Baby….
Begitulah panggilan kesayangan Sandra Larissa hingga sekarang, bocah lima tahun yang dulu di adopsi dari panti asuhan Hati Ibunda oleh keluarga David Nathan seorang pengacara terkenal itu kini sudah beranjak menjadi seorang gadis dewasa.
Sandra baru saja lulus dari universitas swasta ternama namun kedua orang tua angkatnya itu meminta dia untuk kembali melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di negara Singapura.
Akan tetapi Sandra ingin berhenti sejenak ia ingin sekali bekerja, hidup mandiri dan menjadi wanita karir seperti apa yang di impikannya selama ini. Sandra ingin orang melihatnya bukan sosok anak kecil dan anak manja lagi yang selalu saja bersembunyi dibawah lengan sang mama, juga seorang bocah kecil yang selalu menjadi tawanan kedua kakak angkat lelakinya yang begitu sangat posesif kepadanya.
Sandra ingin bisa seperti rekan-rekannya yang lain, bergaul dengan banyak orang diluar, pergi kemanapun dengan bebas, mengunjungi banyak tempat berpesta dan hidup normal seperti anak remaja seusia dia lainnya. Sebab selama ini Sandra hanya bisa melakukan semua itu jika kedua kakak lelakinya ikut serta atau sang mama menemaninya.
Ya, walaupun seharusnya dia begitu bersyukur keluarga Nathan yang merupakan keluarga angkatnya ini begitu mencintai dan menyayanginya, dia tidak pernah di anggap seperti anak orang lain bahkan kedua orang tua angkatnya itu lebih memanjakan dia dari pada kedua kakaknya, selain dia adalah satu-satunya anak perempuan dirumah itu, Sandra juga dulu pernah mengalami penyakit kronis.
Akhir-akhir ini Sandra mulai sedikit menjadi pemberontak yang mana dia sedang mempunyai banyak waktu di rumah selepas selesai kuliahnya.
Sandra ingin sekali bebas keluar menikmati sejnak masa liburnya, dia merasa kesepian, yang mana suasana rumah pun menjadi lebih sepi saat kedua kakaknya jarang kembali kerumah. Alan kakak pertamanya memutuskan untuk tinggal di appartemen yang lebih dekat dengan kantor sementara Jerry kakak satunya lagi sedang berada di New york setelah mendapatakan pelatihan kerja disana.
***
Di pagi hari yang cerah seperti biasa setiap hari minggu Sandra akan bersiap-siap pergi menemani sang mamanya pergi keacara-acara arisan atau yang terkait dengan panti juga yayasan lainnya, Sandra mengetuk-ngetuk dimeja rias ia menatap bengong pada wajah cantiknya, lalu bermonolog pada dirinya sendiri.
Apa kurangnya aku, paras cantik, hidung mancung mata coklat indah sempurna, bibir seksi dan menawan, rambut coklat bergelombang juga punya postur tubuh yang juga bagus tidak kalah dari seorang model papan atas dunia.
Sandra sedang merasa sangat frustasi saat ini, tidak hanya karena permintaan orang tuanya yang meminta melanjutkan pendidikan keluar negri, namun juga sebab sang kakak lebih tepatnya kakak angkat tertuanya yaitu Alan William Nathan akan bertunangan bulan depan bersama Jessica seorang yang dia rasa tidak pantas dengan kakaknya itu.
Mungkin ini bukan yang pertama untuk Sandra tidak menyukai hubungan Alan dengan seorang wanita, Sandra begitu iri, dia tidak terima ada orang lain yang mengalihkan pandangan kakaknya itu darinya.
Tapi Sandra merasa ini yang paling parah dan membuat dia bingung akan dirinya sendiri, kenapa dia begitu merasakan sakit hati yang sangat dalam mendapatkan kenyataan bahwa hubungan Alan kakaknya itu terebih ia tahu ini bukan sekedar berkencan bahkan akan menikah.
Jika dulu Sandra hanya memendam rasa dalam diam jika Alan akan pergi dengan gadis manapun tapi kenapa ini lebih parah, dia merasakan keegoisan yang akut ada pada dirinya, Sandra akan memebenci semua orang yang mendekati Alan dan memusuhi mereka hingga mengerjai.
