Kenyamanan yang menyelimuti tubuh Faira membuat gadis itu kesulitan beranjak dari tempatnya. Matanya masih memejam, ketika tangannya mengusap kelembutan di bawah tubuh, membuat gadis itu tersenyum lebar. Rasanya seperti surga, dengan tambahan udara sejuk membelai tengkuknya. Omong-omong masalah surga ... Faira belum mati, 'kan? Mendadak saja gadis itu membuka matanya dengan lebar karena ketakutan. Ia langsung bangun, mengubah posisinya menjadi duduk, mengabaikan denyut sakit di kepalanya. Gadis itu meringis, sembari memijit pelipis guna mengurangi sakitnya. Mengabaikan semua siksaan yang Faira rasakan, gadis itu mengedarkan pandangan demi menganalisa ruangan tempatnya berada sekarang. Ruangan yang didominasi warna putih ini memiliki ukuran tiga kali lebih luas dari kamar Faira, dengan