Sandra berjalan pelan masuk kedalam rumah, mengatur nafas menguatkan diri agar bisa bersikap tenang menghadapi kakaknya didalam sana, Sandra tidak tahu apakah kak Alan akan mengadukan dia atau tidak perihal perbuatannya di club atau tidak kepada sang mama, jika iya… habislah dia, sang mama pasti juga akan memarahinya habis-habisan dan sudah pasti niatnya keluar rumah semakin sulit.
“Baby ada apa ini?” Teriak Rora saat anak gadisnya itu masuk, “Kamu dari mana, katanya kamu di appartemen Alan, siapa yang mengantarkan kamu dan kenapa dengan kakak kamu.”
“DUDUK!” Sentak Alan, menunjuk kearah sofa memerintah pada Sandra.
Raut takut terpancar pada wajah Sandra, ia diam tidak menjawab ibunya juga tidak membantah apapun perintah Alan, segera Sandra duduk di sofa besar ruang tamu rumah mereka itu.
Rora mengusap dadanya melihat wajah Alan yang terpancar kemurkaan itu.“Alan jangan terlalu keras sama adikmu, salah apa baby?”
“Tanya sama dia?”
Rasa takut memang mendominasi Sandra namun rasa kekesalannya juga besar pada sang kakak, rasanya ia ingin melawan Alan, persetan dengan kakak, dia merasa muak dengan Alan apa lagi sejak dia mengatakan cinta untuk Jessy lalu membandingkan mereka.
Bisikan ditelinga kiri seakan memerintah Sandra untuk membantah dan melawan, dia bukan bocah lagi, tidak pantas di perlakukan seperti tawanan seperti ini.
“Baby ada apa nak?” lirih Rora mendekat pada anaknya.
“Ada apa ma? Kak Alan terlalu berlebihan, membesar-besarkan yang tidak perlu di besarkan, Ma, baby sudah besar mau sampai kapan berbuat apapun di larang, berbuat apapun di luar yang tidak sesuai dengan kebiasan baby selalu aja menjadi kehebohan, aku sudah besar ma! Baby semalam pergi acara perpisahan sama temen-temen baby di kampus, salah? SALAH? Jangan terlalu berlebihan deh! Nggak ada apapun yang terjadi, tiba-tiba kak Alan jemput baby, terus paginya baby sudah di ikat.” Sandra melakukan playing fictim, saking kesalnya pada Alan.
“Baby! Bohong, bukan seperti itu, dia mabuk—“ Alan mengepal tangannya kesal, bisa-bisanya Sandra berbohong seketika Alan menarik tangan Sandra, “Bangkit kamu! Bangkit! Tidak ada keluar rumah lagi! Tidak ada!”
“Alan!” Pekik Rora melihat Alan memperlakukan kasar Sandra.
Sandra menahan tangannya yang sakit atas tarikan Alan itu, tidak pernah Alan semarah ini, “Ikat lagi kak, ikat aku! Pakai rantai kapal sekalian, atau di pasung biar kakak puas.”
“Kamu berbohong!” Alan mengeretakkan giginya, “Jika mama tahu semua tingkah kamu semalam gara-gara laki-laki, mama bisa pingsan dan masuk rumah sakit.” Bisik Alan menekankan kalimatnya, “MASUK! SEKARANG!”
Tarik Alan lagi tangan Sandra.
Praakkkkk
Mama dengan kesalnya menampar Alan, “Kamu kelewatan! Sesalah apapun adik kamu, pernah kamu lihat mama kasar sama dia?” Tunjuk Rora wajah putranya itu.
Alan terperangah mengusap pipinya yang terasa panas oleh tamparan sang mama, ia begitu shock mama yang tidak tahu apa-apa malah membela Sandra, Alan tidak membantah masih dengan netra tajamnya yang menyorot tajam pada Sandra, Alan segera melepaskan tangan Sandra dan pergi dari sana.
“Lihat aja kalau masih berani keluar, kamu akan tahu akibatnya!” Ancam Alan kemudian.
Memang dalam hal apapun semua akan kalah dengan Sandra anak emas mamanya itu, segera Sandra berhambur kepada mama, dan menangis terseduh-seduh, “Mamaa….”
Hiksss hiksss.
“Sudah, sudah… mama fikir kalian benaran pergi, kok pulang-puang seperti ini.”
“Nggak tahu…Sandra nggak tahu.”
Rora membawa anaknya berjalan ke kamar menenangkannya, “Benar hanya acara teman kampus, kenapa dia bisa marah seperti itu? Ada apa?”
Sandra diam sejenak sampai akhirnya ia mengambil tangan sang mama, “Maa baby nggak sengaja mabuk, baby di paksa minum.”
“Ya ampun baby!” Mama menarik nafasnya berat, “Pantas saja, kamu kan tahu kakak kamu aja nggak pernah kaya gitu, pantas aja dia marah sekali.”
“Ma … maaf....” lirih Sandra terus berusaha meluluhkan Rora, mencari simpatiknya dia paling tahu mamanya seperti apa, pasti akan luluh dengan rengekannya.
***
Beberapa jam berlalu, di meja makan David Nathan dan Rora sedang menikmati makan malam mereka, Sandra hanya muncul beberapa menit lalu masuk kembali ke kamar membawa makannya, Alan yang sedari di dalam kamar akhirnya keluar, namun bukan untuk makan melainkan menyambut Jessy yang datang mengembalikan barang milik Alan.
Tidak sengaja Sandra keluar kamar mengambil minum ia mendengar bisik-bisik 2 pembantu yang sedang berbicara mengatakan bahwa Jessy datang, Sandra langsung menggerutu, “Dasar ganjen! Pulang kerja tuh pulang, bukan mampir nemuin cowok!”
Sandra kembali lagi masuk ke kamarnya bukan melanjutkan aktivitasnya melainkan ingin mengintip Alan dan Jessica diluar sana.
Dari gorden jendelanya Sandra mengintip, tanpa susah payah ia bisa melihat langsung Jessy yang masuk kembali kedalam mobilnya jauh didepan gerbang sana, segera pergi begitu saja. Sandra berkerut dahi, “Loh tumben, kenapa? Lagi berantem,” Sandra kembali menutup jendelanya,tidak mau ambil pusing segera menjatuhkan dirinya ke ranjang.
Di luar sana Rora dan David Nathan bertanya-tanya kenapa Jessy pulang, “Sudah selesai?”
Alan mengendikkan bahunya acuh, “Cuma balikin kunci ketinggalan,” Alan berlalu begitu saja, dia masih malas untuk banyak bicara gara-gara kelakuan Sandra sampai di tampar sang mama. Jessy yang mengajak keluar saja Alan menolak dan mengatakan banyak urusan kantor yang sedang ia kerjakan, ya walaupun dia memang benar sedang memeriksa laporan kantornya yang ia belum sempat ia periksa.
Alan kembali kedepan meja kerjanya, menatap pada benda lipat yang masih menyala, Alan masih bertanya-tanya perihal siang tadi, bagaimana Sandra bisa kenal dengan Roman, teman satu sekolahnya hingga pernah satu kampus bersama namun Roman sepertinya keluar.
Banyak hal dan masalah yang terjadi antara Alan dan Roman dulu, tidak hanya karena mereka adalah saingan dalam banyak kegiatan sekolah, anggota genk, dan yang terparah dan membuat Alan kesal adalah Roman pernah mengencani Leana kekasih dari Alan.
Leana berselingkuh dengan Roman mereka pernah terlibat baku hantam, hingga saat lulus sekolah dan masuk universitas terakhir kali Alan melihat lagi mereka di kampus yang sama, namun beberapa bulan kemudian Roman dan Leana menghilang entah kemana sampai hari ini dia tidak lagi melihat Leana, sebab itu tadi dia begitu shock melihat Roman lagi setelah hampir belasan tahun mereka tidak pernah bertemu.
Masih tergambar jelas seperti apa wajah cantik Leana di kepala Alan, mereka saling mencintai dan bahkan mempunyai banyak rencana untuk masa depan termasuk menempuh pendidikan di tempat yang sama, namun kehadiran Roman menghancurkan segalanya, entah bagaimana Leana bisa bersama Roman lalu Leana mengakhiri hubungan mereka.
Alan mengusap wajahnya frustasi, ia menjadi tidak fokus mengerjakan pekerjaanya, fikirannya berkelana jauh, “Dari mana Sandra mengenal Roman?”
Panggilan Jessy membuat ponselnya menyala pun ia singkirkan.
Alan menopang dagu, tidak bisa ia bayangkan bagaimana jika Sandra dan Roman punya hubungan dekat. Mengingat sikap Sandra sebrutal itu, ia sangat keras dan lihatlah dia mabuk gara-gara seorang pria, terbesit ingat ciuman panas Sandra tiba-tiba yang begitu jelas dan seakan nyata, Alan mendesah lelah memijat pelipisnya kemudian.
Berbeda dengan Alan yang sedang frustasi memikirkan adiknya itu, namun tidak dengan adiknya itu sendiri, setelah bosan berbaring hingga berguling-guling di ranjang, ia membuka gawainya lalu mencari nama orang yang tadi kakaknya lihat seperti musuh dan santapan tidak lezat.
‘Roman Alvaro’ alumni sebuah sekolah menengah atas yang sama dengan Alan, tidak membuthkan waktu lama Sandra langsung menemukan, akun social media lelaki itu ia lihat disana, “Wow bisnis man, hemm…”
Sudah terlanjur kesal dan muak dengan Alan membuat Sandra berfikir jahat, sepertinya menarik jika didekati, sekarang selain berfikir untuk keluar rumah dan mulai bekerja, mendekati Roman Alvaro juga akan menjadi rencananya.
Sandra bersiul-siul dikamarnya, benar-benar seperti sedang mengangkat tinggi-tinggi bendera peperangan dengan Alan.