Beberapa Minggu Sebelumnya ....
Cassidy keluar dari mobilnya diantarkan oleh Erikkson. Ia tertegun menatap rumah mertuanya, Jonathan Marigold yang sudah lama tidak dikunjunginya. Setelah Sophie dinyatakan menghilang karena kasus penculikan, Cassidy sempat datang terakhir kali kala mencari petunjuk dengan membongkar kamar Sophie di rumah itu. Namun, ketika hasilnya nihil tanpa petunjuk, Cassidy memilih tenggelam pada kesedihannya.
“Cass, ayo.” Erikkson menegur Cassidy yang masih melamun. Cassidy terkesiap lalu menoleh dan mengangguk.
Cassidy sudah menemukan dan mengetahui posisi Sophie saat ini. Setelah mengetahui seluruh kebenaran atas tipu muslihat yang dilakukan Sophie dengan merekayasa penculikannya, Cassidy memutuskan untuk bicara.
“Kamu sudah siap?” tanya Erikkson sekali lagi sebelum memencet bel pintu rumah itu. Cassidy tersenyum lalu mengangguk.
Tak berapa lama setelah bel dibunyikan, Cassidy dan Erikkson masuk bersama. Di dalam, ibu mertuanya, langsung menyambutnya hangat. Kourtney Merigold dan suaminya bahkan ikut menjenguk Cassidy saat ia dirawat di rumah sakit beberapa saat lalu.
“Bagaimana kabarmu, Nak?” tanya Kourtney setelah memeluk Cassidy.
“Aku sudah lebih baik, Mom.” Cassidy menjawab dengan senyuman yang masih getir. Kourtney ikut merasa senang dan merangkul lengan Cassidy agar ia masuk ke ruang keluarga dan duduk.
“Aku ingin bertemu dengan kalian berdua─Mommy dan Daddy. Apa aku bisa bicara dengan kalian?” ujar Cassidy.
“Tentu saja. Sebentar akan kupanggilkan Jonathan. Dia pasti sangat senang bisa bertemu denganmu.”
Kourtney berdiri dengan bersemangat untuk memanggil suaminya. Erikkson yang berada di tempat yang sama lalu menoleh pada Cassidy lagi. Tangannya mengulur dan menggenggam tangan Cassidy untuk menguatkannya.
“Jadilah pemberani dan seorang kesatria, hhmm ...” ujar Erikkson memberikan Cassidy semangat. Cassidy tersenyum dan mengangguk. Ia sudah yakin akan jujur pada mertuanya tentang apa yang sesungguhnya terjadi sebelum Sophie menghilang.
“Cassidy,” sapa Jonathan tersenyum ramah pada Cassidy. Cassidy ikut berdiri dan menghampiri ayah mertuanya lalu memeluk. Jonathan memperlakukan Cassidy bagai anak sendiri. Meski Sophie masih belum ditemukan, tapi rumahnya terbuka lebar untuk Cassidy. Tidak ada rasa curiga atau prasangka pada apa yang sebenarnya terjadi di belakangnya.
“Aku datang kemari ingin bicara pada kalian berdua. Kalian sudah seperti orang tuaku sendiri dan selama ini aku merasa bersalah telah berbohong,” ujar Cassidy memulai pembicaraan.
Erikkson memilih keluar untuk memberikan waktu pada Cassidy agar bicara secara pribadi pada mertuanya. Jonathan tampak kaget dan sekilas menoleh pada istrinya, Kourtney yang juga tidak tahu apa pun.
“Sesungguhnya aku telah menipu Sophie. Aku tidak pernah meniduri Sophie atau menghamilinya saat kami bertemu. Itu semua rekayasa yang kulakukan dengan sengaja demi bisa menikahinya agar ia menjauh dari Collin Howthorn.” Cassidy menceritakan awal kisah yang sesungguhnya.
Jonathan dan Kourtney seketika membeku tapi Cassidy tidak berhenti. Ia sudah siap dengan segala konsekuensi yang ada.
“Apa ....” Jonathan nyaris tak bisa bicara.
“Iya. Malam itu aku bertemu dengannya tidak sengaja. Aku menolongnya saat dia sedang mabuk dan membawanya ke kamarku. Tapi aku tidak pernah menyentuhnya. Dia terlalu mabuk sampai mengira jika aku adalah Collin Hownthorn. Aku tidak mengerti yang dikatakan Sophie jadi aku hanya meninggalkannya saja di kamar lalu keluar menemui Divers, sahabatku.” Cassidy kembali menelan ludah dan menjeda sejenak.
“Keesokan harinya, aku bertemu dengan Angelica Silverstone, istri Collin. Angelica adalah gadis yang dulu aku cintai, dia cinta pertamaku saat aku masih tinggal di Crowford, Pennsylvania. Dia mengadu padaku jika suaminya memiliki seorang selingkuhan yaitu kekasih lamanya bernama Sophie Marigold. Belakangan aku ketahui jika yang dia maksudkan adalah Sophie yang aku tolong di hotel satu malam sebelumnya.”
Jonathan menarik napas panjang dan mulai sesak. Ada rasa sakit di dadanya tapi ia masih membiarkan Cassidy bercerita.
“Aku setuju untuk membantu Angelica karena aku mencintainya dan berharap dia akan segera bercerai dari Collin lalu kembali padaku. Maka, aku mulai mendekati Sophie dan menipunya dengan mengatakan jika dia sudah tidur denganku. Awalnya aku tidak berniat untuk menikah atau berbuat sejauh itu tapi ... entahlah, aku tidak ingin menyalahkan siapa pun. Akulah yang bersalah.” Cassidy sedikit menunduk sebelum melanjutkan ceritanya.
“Ternyata itu tidak mempan, Sophie masih bertemu Collin meski lebih tepatnya Collin yang berusaha bertemu dengannya. Lalu aku mencari cara yang lebih efektif yaitu dengan membuktikan jika dia sedang hamil hasil dari hubungan kami malam itu.”
“Sophie takut padamu, Dad. Dia merasa terlalu banyak mengecewakanmu dan kehamilan itu bisa membawa kemarahan yang luar biasa. Maka aku memanfaatkannya untuk memaksa Sophie menikah denganku.”
“Aku merekayasa kehamilan palsu itu dengan membayar seorang dokter kandungan. Dokter itu juga memberikan Sophie pil kontrasepsi agar ia tidak datang bulan dan mengalami sindrom kehamilan palsu ....” Cassidy menunduk malu. Sementara Kourtney sampai menutup mulut tak percaya dengan apa yang diakui oleh Cassidy baru saja.
“Apa? Bagaimana kamu tega ....” lirih Jonathan nyaris meneteskan air mata. Cassidy langsung mengangguk dengan raut menyesal.
“Iya, akulah penipu yang sebenarnya. Aku yang bersalah, Dad. Sophie tidak tahu apa pun sampai kami menikah. Lalu semua karma itu mulai kembali padaku.”
Mata Cassidy kini beradu pandang dengan Jonathan. Ia tidak bisa lagi menutupi semua keburukan yang dilakukannya untuk mendapatkan Sophie.
“Setelah kami menikah, aku mulai jatuh cinta pada Sophie. Aku mulai ketakutan kehilangan dia jika ia tahu kalau dirinya sesungguhnya tidak hamil dan aku hanya membohonginya. Aku seperti Suami yang paranoid, semakin lama, aku semakin mencintai Sophie sampai semua terjadi begitu saja.”
“Saat itu, aku tidak tahu jika Sophie telah mengetahui seluruh kebohongan yang aku ciptakan selama ini. Dia bahkan telah mengetahui jika aku berselingkuh dengan Angelica dan merencanakan hal buruk itu padanya. Tapi dia menutupinya dan kami seperti pasangan jatuh cinta.” Cassidy kembali menjeda karena tercekat. Tenggorokannya rasanya sakit.
“Lalu dia ... dia mulai meminta banyak hal dan awalnya aku tidak menyadarinya. Dia juga pernah sekali waktu meracuniku, tapi aku tidak peduli. Aku begitu mencintainya. Dan puncaknya adalah saat dia menghilang, dia diculik padahal sesungguhnya, Sophie yang sudah merencanakan penculikannya sendiri.” Jonathan mulai menggelengkan kepalanya.
“Tidak mungkin, tidak mungkin Sophie menculik dirinya sendiri. Untuk apa?” sahut Jonathan dengan suara lebih tinggi.
“Untuk membalasku," jawab Cassidy dengan raut menyesal.
Jonathan langsung berdiri dengan wajah memerah. Tangannya mengepal dan matanya menatap tajam pada Cassidy.