“Sudah lebih baik?” tanya sebuah suara ketika Briana membuka mata di pagi hari.
“Ini … ?”
Briana melihat pergelangan tangannya mendapat infus, lalu melirik ke arah pria dingin dan tampan yang sedang berdiri dari sofa tunggal.
“Demammu sangat tinggi semalam. Plester kompres demam sama sekali tidak membantu. Dokter bilang kamu kelelahan hebat dan kurang memerhatikan asupan gizimu. Apa yang terjadi setelah kamu resign dari perusahaanku? Apakah perusahaan baru tempatmu bekerja memaksamu sampai di luar batas?”
Raizen duduk di tepi ranjang pasien di kamar VIP tersebut, mengulurkan segelas minuman dengan sedotan.
“Maaf karena merepotkan Anda terus, Tuan Sinclair,” kata Briana tidak enak hati, wajahnya pucat dan lesu.
Dia mengarahkan bibirnya ke arah sedotan, mulai minum sedikit demi sedikit.
Raizen merasakan kekecewaan dan kesedihan di hatinya. Wajah dinginnya tampak murung, tapi masih saja terlihat tampan. “Kenapa kamu masih berbicara formal denganku? Apakah aku tidak layak berteman denganmu karena musuh suamimu?”
Briana nyaris tersedak mendengar ucapannya, buru-buru meralat perkataannya barusan.
“Maaf, aku belum terbiasa. Raizen, kamu tahu kalau kita adalah mantan bos dan karyawannya. Sekarang, kita adalah mitra bisnis satu sama lain. Aku tidak ingin ada kecanggungan di antara kita berdua. Selain itu, jika ada rumor lagi di antara kita, aku sungguh tidak enak hati denganmu. Dengan posisiku yang selalu bertemu secara tidak sengaja hampir setiap waktu, rasanya sangat salah jika aku mulai lebih dekat meski hanya sebagai teman semata. Aku tidak ingin kamu memiliki pemikiran lain tentang diriku. Apalagi kamu tahu sendiri kalau aku adalah istri dari Gael Hartono. Apa kamu tidak takut aku merencanakan sesuatu?”
Briana mencoba bangun dari tidurnya pada kalimat terakhir.
Raizen yang melihatnya kesusahan segera mencoba membantunya, tapi karena Briana pusing tiba-tiba dan tangannya terpeleset, keduanya jatuh ke kasur dengan bibir saling bertemu selama sedetik.
Briana syok!
Wajahnya menggelap suram!
Kenapa dia berciuman dengan Raizen lagi dengan cara yang hampir sama di mobil dulu?
Raizen tidak menampilkan ekspresi berlebihan. Dia dingin. Sangat dingin sampai Briana berpikir dia itu seperti patung es saja.
Wanita itu terkekeh tidak enak hati. “Maaf. Aku sungguh tidak sengaja. Kepalaku pusing dan tanganku terpeleset. Aku tidak ada niat untuk mencuri kesempatan dalam kesempitan. Bagaimanapun, aku masihlah istri dari pria lain. Tidak ingin mengotori kesetiaanku meski suami sendiri lebih memilih wanita lain.”
Kening Raizen berkerut dalam. “Jadi, kamu berpikir aku kotor? Begitu?”
Briana salah tingkah!
Dia buru-buru meralat ucapannya lagi, terlihat sangat panik sambil mencoba bersandar pada ranjang pasien. “Bu-bukan begitu! Maksudku adalah perbuatan yang tidak pantas dalam pernikahan adalah hal yang sangat tercela! Tidak seharusnya orang yang telah menikah mengkhianati janji suci semacam itu meski mereka tidak saling mencintai, bukan? Aku tidak tahu kenapa kita sering bertemu dan harus terlibat denganmu terus. Kalau bisa memilih, aku lebih suka menjauh saja darimu daripada menambah masalahku sendiri. Aku hanya ingin hidup tenang. Itu saja!”
Raizen tersenyum kecil melihat wajahnya yang sudah pucat dan mulai berkeringat dingin.
“Briana, tenanglah. Aku tahu banyak hal sekarang. Apa yang kamu alami dalam pernikahanmu bukanlah sandiwara atau pun trik untuk mendekatiku.”
Briana terdiam linglung, menatapnya aneh.
Pria dingin dan tampan dengan sikap setenang air itu mengelus sebelah pipinya lembut. “Karena penasaran dengan perbuatan jahat suamimu, aku mencari tahu siapa Danira Kusmana sebenarnya dan juga mengenai pernikahan kalian berdua yang selama ini dirahasiakan. Aku juga tahu bagaimana Gael selama 3 tahun ini menguras darahmu untuk Danira dan mengabaikanmu sepanjang waktu.”
Pupil Briana bergetar bingung. Saking bingungnya, dia membiarkan saja pria itu terus mengelus lembut sebelah pipinya.
“Sejak dia datang menjemputmu di rumah sakit, aku terus penasaran dengan hubunganmu bersamanya. Tapi, aku menahan diri karena bukan kebiasaanku untuk ikut campur pada masalah pribadi orang lain. Khususnya dengan saingan bisnisku sendiri. Aku pikir, mungkin Tuhan ingin memperlihatkan kelemahan Gael Hartono sebagai sainganku agar lebih mudah menghadapinya. Tapi, sepertinya bukan seperti itu. Briana, kamu membuatku terus mengalami banyak hal baru dan memahami beberapa hal lebih dalam.”
Mendengar ucapannya yang begitu lembut dan pengertian, membuat hati Briana tersentuh.
Selama 3 tahun menikah, bahkan keluarganya sendiri sama sekali tidak memberikan bantuan apa pun ketika dia ditindas. Hanya kakek Gael yang selalu menolong dan membelanya. Tapi, itu tidak bisa berlangsung terus menerus, karena mereka hidup terpisah.
Dia juga tidak bisa mengatakan yang sebenarnya kepada pria tua itu yang sangat menyukainya dan begitu ingin melihatnya bahagia bersama Gael.
“Raizen, kamu … sungguh tidak berpikiran buruk tentang pertemuan kita? Bagaimana kalau aku adalah orang jahat?” tanyanya cemas, tampak meragukan kepercayaan yang diberikan olehnya.
Raizen tersenyum lembut. “Tidak masalah. Sekalipun itu adalah jebakan sekalipun, keputusanku sendiri yang ingin lebih dekat denganmu. Aku ingin mengenal wanita yang Tuhan perlihatkan kepadaku selama ini. Entah itu sebagai seorang teman, mitra bisnis, mantan karyawan, ataupun sesuatu yang lebih dari itu.”
Hah?
Sesuatu yang lebih dari itu?
Apa maksudnya?
Briana kebingungan mendengar kalimat terakhirnya.
Sadar dengan ucapan berbahaya, Raizen tersenyum jenaka yang menggoda, lalu memajukan wajahnya dalam posisi miring, mengecup cepat bibirnya yang sangat manis meski sedikit pucat dan pecah-pecah.
Briana kaget!
Dia memundurkan kepalanya dengan tatapan tidak percaya!
Dia menciumnya?
Raizen menciumnya dengan sengaja?
Kedua pipi Briana memerah lembut.
“A-apa yang kamu lakukan? Aku tidak ada niat yang aneh-aneh denganmu!” katanya gugup, sangat salah tingkah karena dicium oleh pria yang sangat tampan seperti Raizen.
Jantungnya berdebar sangat kencang seperti akan meledak kapan saja!
Pria berkemeja putih mahal itu tersenyum santai. “Aku hanya ingin membalas ciuman tidak sengaja tadi. Aku ingin menegaskan kalau kamu tidak kotor, Briana. Kamu tidak pernah mengkhianati suamimu seperti tuduhan banyak orang. Jika ada yang ingin disalahkan, maka akulah yang harus mereka salahkan. Aku yang menciummu duluan. Aku yang menggodamu duluan. Bukan sebaliknya, ok?!”
“Ke-kenapa kamu melakukan ini? Aku yakin kamu tidak tertarik kepadaku, kan? Apakah karena aku adalah istri dari Gael dan kamu ingin memanfaatkanku?” tanyanya gugup.
Ketika Briana mengerjapkan mata, dia tidak melihat rasa kecewa melintas di mata Raizen.
“Bisa dibilang begitu. Tapi, tidak juga. Sekarang, kamu adalah mitra bisnis penting Grup Sinclair. Aku tidak ingin kehilanganmu seperti dulu yang resign secara mendadak. Sebuah kerugian kehilangan orang yang sangat berbakat sepertimu, Briana Aldamar. Aku bisa menilai orang dengan baik selama ini. Jadi, jangan gugup atau pun takut dengan pertemanan kita berdua. Aku percaya kepadamu dan akan terus membantumu apa saja yang kamu hadapi, termasuk melawan Gael sampai dia lepas darimu.”
Briana malu-malu mengatakannya. “Raizen, aku tidak mengerti kenapa kamu melakukan semua ini. Tapi, jika kamu ingin menghancurkan Gael, aku tidak keberatan dimanfaatkan olehmu. Selama aku bisa melihatnya dan Grup Hartono hancur, aku bersedia bekerja sama denganmu.”
Raizen tersenyum kecil, terlihat dia sangat tenang dan baik-baik saja. Tapi, di dalam hatinya, dia sangat kecewa mendengar Briana yang menganggap hubungan mereka begitu biasa.
Apakah dia tidak bisa melihat kepedulian khusus yang diberikan kepadanya?
Lantas, bagaimana dengan ciuman tadi? Tidak berarti apa-apa?
Raizen Sinclair selalu dikelilingi oleh banyak wanita, tapi siapa yang menyangka kalau ciuman pertamanya akan dicuri oleh seorang wanita yang telah bersuami?
Antara merasa miris dan senang karena wanita itu adalah Briana, Raizen menelan kenyataan tersebut hingga ke perut.
Dia telah mendapat hasil penyelidikan detektif swasta selama sebulan belakangan ini terkait pernikahan Briana dan suaminya. Hasilnya sungguh membuatnya geram dan sangat tidak percaya ada seorang istri yang rela bertahan dalam pernikahan mengerikan seperti itu.
Apakah dia sangat mencintai Gael hingga merendahkan martabatnya sebagai seorang wanita?
Raizen cemburu.
Dia sangat cemburu di dalam hatinya memikirkan Gael si Bodoh itu mendapatkan cinta yang begitu dalam dari wanita seperti Briana.
Karena tidak bisa menampilkan emosinya yang akan meledak-ledak, tiba-tiba Raizen memajukan kembali wajahnya dan menciumnya lebih dalam.
Briana seperti disambar petir di wajahnya!
Kenapa Raizen menciumnya lagi?!
Sebelum sempat protes dan marah, pria itu berkata jenaka dengan nada santai tanpa rasa bersalah. “Kamu sangat imut dan menggemaskan, membuatku teringat dengan kucingku di rumah.”
Briana melongo bodoh mendengar alasannya. Pria itu tertawa lepas, lalu mengelus bibir bawahnya dengan lembut.
“Semua orang mengatakan kalau aku ini adalah pria yang menakutkan. Tapi, mereka tidak tahu saja kalau aku juga menyukai hal-hal yang manis dan menggemaskan. Jangan terlalu memikirkan ciuman tadi. Kamu seperti adik yang menggemaskan, membuatku ingin terus melindungimu,” lanjut Raizen dengan kata-kata yang ambigu.
Briana masih tidak bisa kembali ke alam nyata dengan ciuman barusan.
Seperti adik menggemaskan apanya?!
Memangnya ada kakak yang mencium adiknya seperti itu?
Dia bahkan menggunakan lidahnya dan melumat bibirnya ganas!
Briana sepertinya tidak bisa kembali ke dunia nyata setelah dicium olehnya. Bahkan ciuman pertama dari Gael yang terbilang panas dan berani sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan ciumannya barusan!
Jantungnya berdebar-debar tidak karuan!
Kenapa pria itu sangat pandai berciuman?
Jangan-jangan, ciuman pertama yang dia katakan dulu adalah godaan semata?
Selama beberapa menit, Briana terperangkap dalam mode linglung dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia mirip orang bodoh yang kehilangan akal sehat dan tidak bisa berpikir apapun. Tubuhnya membeku seperti patung, merasa yang terjadi barusan adalah mimpi yang tidak nyata.
Apa yang sebenarnya Raizen rencanakan dengan mendekatinya seperti sekarang?
Melihat raut wajah Briana yang terbodoh cukup lama, sudut bibir Raizen tertarik jenaka.
“Aku suapi kamu makan, ok?”
“Hah? A-apa? Ti-tidak perlu! Aku bisa sendiri!” pekik Briana kaget, tampak panik dan salah tingkah dengan perlakuan tidak biasa pria itu.
Raizen sudah meraih piring di atas nampan, duduk di dekatnya dan berkata pelan menenangkan. “Aku yakin kamu terkejut dengan ciuman tadi. Tapi, tolong jangan berpikir berlebihan. Anggap saja itu segel pertemanan kita mulai sekarang. Aku tidak akan melanggar batas selama kamu tidak menyukainya.”
Briana menggigit bibir bawahnya bingung.
Jadi, hubungan mereka sebenarnya apa?
“Kita tetap teman, kan? Tidak ada hubungan lain daripada itu? Oh! Kita juga adalah mitra bisnis, kan? Tidak ada yang lain lagi?”
Pertanyaan Briana yang polos membuat hati Raizen tenggelam sedih, tapi dia tetap tersenyum lembut yang menawan.
Astaga.
Wanita ini sungguh polos!
Tidak heran Gael Hartono dengan mudah meremehkan pernikahan mereka berdua.
Walaupun sedikit kesal dengan kelambanan Briana dengan segala rayuannya, Raizen diam-diam merencanakan sesuatu yang sangat licik di dalam hatinya.
Jika Gael tidak bisa menghargainya, maka dia yang akan melakukannya.
Mungkin inilah takdir bagaimana dia bertemu dengan belahan jiwanya melalui tangan musuhnya sendiri.
Memikirkannya saja sudah membuatnya sangat bersemangat!
Gael Hartono akan selalu kalah darinya!
Dia tidak akan pernah bisa melampuinya!
Seorang Raizen Sinclair tidak akan pernah mengalah bahkan dalam hal wanita sekalipun!