Mereka bertanya-jawab dengan'bagus, mereka berdua. Mereka menerimaku, tapi dengan cepat mengatur agar aku segera pergi.
"Ikuti aku, Edward," katanya sambil tersenyum. Aku menempel di belakangnya ketika kami berjalan menyusuri gang.
Kantornya adalah sebuah ruangan persegi, dengan satu dinding di belakang meja kerja tertutup rak buku dan sebuah dinding ego yang lumayan serius, menghadap ke pintu. Aku melihat berbagai ijazah berbingkai itu dengan cepat—anggota Rotary Club, sukarelawan Pramuka, pengacara bulan ini, sedikitnya dua gelar college, foto Chad bersama seorang politikus bermuka merah, keanggotaan Kamar Dagang. Orang ini akan membingkai apa saja.
Aku bisa mendengar jam berdetik ketika kami duduk berhadapan di meja kerjanya yang besar, bergaya katalog Amerika. “Maaf kalau saya menerobos seperti ini," aku memulai, "tapi saya benar-benar butuh pekerjaan."
"Kapan kau lulus?" ia bertanya seraya membungkuk ke depan, bertelekan siku.
“Bulan depan. Saya tahu kalau ini sudah terlambat, tapi ada alasan yang baik," Kemudian kuceritakan padanya tentang pekerjaanku pada Wills and Trust. Ketika sampai pada bagian tentang Skadden, aku memberikan tekanan dan mencoba membangkitkan kebenciannya pada firma-firma besar. Ini persaingan alami, orang-orang kecil seperti sobatku Chad ini, pengacara jalanan miskin, versus bocah-bocah mentereng di gedung-gedung tinggi itu. Aku berbohong sedikit ketika menerangkan bahwa Skadden ingin bicara tentang pekerjaan denganku, kemudian mengemukakan alasan buatan sendiri bahwa tak mungkin aku bisa bekerja untuk biro hukum besar. ltu tak ada dalam darahku. Aku terlalu independen. Aku ingin mewakili orang, bukan perusahaan-perusahaan besar.
Ocehanku membutuhkan waktu kurang dari lima menit. Sementara ia adalah pendengar yang baik, agak gelisah dengan telepon yang berdering. la tahu ia tidak akan mempekerjakanku, jadi ia hanya melewatkan waktu, menunggu sepuluh menitku berlalu. "Benar-benar menjengkelkan," katanya bersimpati, ketika aku menyelesaikan kisahku.
"Memang begitulah," kataku, bagai seekor domba kurban. "Tapi saya siap bekerja. Saya akan lulus sebagai bagian dari sepertiga paling atas di kelas saya. Saya benar-benar suka real estate, dan saya pernah mengambil dua mata kuliah properti. Dapat nilai bagus untuk keduanya."
"Kami memang banyak menangani real estate, katanya puas, seolah-olah itu pekerjaan paling menguntungkan di dunia. "Dan litigasi," ia menambahkan, bahkan lebih puas lagi. la tak lebih dari seorang praktisi kantoran, orang yang kerjanya berhadapan dengan kertas, mungkin sangat cakap dalam pekerjaan itu dan bisa hidup berkecukupan. Namun ia ingin aku berpikir bahwa ia juga petarung berprestasi di pengadilan, penuntut konyol. la mengucapkan ini karena memang inilah yang dilakukan para pengacara, sebagian komentar rutin. Aku belum banyak menjumpai pengacara, tapi rata-rata mereka semua ingin dianggap hebat.
Waktuku hampir habis. "Saya bekerja keras untuk menyelesaikan kuliah. Tujuh tahun penuh. Tak sepeser pun dari keluarga."
"Pekerjaan macam apa?"
"Apa saja. Saat ini saya bekerja di Yugo’s, melayani pelanggan, menjaga bar."
"Kau bartender?"
"Ya, Sir. Di antara beberapa pekerjaan lain.” la memegang resumeku. "Kau masih single," katanya perlahan-lahan. Itu tertulis di sana, hitam di atas putih.
"Ya, Sir.”
"Punya hubungan serius?”
Itu sama sekali bukan urusannya, tapi aku benar benar tak berdaya. "Tidak, Sir.”
"Kau bukan homo, kan?”
"Tentu saja tidak,” dan kami berbagi humor heteroseksual sepintas. Cuma antara dua laki-laki kulit putih yang sangat normal.
la bersandar ke belakang, wajahnya tiba-tiba jadi serius, seolah-olah sekarang ada urusan penting. "Kami sudah beberapa tahun tidak pernah menerima associate baru. Sekadar ingin tahu, berapa orang orang besar di pusat kota yang membayar orang baru sekarang ini?"
Ada alasan untuk pertanyaan ini. Tak peduli apa pun jawabku, ia akan menunjukkan kekagetan dan keheranan atas gaji yang begitu berlebihan di gedung-gedung tinggi tersebut. Tentu saja itu akan meletakkan landasan bagi pembicaraan kami tentang uang.
Berbohong tidak akan ada gunanya. la mungkin sudah tahu patokan gaji di sana. Pengacara suka sekali dengan gosip.
"Seperti yang anda tahu, Skadden bersikeras membayar paling mahal. Saya dengar jumlahnya sampai 50.000 dolar.”
Kepalanya menggeleng sebelum aku selesai. "Bukan main," katanya bingung. "Bukan main,” ulangnya lagi.
"Saya tidak semahal itu,” aku cepat-cepat mengumumkan. Aku sudah memutuskan menjual diri dengan murah pada siapa pun yang mau memberikan tawaran. Pengeluaranku kecil, dan bila aku bisa menginjakkan kaki ke balik pintu, bekerja keras satu sampai dua tahun, mungkin kesempatan lain bakal muncul.
"Berapa yang sebenarnya kau inginkan?" ia bertanya, seolah-olah biro hukumnya yang kecil ini bisa bersaing dengan firma-firma besar, dan jumlah yang lebih sedikit akan menurunkan martabat.
"Saya akan bekerja untuk separonya. Dua puluh lima ribu. Saya akan curahkan delapan puluh jam seminggu, menangani semua fish file, menyelesaikan semua pekerjaan yang menjenuhkan. Anda, Mr. Chad, Mr. Ellis boleh memberikan segala berkas yang sebenarnya tak pernah ingin Anda terima, dan saya akan menyelesaikannya dalam enam bulan. Janji. Saya akan hasilkan gaji saya dalam dua belas bulan, kalau tidak, saya akan keluar.”
Bibir Chad benar-benar membuka dan hingga tampak di sana giginya. Matanya menari-nari membayangkan angan-angan menyekop sampah dari kantornya dan membuangnya pada orang lain. Interkom berbunyi keras, diikuti suara sang sekretaris. ”Mr. Kirkland, mereka menunggu Anda dalam deposisi.” Aku melirik jam tangan. Sudah delapan menit.
la melirik jam tangannya. Mengernyit, kemudian berkata, "Tawaran yang menarik. Coba aku pikir lagi. Aku harus merundingkannya dengan partnerku. Kami rapat tiap Kamis pagi untuk evaluasi.” la bangkit berdiri. "Ini akan aku kemukakan. Sebenarnya kami belum memikirkan hal ini.” la mengitari meja, bersiap mengantarku keluar.
"Itu akan berhasil, Mr. Kirkland. Dua puluh lima ribu sangat murah." Aku mundur-mundur ke arah pintu.
la tertegun sejenak. "Oh, bukan masalah uangnya,” katanya, seolah-olah ia dan para partnernya tidak mempertimbangkan untuk membayar lebih sedikit daripada Skadden. "Persoalannya, kami bekerja cukup mulus saat ini. Menghasilkan banyak liang, kau tahu. Semua senang. Belum berpikir untuk ekspansi." la membuka pintu, menungguku berlalu.
"Kami akan memberi kabar." la mengikutiku ke depan kantor, kemudian memerintahkan sekretaris agar segera mencatat nomor teleponku. la menjabat tanganku dengan erat, mengucapkan selamat padaku, berjanji akan menelepon secepatnya, dan beberapa detik kemudian aku sudah berada di jalan.
Butuh beberapa saat bagiku untuk mengumpulkan pikiran. Aku baru saja menawarkan diri untuk melacurkan pendidikanku demi imbalan yang jauh dari yang terbaik, dan dalam hitungan menit, hal itu mendaratkanku ke trotoar.
Sejalan dengan perkembangan situasi, wawancara ringkasku dengan Chad Kirkland akan menjadi salah satu hasil kerjaku yang produktif.
Saat itu hampir pukul sepuluh. Tiga puluh menit lagi aku akan menghadiri kuliah Bacaan Pilihan dari Kode Napoleon, kuliah yang perlu kuhadiri, sebab aku sudah membolos seminggu. Aku bisa mangkir tiga minggu lagi dan tak seorang pun peduli. Takkan ada ujian akhir.
Akhir-akhir ini aku bergerak merdeka di kampus, tak lagi malu memperlihatkan wajah. Dengan beberapa hari lagi tersisa, kebanyakan mahasiswa tahun ketiga sudah meninggalkan tempat itu. Kuliah hukum mulai, dengan berondongan gencar kerja keras dan ujian penuh tekanan, tapi berakhir dengan beberapa tes kecil yang tak begitu sering dan makalah-makalah sambil lalu. Kami semua menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar menghadapi ujian ikatan pengacara daripada mengkhawatirkan kuliah-kuliah terakhir.
Sebagian besar di antara kami bersiap masuk ke pekerjaan.
***
Altha Abigail menangani persoalanku seolah-olah itu persoalannya sendiri. Dan ia menderita sehebat diriku, sebab kami berdua belum menemukan ke beruntungan. Ada seorang senator negara bagian dari Southaven yang mungkin membutuhkan seorang staf untuk menyusun rencana undang-undang di kantornya di Arlington—30.000 dengan bonus, tapi harus punya lisensi pengacara dan dua tahun pengalaman. Sebuah perusahaan kecil membutuhkan seorang pengacara dengan gelar sarjana muda dalam bidang akuntansi. Aku mempelajari sejarah.
"Departemen Sosial Murphy County mungkin akan membuka lowongan untuk seorang staf pada bulan Agustus nanti." la mengaduk kertas-kertas di meja, mencoba mencari sesuatu secara sia-sia.
"Pengacara di dinas sosial?" aku mengulangi.
"Kedengaran glamor, bukan?"
"Berapa gajinya?"
"Delapan belas ribu."
"Apa tugasnya?"
"Melacak para ayah yang menelantarkan anak, dan berusaha mengumpulkan dana. Kasus-kasus keluarga, ya seperti biasa."
"Kedengarannya berbahaya."
"Pokoknya pekerjaan."
"Lalu, apa yang harus aku kerjakan sampai Agustus?”
"Belajar menghadapi ujian pengacara."
"Benar, dan kalau belajar keras dan lulus, aku akan diterima bekerja di Dinas Sosial dengan gaji minimum.”
"Dengar, Edward..."
"Maaf. Ini adalah hari yang buruk."
Aku janji untuk kembali besok, menghadapi sesuatu yang tak diragukan lagi merupakan pengulangan dari percakapan ini.