebih baik karena Mesya dan Adrel sudah menemukan orang yang akan membantu mereka. Tapi, Mesya masih saja merasa khawatir karena melihat keadaan Kakaknya saat ini. Mesya melihat sendiri bagaimana tubuh Dira terpental dan akhirnya menghantam tembok. Pasti tubuhnya menerima banyak sekali luka. Tunggu dulu, sebelum Mesya kembali ke rumah, apa saja yang sudah dilakukan oleh Dira? Mesya takut kalau wanita itu melakukan sesuatu yang buruk. Saat ini, ada banyak sekali masalah yang mengganggu pikiran Mesya. Tidak, dia memang harus tetap berusaha kuat untuk menghadapi semuanya. “Apa Dira pernah mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan masalah ini?” Delila kembali bertanya. Mesya menganggukkan kepalanya. Dia sangat ingat ketika Dira mengatakan bahwa perceraiannya disebabkan oleh masalah ini. Sungguh, Mesya juga sebenarnya tidak ingin kembali mengingat masalah yang sudah berlalu. Lagi pula, tidak berguna kalau terus menyalahkan apa yang terjadi di masa lalu. Tapi, kepergian Damar dari kehidupan Dira, semua itu pasti sangat melukai Dira. Wanita itu tidak lagi memiliki kekuatan terbesar yang selama ini selalu dia banggakan. Mesya tahu kalau sejak awal, Dira menjadikan Damar sebagai satu-satunya orang yang akan menjadi kekuatannya untuk menjalani setiap masalah. Lalu, ketika Dira sendiri mendapat satu masalah besar, bukankah tidak pantas kalau Damar meninggalkannya begitu saja? Sangat tidak masuk akal kalau memang seperti itu. “Semua ini membuat Mbak Dira harus bercerai dari suaminya..”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN