Bab 9

2885 Kata
6 tahun yang lalu.. Mesya merasa ada yang aneh dengan dirinya. Seperti ada sesuatu yang dia lewati tanpa pernah dia sadari sebelumnya. Ini sungguh tidak masuk akal karena saat ini dia harus berhadapan dengan seorang pria yang dia kenala selama ini. Mesya mengenal Adrel sebagai teman Dira. Pria yang jadi sangat sering datang mengunjunginya sejak beberapa bulan yang lalu meskipun tidak jarang Mesya lebih sering membiarkan pria itu duduk sendirian di ruang keluarga karena Mesya malas bertemu dengannya. Ada sesuatu yang aneh karena saat ini pria itu adalah orang yang telah menalar Dira dihadapan banyak orang. Di hadapan keluarga dan juga beberapa tetangga Mesya yang cukup dekat. Sayangnya, Mesya tidak pernah ingat jika dia pernah berpacaran dengan pria ini. Tapi tentu saja keresahan ini hanya Mesya simpan sendiri. Mesya tidak bercerita pada orang tuanya, tidak juga pada Adrel agar tidak timbul masalah. Jika sudah seperti ini, Mesya tidak mungkin bisa merasa ragu lagi. tanggal pernikahan mereka bahkan sudah ditentukan, apa yang bisa Mesya lakukan sekarang? “Kamu kenapa sekarang sering diam, Sya?” Tanya Adrel. Karena mereka sudah lamaran, orang tua Mesya melarang mereka sering-sering main keluar. Jika ingin bertemu, Adrel boleh datang ke rumah untuk bertamu dengan baik-baik agar ada banyak orang yang mengawasi mereka. Saat itu di desa sedang sangat banyak kasus hamil duluan padahal belum ada status pernikahan. Hanya dengan lamaran yang dilakukan di depan banyak orang tidak serta-merta memperbolehkan mereka melakukan hal yang lebih jauh. Sekalipun Mesya juga tidak pernah berpikiran sampai ke sana, Mesya tetap menuruti saja apa yang dikatakan oleh keluarganya. Ini juga karena dia mulai merasakan keraguan yang aneh. Entah bagaimana dia bisa tidak ingat jika dia sudah berpacaran dengan Adrel dalam kurun waktu yang cukup lama. “Engak. Aku Cuma lagi banyak kerjaan aja, lagi mikir cucian..” Di desa, anak remaja putri seperti Mesya adalah orang yang harus bertanggung jawab terhadap rumah. Mesya yang harus memastikan jika rumah selalu bersih dan rapi. Sebenarnya, Mesya juga yang yang harusnya bertanggung jawab dalam masalah dapur. Tapi dulu, saat sedang menggoreng ikan, Mesya pernah terkena minyak panas yang membuat tangannya melepuh. Sejak saat itu bapak melarang Mesya masuk dapur. Sangat berbeda dengan kakaknya yang sudah mirip ratu ketika ada di rumah dulu. Mbak Dira tidak pernah mau mencuci baju karena tangannya bisa gatal-gatal kalau terkena detergen. Mbak Dira juga tidak pernah mau ke dapur karena takut terkena asap kayu bakar. Dia juga tidak mau membersihkan rumah karena takut dengan debu. Oh ya ampun, Mesya selalu kesal ketika melihat kakaknya yang hanya keluar kamar ketika akan makan dan mandi saja. Selebihnya wanita itu mengurung diri seharian di dalam kamar. Menghabiskan waktunya dengan tidur sepanjang hari dan sepanjang malam. “Ya ampun. Masa ada aku, kamu masih mikir cucian?” Adrel menyentuh lengan Mesya. Berusaha untuk mendekat ke arah Mesya. Karena merasa sedikit kurang nyaman dengan kedekatan mereka, akhirnya Mesya bergerak menjauh. Sedikit menggeser tubuhnya untuk menjaga jarak mereka. “Jangan dekat-dekat. Nanti ketahuan bapak sama ibu” Kata Mesya berusaha untuk tetap tenang. Adrel tidak tahu saja jika saat ini tangan Mesya sedang basah karena dia merasa gelisah. Seperti ada sesuatu yang aneh. Kedekatannya dengan Adrel saat ini memang tidak salah. Mereka akan menikah sebentar lagi, tapi.. kenapa rasanya juga tidak benar di hati Mesya? Ada sesuatu yang Mesya lewatkan begitu saja. “Ya nggak pa-pa lah. Emang kenapa kalau mereka tahu?” Adrel justru semakin mendekatkan diri ke arah Mesya. Bahkan hingga lengan mereka kembali bersentuhan kembali. Tidak, ini tidak benar. Sesuatu dalam diri Mesya seperti terus memperingatkan kejanggalan ini. Yang Mesya ingat Adrel adalah pria yang sangat sering datang ke rumahnya. Bahkan hampir setiap akhir pekan pria itu akan datang dengan membawa banyak makanan dari kota. Pria itu memang tinggal di kota untuk bekerja. Tapi sekarang, Adrel ada di sampingnya dengan status yang sama sekali tidak Mesya ingat. Kapan.. kapan mereka berpacaran? Kenapa Mesya bisa tidak mengingat apapun yang terjadi? “Adrel!” Karena sudah tidak tahan dengan tingkah Adrel yang membuatnya tidak nyaman, Mesya akhirnya menyuarakan protesnya. Membentak Adrel dengan suara lantang yang mungkin saja bisa didengar oleh orang tuanya yang sedang ada di ruangan tengah. Setelah itu, menyadari jika suasana di sini semakin membuatnya pusing, Mesya akhirnya melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamarnya. Berjalan melewati orang tuanya yang menatap aneh padanya. Sungguh, bukan Mesya yang bertingkah aneh. Tapi mereka semua yang membuat Mesya jadi bingung *** Sore hari seperti ini, biasanya setelah selesai menyapu dan membersihkan beberapa perabotan rumah, yang Mesya lakukan adalah mandi dan segera bersiap untuk menonton salah satu drama Korea yang tayan di salah satu televisi swasta yang cukup terkenal. Di desa, masih jarang ada orang yang memiliki televisi. Mesya adalah salah satu orang beruntung yang bisa memiliki televisi. Jadi, dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Di televisi sedang booming drama korea, dan kebetulan juga Mesya sangat menyukai pemainnya yang terlihat sangat tampan dan juga cantik. Tapi ketika langkah Mesya sudah ada di ambang pintu, dengan sapu yang masih berada di genggaman tangannya, Mesya melihat bapak sedang menanam bunga matahari yang sudah lama sangat Mesya inginkan untuk ditanam di depan rumah. Sayang sekali, di sana bukan hanya ada bapak. Ada Adrel yang juga tampak sangat serius menggali tanah agar bisa diisi dengan biji bunga matahari yang dengan susah payah Mesya ambil dari tetangga mereka yang sangat galak. Itu bibit milik wanita janda tua yang tinggal di ujung jalan. Mesya selalu ingin bisa melihat bunga mataharinya, tapi setiap kali Mesya menghentikan langkahnya di depan rumah wanita tua itu, dia pasti akan keluar sambil membawa sapu untuk mengusir Mesya. Ya, wanita itu sangat galak. Mesya selalu lari ketakutan akibat melihatnya. Untunglah beberapa saat lalu Mesya berhasil mengambil salah satu bunga matahari miliknya. Ini memang tindakan yang tidak baik, Mesya tahu itu. Kemarin bapak dan ibu sudah memarahi tindakan Mesya yang mencuri barang milik orang lain. Akhirnya kemarin sore ditemani dengan ibu, Mesya diminta untuk datang ke rumah wanita tua itu untuk meminta maaf sambil membawa semangkuk rendang daging sapi. Astaga, hanya untuk satu buah bunga matahari, wanita itu bisa mendapatkan rendang masakan ibu. Benar-benar tidak adil. Tapi sekarang, masalahnya bukan lagi terletak pada bibitnya. Ada