Adrian berubah

1038 Kata
Adrian berubah sejak dia pergi berbulan madu dengan Clara. Sampai sekarang Adrian tidur di kamar Clara dan tidak pernah menemui Natasha lagi. Natasha bingung dengan perubahan sikap suaminya itu. Bukan hanya Natasha yang bingung, Araz juga sama bingungnya. Saat ini Adrian sedang duduk berdua dengan Clara di sofa depan tivi. Clara berteriak memanggil Natasha seperti babu. Natasha setengah berlari menghampiri mereka. Bisa Natasha lihat Adrian sedang memeluk Clara disana. Mata Natasha memanas dia tak sanggup melihat keintiman suaminya dengan wanita lain. "Buatkan kami cemilan dan minuman cepat ya jangan lelet!! " perintah Clara. Natasha mengepalkan tangannya, dia sudah capek disuruh-suruh kayak babu dirumah ini. Dia adalah menantu dirumah ini bukan pembantu. "Apa-apaan ini?! Natasha kamu masuk ke kamar jangan hiraukan dia" Araz datang dan melihat Natasha disuruh-suruh oleh Clara. Hatinya terbakar dan marah saat melihatnya. Apalagi kondisi Natasha sedang hamil. Dia tidak mau Natasha kerja yang berat-berat. "Aku kan hanya minta tolong ya kan Natasha? " intonasi suara Clara berubah menjadi lembut tak ketus seperti tadi. Dia ingin Araz menilainya baik karena diam-diam Clara juga menyukai Araz. Araz lebih menantang untuk ditaklukan karena sikap sombongnya itu. "Iya Natasha tolong buat kamu kami minum kasihan Clara sedang hamil" giliran Adrian yang buka suara. Adrian tampak berbeda dari biasanya. Jika ada yang menindas Natasha maka Adrian adalah orang pertama yang membelanya tapi sekarang Natasha seperti melihat orang lain dalam diri suaminya itu. "Kan ada bi Lastri, sudah Natasha kamu masuk ke dalam kamar. Biar aku suruh bi Lastri yang membuatnya untuk kalian! " Natasha hanya menurut saja saat Araz menyuruhnya masuk ke dalam kamar. Sedangkan Clara menatap sinis kearah Natasha. Malam harinya... Araz mendekati kakaknya Adrian yang sedang bekerja di ruang kerjanya. Dia bingung mengapa Adrian berubah seperti ini. "Kak ada yang ingin aku bicarakan" "Hem apa? " tanya Adrian sambil mengetik di laptopnya. "Mengapa kakak berubah? kenapa kakak mengabaikan Natasha? " tanya Araz membuat Adrian menghentikan pekerjaannya. "Kakak tidak pernah mengabaikan dia. Hanya saja kakak baru sadar jika selama ini yang kakak cintai adalah Clara" jawab Adrian dengan mata yang kosong. Dia sudah curiga jika ada yang aneh dalam diri kakaknya. Araz keluar dari ruangan kerja Adrian. Ia akan menyelidiki apa yang terjadi selama kakaknya bulan madu kemarin. Sementara itu di kamarnya Clara sedang tertawa sambil menelpon temannya. "Bagus hasil kerja pelet itu bekerja dengan sangat baik. Terima kasih Siska karena bantuanmu aku bisa mendapatkan Adrian" "Apa perlu kau matikan saja Natasha? dukunku punya santet yang ampuh untuk membunuh seseorang" "Santet? kurasa sekarang aku belum perlu. Aku ingin membuat Natasha menderita dan mati perlahan di rumah ini. Adrian sangat mencintai aku dan lebih memilih aku daripada dia. Aku akan membuat dia pergi dengan sendirinya" Clara kembali tertawa licik. Coba dari dulu saja dia melakukan ini. Temannya Siska sudah banyak menaklukkan pria dengan pelet. Hanya saja Clara harus mau berhubungan badan dengan dukun itu sebagai syaratnya. Karena pelet itu terletak di dalam vaginanya. Nama peletnya adalah pelet jarang goyang. Clara menutup teleponnya saat Adrian masuk ke dalam kamar. Adrian tersenyum kepada Clara dan ikut tidur di sampingnya. "Kenapa belum tidur? " tanya Adrian. "Iya nih aku nungguin mas tidur. Besok temani aku ke check up ke