Calvin membawa Anggita menuju salah satu sudut di kantin. Mata Anggita masih tampak sembab karena tak bisa menahan tangis ketika berada di salah satu bilik ruang duka rumah sakit ini. Terlebih melihat betapa hancur dan sedihnya ibu Nathan kehilangan putranya. Bahkan tidak ada kata-kata yang bisa disematkan bagi seorang ibu yang kehilangan buah hatinya, karena hal itu terlalu menyakitkan. Di tambah Bella yang juga sedang terbaring lemah di rumah sakit, membuat Anggita kian bersusah hati. Dia terlalu takut. Dia takkan sanggup. Calvin memesankan teh manis hangat untuk Anggita, Anggita menyesapnya dengan perlahan. “Kendalikan diri kamu, Git.” “Aku akan coba,” tutur Anggita, “tapi bagaimana kalau nanti Bella tanya tentang temannya?” imbuh Anggita. “Kita enggak boleh membohonginya, kit