sesuatu yang terasa aneh ketika melihat Adrel berinteraksi dengan bapak. Membantu bapak untuk menanamkan bunga matahari yang dia sukai. Juga ketika Adrel tidak sengaja menumpahkan pupuk kandang yang diletakan bapak di dalam ember dengan campuran air untuk menyiram bibir bunga matahari. Pria itu membuat halaman jadi penuh dengan air pupuk kandang yang lumayan bau busuk. Tapi bukan hanya itu saja, ada satu hal yang membuat d**a Mesya jadi terasa hangat. Saat pria itu tertawa dengan santai dengan lelucon yang bapak buat. Mereka berinteraksi dengan akrab. Sangat berbeda dengan hubungan bapak dan suaminya Mbak Dira. Kakaknya itu dulu menikah dengan cara memaksa orang tua. Bapak dan ibu tidak setuju dengan calon suami yang Mbak Dira mau. Sayangnya wanita itu memaksa. Sampai saat ini hubungan bapak dan suami Mbak Dira belum baik-baik saja. Sebenarnya itu juga karena suaminya Mbak Dira benar-benar tidak punya sopan santun. Dia tidak terlihat menghormati bapak dan ibu. Itulah mengapa hubungan Mbak Dira dan suaminya tidak direstui oleh bapak dan ibu meskipun pada akhirnya mereka tetap menikah. Kali ini, entah kenapa ada aliran hangat yang membuat dadanya dipenuhi dengan rasa bahagia. Melihat Adrel yang berinteraksi dengan bapak, rasanya seperti ada sesuatu yang asing yang menyusupi dirinya. Pada akhirnya Mesya memutuskan untuk melangkahkan kakinya mendekati dua orang pria yang sedang asik menanam bunga matahari itu. Mesya tersenyum senang karena setelah bertahun-tahun berlalu dengan hanya melihat lebatnya tumbuhan bunga matahari di kebun wanita janda tua, akhirnya Mesya juga bisa memilikinya sendiri. Mulai sekarang, tugas sore Mesya akan bertambah satu. Dia harus mengurangi jam tidur siangnya agar bisa segera membersihkan rumah dan mengurus bunga mataharinya. Mesya tidak akan membiarkan bunga ini tumbuh dengan tidak baik. Mesya akn merawatnya, memberi siraman air setiap sore hari. Juga akan memberikan pupuk sesekali waktu. Lalu, agar terhindar dari ulat dan belalang, Mesya juga akan menyemprotkan obat daun. Mesya pastikan jika tanaman miliknya pasti akan tumbuh jauh lebih baik dari milik wanita janda itu. “Gimana? Suka nggak?” Tanya Adrel ketika pria itu menyadari keberadaan Mesya. Kali ini, setelah beberapa saat mengalami rasa tidak nyaman ketika sedang berada di dekat Adrel, entah kenapa untuk yang pertama kalinya Mesya merasa senang. Lalu, pada akhirnya Mesya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum melihat halamannya yang sebenarnya masih kosong karena belum ada satupun dari bunga matahari yang bertumbuh. Ya, tentu saja belum bertumbuh. Baru beberapa menit lalu ditanam. Mana mungkin bijinya akan bertumbuh secepat itu? “Suka” Jawab Mesya sambil menatap Adrel. *** Malam ini entah kenapa Mesya merasa sangat kedinginan. Padahal dia sudah menggunakan pakaian hangat dengan lengan panjang dan juga celana yang menutup sampai mata kakinya. Karena terus merasa dingin, Mesya juga menggunakan kaos kaki untuk menjaga kehangatan telapak kakinya. Tapi sayangnya memang cuaca saat ini sedang sangat dingin. Angin berhembus dengan kencang seakan mengirimkan tanda jika hujan akan segera turun. Bapak dan ibu yang sedang menonton televisi segera mematikan layarnya. Katanya, kalau sedang angin seperti ini, lebih baik mereka duduk di depan rumah. Melihat keadaan yang ada sehingga jika sampai