Danira ingin sekali menangis, tapi dia menahannya. Kedua tangan menggenggam erat selimut seperti ingin merobeknya. “Keluar… keluar… aku tidak membutuhkan kakak jahat sepertimu!” ucap Danira pelan, lalu mulai terdengar setengah menggeram menahan amarah, masih tidak mau bertemu mata dengannya. Reno hanya diam dengan wajah sangat dingin, satu tangan berada di sakunya. Posenya sangat arogan dan berkuasa, mirip CEO kejam yang tidak berperasaan. “Sebaiknya hentikan sandiwaramu sebelum dia mengetahui kebenarannya dan mengecap keluarga kita sebagai keluarga pembohong. Aku tidak bisa mengikuti terus permainanmu yang kekanak-kanakan itu. Jangan jadi batu sandungan untukku, adikku sayang.” Mendengarnya yang sangat menghina, Danira menaikkan pandangan dan segera meraih segelas air di atas nakas.