... Setelah detak jantungku normal, aku tertawa lagi, mengingat kejadian tadi. Nino, yang badannya kekar itu, bisa terbirit-b***t melihatku mengenakan mukena di kegelapan. Sama sekali gak cocok sama tampangnya yang kayak preman. Lagi pula, sekarang kan udah pagi, mana ada hantu keluar pagi-pagi. Aku menahan tawa,.sembari perlahan duduk. Lalu, kulihat mukena yang kusambar sembarangan tadi. "Waduh! Punya siapa ya? Bisa dimarahin sama yang punya nih. Nggak izin dulu ... ," kataku menggantung. "Duh, gimana ya. Tapi tadi kan darurat." Setelah kupikir-pikir, sebaiknya aku segera keluar dan mencari pemiliknya untuk minta maaf. Ya, aku harus tanggung jawab juga mencucinya lagi, soalnya agak kotor kena debu-debu di sudut ruang cuci. Sebelum keluar, aku ganti baju dulu. Masa pake baby doll t