Sandra ingin Alan hanya terus disamping dia, menjadi satu-satunya wanita yang Alan utamakan dan Alan perhatikan.
Sandra sudah beberapa waktu ini mendiami Alan dan menjauh dari kakaknya itu tanpa sebab yang logis saat mendapati kabar Alan berkencan atau bersama wanita.
Tetapi kenapa dia tidak egois dengan Jerry kakak keduanya? Sandra bersikap biasa saja, bahkan Sandra tidak peduli dengan Jerry yang memang sosok playboy dan player, berbeda dengan Alan yang lebih dingin dan jarang sekali dekat dengan wanita dan sangat pilih-pilih.
“Baby? Sudah belum nak? Mama tunggu diluar ya!” Teriak Mama menyadarkan Sandra dari lamunannya di meja rias.
“Iya Ma, sebentar!”
Arrrgghh…
Sandra menggeram kesal, sungguh bosan sekali seperti ini setiap hari keluar rumah hanya untuk pergi menemani mama, tidak pernah bisa bebas keluar jika bukan karena berbohong tentang adanya acara kampus seperti dulu.
Dengan langkah malas Sandra pun segera keluar dari kamar miliknya untuk segera berangkat ke acara mamanya itu.
Sandra pun segera menutup pintu kamarnya sedikit pelan membuat suara bantingan mengudara dilantai bawah rumah itu, tiba-tiba seseorang ditangga yang akan naik ke lantai dua berhenti, ia melihat Sandra lalu melengkungan senyumanya.
“Hay cantik mau kemana?” Sapa Alan yang baru saja pulang kerumah seperti biasa setiap weekend.
Sandra bersikap acuh ia melihat sekilas lalu pergi melengos begitu saja, Sandra enggan berteguran atau berbasa-basi dengan Alan sejak kabar pertunangan itu, bahkan ia yang biasa sangat manja dan banyak maunya pada Alan selalu merengek dan meminta banyak hal.
Sudah semingu ini tidak pernah mengirimkan pesan apapun pada sang kakak, bahkan tidak lagi pernah muncul di group w******p keluarga seperti biasa padahal dia yang paling berisik dimanapun.
Alan tidak mengerti ada apa dengan Sandra ia pun naik kekamarnya segera membiarkan Sandra mengacukannya namun tetap Alan seperti biasa ia selalu suka menggoda Sandra, setelah membiarkan Sandra mengacuhkannya dia pun mengirimkan pesan pada adiknya itu.
-KAK ALAN-
Jalan yuk? Mau apa nanti kakak traktir.
Sandra yang sudah naik kedalam mobil membaca pesan itu, namun ia segera memasukan ponselnya lagi kedalam tas, dulu sangat mudah membujuk Sandra dengan hal-hal seperti mengajaknya makan, jalan atau belanja adik kecilnya itu akan luluh.
Sandra memang modian, tapi akhir-akhir ini sepertinya semuanya berbeda dia lebih parah benar-benar acuh dan tidak bisa diluluhkan sama sekali. Seperti saat ini, dia hanya membuka tanpa ingin membalas atau berbasa-basi menjawabnya.
***
Di dalam mobil Sandra tampak murung, gadis cantik dengan stelan jeans dan kemeja big sizenya itu menyandar malas ditempat duduknya, ia menatap kosong melihat jalanan diluar seperti sedang menerawang jauh entah kemana, membuat sang mama disebelah menoleh pada sang anak.
“Baby, kamu sakit nak?” tatap Mama khawatir pada anaknya itu.
Sandra yang menopang wajah pada kaca pun menoleh pada sang mama kemudian lalu melengkungkan senyumannya, “Nggak kok Ma, masih sedikit ngantuk aja…” kilahnya, membuat mamanya mengerti lalu menarik dia mendekat untuk bersandar pada bahu sang mama.
“Ya sudah tidur lagi sini, nanti mama banguni kalau sudah sampai.” Ya seperti itulah sang mama memperlakukan Sandra, ia yang sudah 22 tahun tetap dianggap seperti dulu, putri kecil kesayangannya yang selalu menempel kepada dia.