dokter kandungan ya mas" pinta Clara sambil bergelayut manja pada Adrian. Sebenarnya anak yang di kandung adalah anak dari papa tirinya. Dia ada affair dengan papa tirinya sejak dia duduk di bangku SMA. Sampai sekarang mamanya tidak tau kalau dia berselingkuh dengan papanya sampai hamil. "Iya sayang yasudah ayo kita tidur kasihan bayi kita kalau kamu begadang ayo" Adrian tidur sambil memeluk Clara. Inilah yang Clara inginkan menikah dengan Adrian dan hidup bahagia bersama anaknya. Keesokan harinya Clara dan Adrian akan pergi ke dokter kandungan berdua. Natasha hanya bisa melihat kepergian mereka dengan tatapan sedih. Dia mengusap perut datarnya dengan gerakan pelan. Sebenarnya Natasha ingin mengatakan tentang kehamilannya. Hanya saja Adrian selalu saja menghindarinya. "Kakak ipar kenapa melamun? " Araz menghampiri Natasha yang duduk termenung sendirian di meja tamu. "Tidak ada apa-apa Raz. Ehm Raz apa bisa mbak minta bantuan? " tanya Natasha ragu. "Mau minta bantuan apa? mbak ngidam? " "Tidak, mbak mau periksa kehamilan. Dari awal hamil mbak belum periksa ke dokter. Mbak mau tau perkembangan bayi dalam kandungan mbak" ujar Natasha dengan wajah yang sedih. "Yasudah ayo kita berangkat" ajak Araz. Dia juga ingin tau perkembangan anaknya yang ada di dalam perut Natasha. Araz tidak sabar menantikan kelahirannya. Apakah jenis kelaminnya cowok atau cewek? apapun jenis kelaminnya yang penting anaknya tumbuh sehat dan sempurna. Mereka berangkat bersama ke dokter kandungan. Kebetulan antriannya tidak terlalu ramai jadi mereka tidak lama menunggu. "Ibu Natasha Aruna! " panggil asisten dokter. Natasha dan Araz masuk kedalam ruang praktik dokter kandungan itu. "Selamat siang bapak dan ibu silahkan ibunya berbaring dulu tolong dibantu ibunya Fira" asistennya membantu Natasha untuk berbaring dan menyingkap bajunya hingga terlihat oleh Araz. Wajah Araz memerah malu saat melihat perut Natasha yang terlihat putih tanpa cacat dan noda. Dia segera memalingkan pandangannya ke arah lain. Padahal ini bukan kali pertama Araz melihatnya. Asisten dokter itu memberikan sebuah gel di perut Natasha. Natasha bisa merasakan perutnya begitu dingin. Dokter itu menempelkan sebuah alat di perut Natasha lalu sedikit menekan dan menggerak-gerakkannya. "Lihat di monitor ini pak bu, ini kantung rahimnya dan titik kecil ini adalah bayi kalian" ujar dokter tersebut. Mata Natasha tampak berkaca-kaca saat melihatnya.Begitu juga dengan Araz dia tampak speechless apalagi saat dia mendengar detak jantung anaknya. DEG DEG DEG Air mata Araz luruh begitu saja. Untung Natasha tak melihatnya menangis. Yang Araz rasakan adalah rasa bahagia dan sedih dalam waktu yang bersamaan. Dia bahagia sebentar lagi anaknya akan lahir dan dia akan menjadi seorang ayah tapi di sisi lain dia sedih karena sampai kapanpun anaknya itu tidak akan pernah memanggilnya dengan sebutan "ayah". " Ini saya resepkan vitamin dan tolong perhatikan makannya ya pak bu. Untuk trimester awal jangan dulu berhubungan intim ya" Araz sampai terbatuk saat mendengarnya. Dia jadi salah tingkah bisa-bisanya dokter itu membahas hal itu. Sementara Natasha juga sama malunya dengan Araz. Setelah mereka selesai akhirnya mereka pulang kerumah. Dirumah sedang heboh dan terdengar Melani marah-marah. Saat mereka masuk ke dalam rumah, Melani langsung menghampiri Natasha dan menampar pipinya dengan kuat. "Dasar maling!! mana kalung berliannya mama!! pasti kamu yang sudah mencurinya!! " tuduh Melani.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN