Jatuh Terpuruk

1540 Kata

Ningsih terduduk di kebun hidroponik-nya sepeninggal Danu dan Keisya. Hatinya hampa, semangat hidup telah sirna. Rasanya tidak ada gunanya lagi hidup di dunia. Kesakitan, kesedihan, penantian, kesunyian selama ini menjadi sia-sia. Ningsih yang tegar seperti batu karang, kini telah berubah menjadi buih yang mudah terhempas ombak. Tatapan matanya kosong, wajahnya pucat pasi, tubuhnya jatuh semakin kurus. Pemandangan yang sangat mengenaskan bagi siapa saja yang mengenal Ningsih selama ini. Ia tidak menyadari Winda dari kejauhan menatapnya, lalu beranjak pergi. Begitulah hari-hari yang dilalui Ningsih setelahnya. Tanpa semangat. Bangun tidur, berdiam diri di kebun dengan pikiran kosong, lalu tidur kembali. Bahkan sudah entah berapa kali melupakan makanan. Ia lebih mirip seperti mayat hidup.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN