Happy Reading.
"Bagaimana, apakah kamu sanggup untuk melakukan semua itu? Menurutku di sini tidak ada yang dirugikan. Kamu akan mendapatkan harta dariku dan aku akan mendapatkan anak darimu."
Deby menghempaskan tubuhnya ke sofa, dia benar-benar bingung dengan permintaan Alvaro. Sungguh dia tidak menyangka jika hidupnya akan seperti ini, dihadapan diantara pilihan yang sulit. Namun, ketika memikirkan kakaknya yang sangat membutuhkan pengobatan yang begitu mahal, Deby jadi bimbang.
Alvaro mengamati ekspresi wajah Debby yang sepertinya terlihat tidak antusias dengan permintaannya. Padahal jika itu dia tawarkan kepada wanita lain, pasti para wanita itu tidak akan berpikir dua kali untuk mengiyakan tawaran tersebut. Tetapi melihat ekspresi Deby yang sepertinya begitu enggan itu, membuat Alvaro sedikit menarik kedua sudut bibirnya, hanya sedikit dan tidak terlihat.
"Kenapa harus saya yang Tuan pilih untuk melahirkan keturunan Tuan? Kenapa bukan wanita terhormat dan yang lebih cantik dari saya? Bukankah seorang keturunan itu sangat penting, ya? Jadi bibit, bebet, dan bobotnya harus tepat."
Lagi-lagi pertanyaan Deby membuat Alvaro tersenyum. Melihat keberanian Deby yang bertanya seperti itu, membuat wanita itu terlihat dua kali lipat lebih menarik di mata Alvaro.
"Karena kamu membutuhkan uang," jawab pria itu singkat.
Iya sih, Deby menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Jawaban Alvaro memang sangat tepat.
"Jadi, misalkan saya tidak membutuhkan uang, berarti saya bukan wanita yang Tuan pilih 'kan?" Alvaro tidak menjawab pertanyaan dari Deby, karena sejatinya pria itu memang memilih Deby dan tidak akan memilih wanita lain. Menurut Alvaro, Deby memang lebih spesial dibandingkan wanita manapun dan Alvaro ingin Deby yang menjadi Ibu dari pewarisnya. Karena dia adalah orang yang pertama untuk Deby yang artinya wanita itu masih suci dan Deby sangat pantas untuk menjadi istrinya. Selain itu karena Deby juga terlihat tidak tertarik padanya.
"Sebenarnya kamu hanya tinggal menjawab iya atau tidak, bukankah itu sangat mudah, tidak perlu bertanya lebih jauh lagi?" Deby mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan dari Alvaro itu.
"Maaf tuan, sebenarnya saya itu tidak akan menjual keperawanan saya kalau tidak membutuhkan uang banyak, Saya juga tidak akan berpikir dua kali untuk menolak permintaan aneh ini, saya bukan w************n yang dengan gampangnya untuk diperjualbelikan jika tidak dalam keadaan darurat seperti kemarin, makanya Tuan jangan meremehkan saya seperti itu karena bagi saya pilihan ini memang sangatlah susah untuk diputuskan," jawab Deby. "Meskipun sepertinya permintaan tuan ini memang tidak sulit kalau untuk wanita lain, tetapi nyatanya itu sulit untuk saya."
Alvaro hanya diam saja mendengarkan keluh kesah Deby, meskipun wanita itu mengatakan hal tersebut, itu tidak membuat nya akan mengurangi poin-poin yang sudah ia tulis.
"Jadi bagaimana keputusanmu? Kalau kamu tidak mau jangan menyesal, takutnya kakakmu tidak akan selamat," ujar Alvaro terdengar begitu kejam, tetapi hal itu pun di iyakan oleh Deby.
"Ehm, begini tuan, saya sepertinya harus berpikir terlebih dahulu untuk mengambil keputusan, jadi saya minta waktu untuk menjawabnya, bagaimana?"
Alvaro menaikkan sebelah alisnya, benar-benar menyita waktu jika memberikan tawaran terhadap wanita tersebut. Namun sepertinya aku akan memberikan waktu sedikit saja karena dia harus segera mendapatkan wanita untuk dibawa ke hadapan sang kakek.
"Oke, aku beri waktu sampai besok. Dan kamu sudah harus memberikan jawabannya padaku, ini alamat kantor dan itu ada nomor ponsel yang bisa kau hubungi, jika perlu kamu bisa langsung datang ke kantor dan kita akan mempublikasikan hubungan kita di publik saat itu juga," ujar Alvaro memberikan sebuah kartu nama kepada Deby.
Deby mengambil kartu nama itu, kemudian dia berpamitan kepada Alvaro karena ingin segera melihat kondisi kakaknya. Saat berjalan di koridor rumah sakit banyak pasang mata yang menatapnya dan mengangguk sopan, bahkan beberapa dari mereka menyapa Deby. Tentu saja hal itu membuat Deby merasa aneh. Hampir berminggu-minggu dia keluar masuk rumah sakit itu tetapi tidak ada yang melihatnya sama sekali. Namun kenapa sekarang semua orang seperti menatapnya dan tersenyum hangat?
"Deby, tadi kakakmu sudah saya periksa karena sedang melakukan kunjungan, meskipun kondisinya belum membaik tapi dia masih bisa bertahan sejauh ini semoga saja secepatnya kakakmu bisa dioperasi," ujar salah seorang dokter yang tiba-tiba menghampiri Deby.
"Oh, ya dok terima kasih. Apakah Dokter yang menangani kakak saya sekarang?" tanya Deby.
"Iya, karena dokter Mike dipindah tugaskan ke wilayah lain jadi sekarang aku yang menjadi dokter kakakmu, sepertinya kecil kemungkinan untuk kakakmu sungguh kalau tidak segera dilakukan operasi transplantasi ginjal," Deby langsung merasa lemas ketika.
Apakah dia harus menerima permintaan dari Alvaro yang berjanji agar mencari ke donor ginjal yang tepat untuk Desy jika menerima tawarannya? Bahkan pria itu mengatakan jika akan membiayai semua pengobatan kakaknya. Bukankah itu adalah hal yang amat menggiurkan?
"Iya dok, akan saya usahakan besok untuk mencari donor ginjal," jawab Deby kemudian dia masuk ke dalam ruangan kakaknya.
Deby menatap kakaknya yang terbaring lemah di atas ranjang pasien, sudah sebulan lebih Desy harus di rawat di rumah sakit karena kondisinya sudah cukup parah. Padahal sebelumnya Desy tidak pernah mengeluh sakit kepada adiknya itu. Desy adalah kerabat satu-satunya yang dimiliki oleh Deby, kedua orang tua mereka sudah meninggal lama dan hanya Desy yang menjaganya sejak dulu.
Desy bekerja sebagai pelayan di sebuah rumah makan, wanita berusia 26 tahun itu menjadi tulang punggung keluarga dan membiayai sekolah Deby saat masih SMA.
"Kak, apa yang harus aku lakukan agar bisa membuat Kakak sembuh seperti semula? Apakah kakak setuju jika aku menerima tawaran dari tuan Alvaro? Dia menginginkan aku menjadi istrinya dan juga melahirkan anak untuknya, apakah kakak setuju jika aku menerima tawanan tersebut? Pasti kakak tidak setuju 'kan?" Deby tersenyum miris. Jelas Desy tidak akan pernah membiarkan dirinya mengalami hal itu kalau seandainya Desy dalam keadaan sehat.
"Tapi, Deby udah nggak bisa nyari donor ginjal untuk kakak lagi, meskipun aku mempunyai banyak uang, nyatanya itu sama sekali tidak berguna. Mungkin karena kita hanya orang tidak punya, orang miskin yang selalu dianggap sebelah mata oleh mereka, jadi apakah boleh jika aku menerima tawaran dari Tuan Alvaro?" tanya Deby yang tidak mendapatkan jawaban dari kakaknya karena Desy baru saja tertidur akibat pengaruh obat.
Deby juga tidak mungkin bertanya seperti itu kepada Desi jika sang kakak tengah bangun. Wanita itu meneteskan air matanya, dia begitu menyayangi Desi dan tidak bisa untuk kehilangan sang kakak selamanya.
"Baiklah Kak, sepertinya aku sudah mempunyai keputusan, aku akan memilih untuk menerima tawaran tersebut. Aku ingin Kakak sembuh dan sehat kembali dan jalan satu-satunya adalah menerima tawaran tuan Alvaro," sepertinya tekad Deby sudah bulat.
Dia akan menerima tawaran Alvaro, demi sang kesembuhan sang kakak, dia rela melakukan hal itu.
Bersambung.