Delapan

1110 Kata
Delapan “Ya, aku meyakini bahwa itu benar,” ucap Leo. “Dan menurutku, tidak susah untuk memperumit penduduk Lambeth. Apa rehabilitasi juga tidak berhasil?” “Frank merupakan sesuatu yang dengan penuh penyesalan mereka sebut sebagai luka pembunuh karier,” ucap Nicki. “Faktanya, menjalani rehabilitasi dengan terapi justru malah membuat keadaan semakin buruk. Rasanya sakit sekali ketika aku mencoba menggiring bola beberapa sentuhan saja. Aku langsung ambruk. Seharusnya aku tetap bertahan berdiri di garis tengah saja seperti waktu latihan yang aku jalani biasanya.” “Maggie tak pernah mengatakan padamu untuk tetap bertahan di sana.” “Hanya bermain di sana itu rasanya sangat berbeda, Leo.” “Ya, itu bukanlah posisi yang cocok untukmu. Tidak ada bedanya dengan pemain bertahan kita saat sedang dalam posisi menyerang. Selain tempat itu adalah wilayah kekuasaanku.” “Tak diragukan lagi,” sahut Denis. “Semua orang di Mifa tahu itu,” kata Nicki. “Dan asal kau tahu saja. Semua pemain Mifa menanyakan padaku. ‘Di mana Leo Silva yang sering dibilang hebat itu? Mengapa kita juga tidak merekrutnya?” “Sungguh sangat disayangkan,” kata Denis. “Semestinya saat ini kau masih bermain di liga kasta tertinggi di level domestik.” “Mungkin dengan Harpers,” kata Leo. “Menghasilkan sejumlah banyak uang. Para gadis menggedor pintu rumahku dan meminta foto. Ya, kehidupan seperti itu.” “Bukankah Maggie mau kau melanjutkan kuliah di junior college?” tanya Nicki. “Ya, rencana awalnya aku akan ke sana, dan mereka tidak mengizinkanku untuk menyelesaikan di sini.” “Lalu gimana kau dapat diteria di Angkatan Darat?” “Aku sengaja berbohong.” Kata-kata itu sudah tidak mengejutkan lagi. Tak ada keraguan kalau Leo berbohong untuk dapat diterima di Angkatan Darat, dan sangat mungkin berbohong lagi agar dapat keluar dari sana. “Aku perlu bir,” ucapnya. “Apa kalian mau?” “Aku tidak minum,” ucap Denis. “Tidak lama lagi aku harus pulang.” “Kau mau?” tawar Leo pada Nicki. “Pasti menyenangkan.” “Apa kau lama di sini?” tanya Leo. “Em, mungkin,” balas Nicki usai melirik jam tangannya sebentar. “Sepertinya aku juga. Mungkin tempat ini adalah tempat yang pas untuk saat ini.” Red Circle Marathon merupakan latihan fisik siksaan tahunan di mana Maggie adalah penciptanya. Latihan itu digunakan untuk menghabiskan setiap musim pertandingan. Latihan marathon itu selalu diagendakan di hari pertama pada bulan Agustus. Dan bagian paling mengerikannya yaitu latihan tersebut dilakukan pada tengah hari, sengaja bersamaan dengan teriknya matahari untuk mendapatkan panas maksimum. Setiap pemain tim dengan diselimuti tubuh yang tegang, berkumpul di bendera pojok atau yang bisa dipakai tendangan sudut. Aturan paling dasar adalah soal celana: harus pendek. Perihal baju, dibebaskan. Tatkala para pemain berusaha melindungi kulit bagian atasnya dari paparan sinar matahari dengan menggunakan jaket parasut. Sepatu khusus lari, atau tetap memakai sepatu bola, dipersilakan. Formatnya sangat sederhana, kau lari memutari lapangan sampai ambruk. Minimal dua belas putaran. Siapa saja yang tidak berhasil mencapai jumlah minimum putaran akan mendapatkan kesempatan untuk mengulang latihan marathon itu pada esok hari, dan apabila dia tidak berhasil hingga dua kali percobaan, maka dia tidak layak untuk menjadi pemain Red Circle Lambeth. Pemain sepak bola SMA mana pun yang tidak mampu lari minimal tiga mil, tidak layak mengakuisisi logo tim di dadanya. Para asisten pelatih duduk di bawah bench pemain dilengkapi dengan stopwatch sambil membantu menghitung putaran. Maggie menyusuri titik sudut, sesekali berdiri di titik tengah lapangan sambil mengawasi para pemain, sesekali berteriak kalau perlu, mendiskualifikasi mereka yang tidak sampai memutar dan menyentuh bendera sudut dan mengancam mereka yang bergerak terlalu lambat. Kecepatan tidak begitu penting, kecuali kalau ada pemain yang sampai berjalan, Maggie akan menyeretnya keluar dari jalur lari dan menyuruhnya ke mall. Jika ada pemain yang langsung mengundurkan diri atau jatuh pingsan di lapangan, dia akan dipaksa untuk duduk di titik tengah lapangan dan dibiarkan tersengat sinar matahari sampai tak satu orang pun di antara mereka yang mampu berdiri. Aturannya benar-benar sederhana, salah satunya yaitu jika ada yang muntah di jalur lari, maka pemain tersebut otomatis diancam akan dicoret dari tim. Sebenarnya muntah diizinkan, dan memang faktanya tidak jarang ada yang mengalami itu, bahkan semua rata-rata pemain pernah mengalaminya. Tapi begitu selesai muntah di suatu tempat di jalur running track, pemain yang usai muntah itu diharuskan untuk kembali berlari. Bahwa memang dari sekian tahap metode penyeleksian Maggie, sejauh ini tahap marathon itu yang paling ditakuti setiap pemain. Setiap tahun marathon itu menimbulkan trauma psikologi bagi beberapa pemuda di Lambeth, hingga nyaris memendam mimpinya di sepak bola dan mengincar olahraga lain. Menyeret topik marathon itu pada bulan Juli akhir, maka beberapa pemain di kota akan mendadak merasa sakit perutnya dan nyaris membuat mulutnya tak mampu mengecap. Sebelum itu, jauh-jauh hari sebelum tibanya latihan marathon itu, sebagian besar pemain sudah berlari sedikitnya lima mil dalam satu hari untuk meningkatkan kebugarannya. Karena marathon itu, setiap anggota Red Circle melapor dalam kondisi prima luar biasa. Bukan termasuk hal yang istimewa apabila seorang pemain belakang yang harus kehilangan sekitar sepuluh hingga lima belas kilogram selama musim panas, hal tersebut bukan demi kekasihnya dan bukan semata-mata demi urusan penampilan fisik. Berat tubuh itu wajib dibuang supaya mereka dapat mengimbangi kecepatan para pemain penyerang lawan. Begitu latihan itu berakhir, acara makan besar dapat dimulai lagi, meskipun untuk mengembalikan berat badan nyaris mustahil untuk dilakukan karena harus diimbangi tiga jam dalam satu hari di lapangan latihan. Di sisi lain, Pelatih Maggie memang sedikit tak menyukai dengan tipe pemain bertahan yang bertubuh besar. Dia lebih senang dengan jenis yang kejam semacam Leo Silva. Apabila ditaksir berat badannya mencapai 70 kilogram dengan ditambah postur jangkungnya. Pada tahun Nicki mampu melewati batas minimum dengan mencapai 15 putaran, nyaris mencapai tujuh mil, dan ketika dia tersungkur ke rerumputan dengan deruan napas yang hampir putus, dia dapat mendengar suara Maggie yang memakinya dari seberang lapangan. Denis mampu berlari hingga 17 putaran, delapan setengah mil, lebih banyak dari Nicki. Setiap pemain Red Circle Lambeth selalu mengingat perkembangan fisik mereka melalui latihan marathon itu. Mereka selalu mencatatnya. Setelah dia mendapat luka di lutut yang juga secara tiba-tiba menurunkan status dirinya cuma menjadi mahasiswa biasa di Mifa, Nicki sedang ada di bar bersamaan dengan mahasiswa dari Lambeth yang mendapati dirinya di sana. “Kau sudah dengar dari rumah?” tanya seorang gadis. “Soal apa?” tanya Nicki dengan nada suara yang terkesan tidak tertarik untuk mendengar informasi dari kota kelahirannya. “Ada rekor baru di Red Circle Marathon.” “Oh, iyakah?” “Ya, dua puluh lima putaran.” Nicki mengulang jumlah yang diucapkan gadis itu seolah dia baru tahu, kemudian menghitung dan mengatakan, “Itu hampir lima belas mil.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN