"Kak?" "Hm?" Mengigit bibir bawah, Anin menatap bagian samping wajah Elard, karena pria itu masih menggendongnya. "A—aku ... Turun aja." "Terus, lo mau balik ke villa gimana? Ngesot? Apa menggelindingkan diri sampe sana?" Meringis mendengar jawaban Elard, Anin jelas tak bisa berkata-kata. Kondisinya memang tak memungkinkan untuk berjalan. Mencoba berdiri saja, pergelangan kakinya berdenyut sakit. Tapi, berada dalam gendongan Elard pun bukan hal yang baik. Terutama untuk kondisi jantungnya yang berdetak tak keruan hingga rasanya membuat sesak. "Perasaan tadi dari villa ke sini sebentar, ini kenapa nggak nyampe-nyampe?" Gerutu Elard sembari memerhatikan jalan yang kanan-kirinya masih dipenuhi kebun teh. "Kak El hafal jalan pulang?" "Nggak juga." Jawab Elard jujur yang membuat Anin