terjadi sesuatu yang buruk, mereka bisa segera lari keluar rumah. Ya, begitulah kepercayaan orang desa. Karena Mesya merasa dingin, dia tidak ikut duduk di depan. Mesya lebih memilih untuk mengubur dirinya di dalam tumpukan selimut. Sebenarnya Mesya tidak merasa tanda-tanda jika dia akan sakit. Biasanya jika kedinginan seperti ini, biasanya juga disertai dengan demam tinggi. Tapi kali ini tidak, Mesya hanya merasa dingin saja. Hampir satu jam mengurung diri di dalam kamar, Mesya mendengar jika pintu kamarnya diketuk beberapa kali sebelum akhrinya terbuka dan memunculkan sosok Bapak yang sedang membawa gelas berisi minuman panas. Uap dari minuman itu terlihat mengepul di atas gelas. Mesya tersenyum ketika melihat Bapak memberikan gelas berisi minuman itu kepadanya. Ternyata berisi wedang jahe. Salah satu minuman yang berkhasiat menghangatkan tubuh. “Kamu sakit?” Tanya Bapak sambil mengulurkan tangannya untuk memeriksa suhu tubuh Mesya. Sebenarnya Mesya merasa baik-baik saja, dia hanya kedinginan. “Enggak kok. Aku cuma dingin aja” Kata Mesya sambil menggenggam gelas panas untuk sedikit menghangatkan dirinya. Rasanya sangat menyenangkan ketika merasakan perhatian dari orang yang tersayang. Sejak kecil, dibanding dengan ibu, Mesya tentu jauh lebih dekat dengan bapak. Berbeda dengan ibu yang selalu saja ribut mengenai Mbak Dira yang selalu berlaku seperti tuan putri, bapak tentu berbeda. Bapak selalu mencoba untuk bertindak adil. Astaga, kalau seperti ini Mesya jadi curiga jika sebenarnya dia yang anak angkat. Ya ampun, apa yang ada di pikirannya? Sudah jelas ibu dan bapak sendiri yang mengatakan jika dia anak kandung. Mbak Dira bahkan juga mengatakan hal yang sama. Tapi tetap saja, karena Mbak Dira yang lebih dulu ada di rumah ini, ibu jadi lebih dekat dengannya. Sekalipun Mesya juga tetap merasakan kasih sayang besar setiap kali ibu menatapnya.  Tentu saja, ibu jelas sangat menyayanginya. Mesya adalah anak yang telah dinanti kedua orang tuanya selama 20 tahun pernikahan mereka berdua. Mesya sungguh tidak tahu bagaimana bisa ibunya melahirkan di usia yang terbilang lumayan tua. Dulu ibu menikah di usia 16 tahun. Ya, kebiasaan orang desa. Ketika keluarga bapak yang terpandang karena memiliki banyak tanah dan juga sawah datang ke rumah keluarga ibu, keluarga ibu yang hanya seorang petani dengan sawah sewaan per tahun tentu saja langsung menyetujui lamaran. Bukan karena mereka gila harta atau semacamnya, tapi melihat jika ibu pasti tidak akan hidup susah setelah menjadi menantu salah satu keluarga terkaya di desa, mereka langsung setuju. Dan memang benar. Ibu sangat beruntung mendapat suami seperti bapak. Sekalipun dulu mereka menikah karena perjodohan, Mesya bisa melihat dengan jelas jika bapak sangat mencintai ibu. Begitu pula sebaliknya. Mengarungi rumah tangga selama 20 tahun tanpa bisa mendapat anak kandung, saat itu mereka pasti merasakan banyak masalah. Orang desa menganggap wanita yang salah jika sampai tidak bisa memberikan keturunan. Padahal tidak selalu seperti itu. Hingga akhirnya, 20 tahun kemudian Mesya lahir. Dia ingat cerita bude Karti mengenai kelahirannya. Katanya, setelah Mesya lahir, bapak membuat acara syukuran 7 hari 7 malam. Benar-benar hal yang sangat luar biasa untuk acara syukuran kelahiran bayi. “Itu bapak bawakan wedang jahe, cepat diminum supaya baikan. Setelah itu langsung tidur saja. Bapak mau ke depan, anginnya kenceng sekali. Jadi bapak harus di depan sama ibu..” Mesya mengangguk mengerti. Sejak tadi suara angin terdengar saling menyahut. Menimbulkan banyak rasa takut yang tiba-tiba saja menghampiri Mesya. Ini akhir pekan.. biasanya di hari seperti ini akan ada seorang pria yang akan mendatangi rumahnya setelah dia pulang kerja di kota. Sayang sekali, hingga sesore ini pria itu belum menampakkan batang hidungnya. Ada rasa yang sudah terbiasa hadir setiap kali melihat pria itu sekalipun sering kali Mesya kembali memilih untuk mengurung diri di dalam kamar ketika Adrel datang. Kata ibu, ini perilaku yang sama seperti yang dulu Mesya lakukan sebelum berpacaran dengan Adrel. Oh ya ampun, Mesya bahkan tidak ingat kapan dia berpacaran dengan Adrel. Semuanya tampak sangat membingungkan. Beberapa menit kemudian Mesya kembali bergelung dengan selimut tebal miliknya. Di desa, masih jarang ada orang yang memiliki selimut seperti milik Mesya. Ya, dia cukup beruntung karena beberapa bulan lalu Adrel membelikan sebuah selimut tebal untuknya karena taku Mesya sering merasa kedinginan. Musim dingin datang membuat desa yang letaknya di puncak gunung itu jadi dilanda dengan cuaca dingin yang selalu saja berawan setiap siang hari. Mesya sudah hampir memejamkan matanya ketika dia kembali mendengar ada suara orang yang mengetuk pintu kamarnya. Lagi, bapak muncul di balik pintu kamarnya sambil tersenyum. Tentu saja ini bukan jenis senyuman yang sering bapak tunjukkan pada Mesya. Oleh karena itu Mesya mengernyitkan dahinya dan menatap bapak dengan pandangan penuh tanya. “Kenapa?” Karena bapak tidak kunjung berbicara, Mesya akhirnya memutuskan untuk bertanya. Tapi belum sempat bapak menjawab, tiba-tiba saja ada suara yang sangat Mesya kenal. Terdengar dengan lantang ketika memanggil nama Mesya menggunakan pengeras suara yang sepertinya digunakan untuk acara pernikahan. Tunggu dulu, apa yang terjadi? “Mesya? Kamu dimana? Ayo keluar.. sudah banyak yang menunggu kamu!” Suara itu mengalahkan suara angin yang tadinya saling bersahutan. Seperti sebuah panggilan menuju surga, entah kenapa suara itu terdengar sangat merdu di telinga Mesya. Bersama dengan itu, terdengar juga suara petikan gitar yang sepertinya juga disampingkan dengan pengeras suara. Jika suara itu terdengar sangat jelas di kamar Mesya yang terletak di rumah bagian paling belakang, pasti suara itu juga bisa terdengar sampai ke rumah beberapa tetangga yang ada di sekelilingnya. “Mesya? Ayo sini keluar!” Lagi, suara Adrel kembali terdengar dengan suara petikan gitar yang intensitasnya juga semakin banyak. Terdengar merdu dengan nada yang sangat teoat di telinga Mesya. Pada akhirnya, karena bapak tidak kunjung menjawab, Mesya memutuskan untuk keluar dari kamarnya sambil masih menggenggam selimut agar tetap membungkus tubuhnya yang kedinginan. Melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ke halaman depan. Mengikuti suara Adrel yang tidak kunjung lelah memanggil Mesya untuk keluar. Biasanya tidak selama ini, tapi entah kenapa Mesya merasa jika jarak kamarnya ke halaman depan jadi sangat jauh. Astaga, sampai kapan dia bisa menggapai pintu rumahnya yang sudah terbuka sehingga memperlihatkan beberapa tetangga yang ternyata sudah berkumpul di depan rumahnya seperti melihat acara dangdutan yang biasanya digelar di salah satu pesta pernikahan. Tepat saat Mesya melangkahkan kakinya melewati pintu, saat itu juga sebuah suara merdu kembali terdengar. Sebuah suara indah yang menyanyikan salah satu lagu kesukaan Mesya. Lagi bahasa asing yang Mesya sukai karena sangat sering diputar di radio rumahnya, bahkan Mesya sampai meminta bapak untuk membeli CD lagu ini. Juga karena lagu ini adalah salah satu lagu yang mengisi di film legendaris yang sering Mesya tonton sejak kecil lewat CD yang juga dibelikan oleh bapak. Pengisi film Robin Hood. “Look into my eyes You will see What you mean to me Search your heart Search your soul And when you find me there You’ll search no more” Adrel memang sangat pandai berbahasa inggris. Pria itu tampak sangat fasih dalam berbicara menggunakan bahasa asing itu padahal beberapa orang, apalagi orang desa seperti Mesya, bahasa inggris adalah salah satu pelajaran yang cukup sulit. Untung saja karena sejak kecil bapak lebih sering membelikan Mesya CD lagu bahasa inggris, sekarang Mesya tidak terlalu buruk dalam bahasa itu. sekalipun tidak sebaik Adrel, Mesya tentu juga tidak terlalu buruk. Untuk sesaat, Mesya merasa jika tatapan Adrel seperti menembus dirinya. Bersama dengan suara gitar yang bersahutan dengan merdu karena jari-jari Adrel tampak sangat tepat memetik setiap senar, Mesya merasa jika bibirnya tidak bisa menahan senyuman. Melihat Adrel berdiri di depan pintu rumahnya, memegang gitar dengan pengeras suara yang entah kapan ada di halamannya sehingga mengundang beberapa tetangganya untuk datang, semua itu membuat Mesya merasa sangat spesial. Beberapa tetangganya bahkan ada yang bertepuk tangan ketika mendengar suara merdu Adrel, padahal Mesya sangat yakin jika mereka tidak mengerti apa yang Adrel katakan di lagu itu. sudahlah, kadang kita memang tidak perlu benar-benar mengerti apa yang dikatakan untuk mengetahui apa yang terjadi. Melihat tatapan Adrel yang lurus ke arah Mesya, juga perasaan yang tergambar lewat lagu yang Adrel bawakan, semua orang juga jelas tahu itu adalah lagu cinta untuk Mesya. “Don’t tell me it’s not worth tryin’ for You can’t tell me it’s nor worth dyin’ for You know it’s true Everything i do I do it for you” Mesya melepaskan genggaman tangannya pada selimut ketika dia merasa ada aliran hangat yang bergerak di seluruh tubuhnya. Semua kata yang diucapkan oleh Adrel, itu semua tampak seperti janji yang tidak akan pernah bisa diingkari oleh pria itu. Mesya bahkan tidak bisa menahan senyumnya lagi. Kali ini tersenyum lebar sambil menatap Adrel yang sedang berdiri tidak jauh darinya. Tampak tidak terganggu sekalipun beberapa tetanganya mulai menyerukan godaan untuk pria itu. Adrel, dia seakan memberikan keyakinan pada Mesya untuk tetap melanjutkan hubungan mereka yang terasa sangat tidak benar. Tatapan pria itu seakan terus meyakinkan Mesya yang merasa jika semua ini salah. Tidak, mungkin memang ada yang salah. Tapi melihat tatapan Adrel, entah kenapa semuanya terasa sangat benar. Kali ini, Mesya berharap jika pilihannya tidak salah. Mesya melangkahkan kakinya semakin dekat dengan Adrel. Bahkan dia berdiri tepat di depan Adrel, menatap pria itu sambil tersenyum. Seakan menyetujui janji yang Adrel buat lewat lagu yang pria itu bawakan, Mesya menganggukkan kepalanya dengan yakin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN