Bab 26. Madu Dan Sengatan

1212 Kata
Tidak ada kesenangan yang didapatkan Sophie maupun Cassidy usai saling menyakiti dengan kata-kata. Cassidy pergi begitu saja. Ia memilih masuk ke Camper Van lalu melempar panah pada papan dart sambil tiduran. Pikirannya sedang kusut, sedih tapi tidak tahu harus berbuat apa. “Kenapa aku malah bicara seperti itu?” gumam Cassidy pelan. Ia menghembuskan napas cukup besar lalu memejamkan matanya kesal. Ia belum bisa tidur dengan tenang selama ini. Setelah Sophie menghilang dan sekarang ia menemukannya kembali, rasa nyenyak itu tidak lagi datang dalam tidur-tidur Cassidy yang penuh mimpi buruk. Sekalinya ia bisa memejamkan mata sedikit lelap karena terlalu lelah atau mengantuk, maka hal-hal dari masa lalunya akan datang memasuki alam bawah sadarnya. Semilir angin pelan membelai ujung rambung Cassidy yang memilih membuka jendela saat ia berbaring sejenak di ranjang sempit di dalam Camper Van. Angin pula yang membawa bayangan saat Cassidy masuk rumah sakit nyaris meregang nyawa karena ia keracunan sianida. Saat itu, Sophie yang ikut membawanya, akhirnya bertemu tapi dengan sikapnya yang aneh. "Tadi aku bermimpi tentang dirimu dan aku bertemu dengan Ibuku. Aku pikir aku sudah mati,” ujar Cassidy dengan nada lemah. Sophie masih tertegun dengan rasa bersalah yang makin menenggelamkan hatinya menatap Cassidy yang baru selesai melewati masa kritisnya akibat keracunan. "Sekalipun semuanya seperti indah, tapi aku tidak mau meninggalkanmu. Kamu terlihat tidak bahagia, Sayang. Itu sebabnya mengapa aku kembali. Aku tidak mau mati," lirih Cass lagi. Sophie masih memandang Cass dengan air mata yang kembali menggenangi pelupuk matanya. Cass dan Sophie saling berpandangan dengan pikiran masing-masing. Sophie yang semula begitu marah dan dendam kini sedikit mereda. Meskipun ia tidak bisa memaafkan Cass yang telah menipu dengan kehamilan palsu itu tapi Sophie sangat mencintai suaminya itu. "Apa yang terjadi, Sweet Pea?" tanya Cass lagi. Cass tahu ada yang disembunyikan oleh istrinya. Sophie berperilaku tidak seperti yang seharusnya. Sekarang dengan kasus keracunan yang tiba-tiba terjadi, hati kecil Cass mulai curiga pada Sophie. "Kamu tahu tidak? Aku akan melindungimu, Sayang. Aku akan melakukan apa pun untukmu. Aku tidak mau jauh darimu ..." Sophie membuang wajahnya ke samping dengan air mata yang menetes di pipinya. "Cukup, Cass ..." "Cass? kamu memanggil dengan namaku?" potong Cass dan Sophie pun menoleh padanya. "Mungkin lebih baik jika kita berpisah ..." Cass sontak menolak dengan menggelengkan kepalanya. Ia meraih tangan Sophie dan menariknya. "Jangan pernah berpikir seperti itu! jangan pernah ..." sahut Cass cepat dan napasnya mulai tersengal menahan emosi. Sophie pun terdiam dan kembali menangis. Cass tidak mau melihat air mata itu di mata Sophie. Ia berusaha untuk memeluk Sophie yang kembali menangis. "Aku tidak mau kehilanganmu, Sweet Pea. Aku sangat mencintaimu ..." "Pembohong,” sebut Sophie begitu pelan tapi masih terdengar oleh Cass. Cass mencoba menyentuh Sophie tapi dia malah melepaskan diri. "Sweet Pea ... " "Sebaiknya kamu beristirahat, Cass. Kamu harus pulih," ucap Sophie pelan sembari menjauhkan diri dari Cass. Cass menggelengkan kepalanya tidak mau melepaskan tangan Sophie sama sekali. "Aku mau kamu di sini, Sweet Pea!" pinta Cass pada Sophie. Sophie tidak menggeleng atau mengiyakan. "Kita bicarakan lagi nanti ..." Sophie melepaskan tangan Cass darinya dan berbalik keluar dari ruang rawat Cass. "Sweet Pea! Sayang!" Mata Cassidy sontak terbuka dengan napas tersengal lebih cepat. Ia bangun dan rasa penat serta kesal. Lalu ia berdiri berjalan mondar-mandir menyugar rambutnya beberapa kali. jika sudah begini maka yang dilakukan Cassidy adalah minum sampai mabuk. Padahal Cassidy sedang menjalani pengobatan kecanduan alkohol. Ia tidak seharusnya minum atau organnya akan mengalami masalah. Akan tetapi, Cassidy sudah tidak tahan. Ia akhirnya membongkar salah satu laci di bawah tempat tidur untuk mengambil salah satu botol whiskey. Layaknya orang yang kecanduan, Cassidy bersemangat untuk membuka tapi matanya kemudian menangkap sosok Sophie. Sophie keluar dari dapur dengan sepatu boot karet, sarung tangan dan membawa seperti topi khusus. Kening Cassidy mengernyit sementara tangannya sibuk hendak membuka tutup botol. Lama-lama ia tertegun diam menatap Sophie yang berjalan menuju beberapa kotak untuk memanen madu. Cassidy pun tidak jadi minum. Ia meletakkan separuh membanting botol tersebut. Cassidy menyambar jaketnya dan keluar dari Camper Van untuk menyusul Sophie. Dari kejauhan Sophie sedang memanen madu dari sarangnya. Ia akan menyaring lalu mengemasnya ke dalam botol untuk dijual. Penghasilannya memang tidak seberapa tapi Sophie bisa menabung sedikit demi sedikit. “Kamu sedang apa?” Sophie sedikit terkesiap lalu menoleh ke belakang. Cassidy datang mendekat tanpa pelindung. “Jangan datang kemari, nanti kamu tersengat lebah!” ujar Sophie separuh berteriak dari balik topi besar yang merupakan pelindung kepala dan wajah. “Apa? Ah ...” Cassidy mulai menepis beberapa lebah yang datang mendekatinya. “Apa yang kamu lakukan?” Sophie menghela napas panjang lalu memperlihatkan lilin sarang madu yang sedang ia lepaskan dari tempatnya. “Kamu ... ah ... untuk apa melakukan semua ini? Apa harus punya pekerjaan ... ah ... aku digigit!” gerutu Cassidy masih sibuk memukul-mukul lebah-lebah kecil yang sedang beterbangan. Sophie hanya tersenyum melihat Cassidy yang mulai sibuk menepuk udara karena lebah makin lama makin banyak. “Haha ....” Sophie jadi menertawai Cassidy. “Auuww!” Cassidy tersengat lagi. “Aku sudah bilang jangan mendekat, Cassie! Kamu terlalu keras kepala!” “Ah, Sophie apa yang dilakukan oleh lebah-lebah ini!” Cassidy mulai berteriak karena lebah makin banyak. Selagi Cassidy sibuk mengeluarkan semua jurus dari tangan sampai kaki menendang seribu bayangan, Sophie menyelesaikan mengambil madu. Senyumannya mengembang kala melihat Cassidy akhirnya separuh kabur karena dikejar lebah. Ia bahkan tertawa. Cassidy yang sudah tersengat beberapa kali lalu kembali berlari ke arah Sophie dan menarik tangannya. Mereka berlari lagi masuk ke dalam lewat pintu dapur. Cassidy langsung menutup dan mengunci pintu. “Cassie, kamu menakuti lebah-lebahku! Mereka bisa kabur jika kamu pukul seperti itu!” seru Sophie memarahi Cassidy. Cassidy yang kesal langsung menarik penutup kepala Sophie dari atas kepalanya dan membalas memarahi. “Apa kamu tidak lihat seperti apa mereka menyerangku? Sekarang badanku jadi sakit dan gatal, ahk!” sahut Cassidy menggaruk leher dan tangannya. “Itu salahmu sendiri. Siapa yang menyuruhmu datang? Lebah adalah hewan yang setia, dia akan menyerang orang-orang yang ingin mencelakakan pemiliknya,” bantah Sophie mulai sengit. “Oh, jadi kamu berkonspirasi dengan lebah sekarang?” “Tidak perlu. Mereka pasti akan membantuku jika kamu macam-macam denganku!” sahut Sophie tak mau kalah. Cassidy kembali meringis kesakitan sekaligus gatal akibat bisa lebah yang menyengatnya. Sophie awalnya tidak peduli tapi ia kemudian kasihan. “Huff, ayo kemari!” Sophie menarik sebelah pergelangan tangan Cassidy dan menyuruhnya duduk di kursi makan. “Buka jaketmu!” perintah Sophie pada Cassidy yang masih menggaruk karena gatal. Kali ini Cassidy menurut dengan baik melepaskan jaketnya. Sophie juga melepaskan sarung tangan dan membuka sepatunya. Ia mencuci tangan lalu mengambil handuk kecil bersama semangkuk besar air hangat. Sophie juga mengambil madu dari ember yang ia bawa dari luar. “Coba kulihat,” ujar Sophie menyibak sedikit leher Cassidy. Kulit Cassidy memerah tersengat lebah dan Sophie perlahan membersihkannya menggunakan handuk air hangat. Barulah Sophie mengoleskan madu yang ia panen pada kulit Cassidy yang tersengat lebah. “Dari mana kamu tahu semua ini?” tanya Cassidy lembut. Sophie hanya tersenyum dan meneruskan mengoleskan pada leher Cassidy. “Aku mempelajarinya.” Sophie makin dekat karena akan mengoleskan madu di kulit bawah telinga. Saat itulah mata keduanya saling beradu dan terdiam. Kedua tangan Sophie sedang memegang kepala Cassidy dengan posisi berdiri dan Cassidy duduk. Cassidy pun tidak melepaskan pandangan darinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN