Bab 23

1761 Kata
Akhirnya semua telah beres, Bimo pun telah selesai, Sarah membantu Adam bersiap-siap untuk pulang ke rumah mereka. Mereka berempat sekarang berada di dalam mobil, selama di perjalanan mereka hanya memandang ke luar jendela. Cukup lama mereka menempuh perjalanan dan akhirnya mereka telah sampai tujuan, mereka memasuki halaman yang cukup luas. Bimo memarkirkan mobil nya tepat di depan pintu rumah Adam, agar memudahkan Adam untuk segera masuk ke dalam rumah. Bimo membantu memasukan barang-barang Sarah dan Adam kedalam dan dibantu oleh bibi yang menjaga rumah ini.Setelah selesai memasukan semua kedalam rumah, Bimo dan Caca pamit untuk pulang, karena mereka ingin Sarah dan Adam istirahat. "Baiklah , kami berdua pulang dulu, kalian beristirahatlah agar pemulihan mu semakin cepat dam," Bimo menuju mobilnya yang di buntuti oleh Caca di belakangnya. Sarah mengangguk dan segera mengantarkan mereka keluar,"Terimakasih banyak atas bantuan kalian berdua,kalian berhati-hatilah di jalan" ucap Sarah tulus dan juga ia tak lupa melambaikan tangan setelah mobil yang dikendarai Bimo melaju keluar halaman mereka. "akh.. diluar sangat lah dingin, sebaiknya aku segera masuk" Sarah berbicara sendiri sambil mengusap-usap kedua lengan nya yang di terpa dingin. ... Sarah membersihkan diri dan membatu Adam untuk menukar pakaian yang tadi ia pakai lalu dimasukan nya kedalam keranjang khusus baju kotor. "Apa kau lapar sayang,"Tanya Sarah. "Tidak sayang, aku masih sangat kenyang, aku ingin berbaring-baring saja di ranjang ku yang sudah lama ku tinggalkan. Dan mereka berdua memutuskan untuk merebahkan tubuh untuk sekedar melepas penat yang selama beberapa hari merasa seperti direnggut kebebasan nya. "ahh. Ternyata ranjang sendiri lebih nyaman dari pada ranjang rumah sakit itu,"ucap Adam sambil memejamkan mata. Sarah tersenyum mendengar omongan suaminya itu, tapi memang benar ucapan suaminya itu, rumah adalah tempat paling nyaman. Adam sedang bercerita panjang lebar, sampai terdengar bunyi dengkuran halus yang berada di sebelah nya. Adam melihat istrinya tertidur pulas menandakan ia saat ini sangat lelah, Adam mengecup kening Sarah dan memperbaiki selimut yang dipakai istrinya itu. ' Terimakasih, atas segala yang kau perbuat ' Adam mengecup kembali kening istrinya itu lagi. ... "Kau sudah bangun?" Sarah mengerjap pelan sebentar, menyesuaikan retina matanya dengan sinar matahari yang menyusup masuk dari gorden yang dibuka oleh Caca. Wanita yang memiliki mata seperti kelinci itu menatapnya dengan senyum lebar yang membuat Sarah meringis kecil. Masih dengan senyum lebarnya, Caca menyibak selimut Sarah dan menuntunnya untuk duduk. "Apa aku menganggu tidurmu?" "Sedikit." "Kau mengagetkan ku, sejak kapan kau ada disini," Tanya Sarah. "Baru saja Sayang" jawab Caca. Sarah memegang kepalanya dengan tangan kirinya, merasa sedikit pusing. "Di mana Suamiku ?" tanya kembali Sarah. Caca tampak berpikir sejenak, tangan lincahnya dengan cekatan melipat dan menepikan gorden sehingga tampak begitu rapih sekarang. Caca membantu membereskan tempat tidur Sarah karena ia pasti saat ini sangat lelah karena menjaga suaminya beberapa hari yang lalu. "Mungkin mereka sekarang ada di bawah sedang meminum teh," Caca berbalik dan menatap Sarah. "Atau"  "Mungkin juga ia dan Bimo sudah pergi sekarang." Jawab Caca pelan lagi. "Apa!" Sarah yang mendengarkan itu sangat kaget. Suaminya baru pulang dari rumah sakit kemarin dan sekarang apa yang barusan ia dengar, suaminya sudah pergi kembali untuk bekerja. Samar, Caca melihat manik Sarah yang berkilat kecewa. Respon Sarah sangat kaget dengan kelakuan suaminya itu. Ia bangkit dari kasur dan meraih handuknya dan menyeret langkahnya ke kamar mandi. Caca tersenyum dalam diamnya. Melihat Sarah yang begitu kecewa saat tau Adam pergi tanpa satu kecupan di keningnya membuat Caca berfikir betapa manisnya mereka. Mereka sedikit demi sedikit sudah berubah, tampa di sadari mereka itu saling membutuhkan, Caca tertawa kecil dalam hati. Sarah mematikan shower, lalu menggelung dirinya dalam handuk dan berjalan keluar dari kamar mandi. Caca sudah tidak disana, mungkin sudah pergi ke luar untuk menunggu nya di sana. Sarah meraih sebuah dress sederhana yang sangat cantik, rambutnya ia biarkan terurai. Dengan santai, ia beranjak keluar. Dilihatnya Caca yang sedang duduk di teras belakang sambil menyesap minuman hangat dan juga tak lupa majalah yang sedang ia lihat. "Oh.. Kau sudah selesai mandi, ini makan lah , aku sudah menyiapkan kau sarapan, makanlah,"Caca memerintahkan teman nya itu untuk segera sarapan. "Terimakasih," Jawab Sarah. "Seperti nya benturan yang terjadi di kepala nya membuat ia sedikit tidak bisa berfikir baik, apa dia tidak sadar kalau ia baru kemarin keluar rumah sakit,"omel Sarah. "Aku sudah menasihatinya tadi sebelum kau bangun, tapi mungkin ada masalah di kantor karena Bimo tadi juga sepertinya buru-buru menyuruh ku untuk ikut kesini agar dapat menemani mu," jawab Caca. Sarah yang tadi sedikit emosional karena ulah suaminya sedikit mereda sesaat setelah penjelasan temannya ini. "Dan kau, apakah kerjaan mu tidak akan terganggu bila kau kemari dan menemani ku terus," tanya Sarah kembali. Caca yang mendengar itu menggeleng," aku kan pemiliknya, apa kau lupa !" jawaban Caca asal membuat Sarah memutar bola matanya malas, dan akhirnya mereka berdua saling tertawa mendengar candaan dan godaan masing-masing. ... "Kau mau memasak apa, Ca?" Tanya Sarah yang sedang memeriksa isi kulkas yang sedikit kosong. "Isi kulkas ku hanya tinggal daging sedikit dan sayuran saja" jawab sarah sedikit bingung dengan apa yang akan dimasaknya bersama temanya itu. "Apa sebaiknya kita memesan makan diluar saja,"Ajak Sarah. "Tidak usah, ini saja sudah cukup, aku sedang ingin makan masakan sendiri, nanti setelah makan kita pergi berbelanja isi kulkasmu," jawab Caca yang sangat antusias. Mereka sekarang sedang asik memasak di dapur dengan sedikit bercanda. "Oh, kau sudah lah sekarang Duduklah. Makanan kita akan segera menyusul." Sarah tertawa kecil, lalu menarik kursi untuk duduk disana. Pandangannya beredar ke sudut ruangan, Sarah yakin tadi ada sosok yang berdiri disana, tapi setelah ia melihat sosok itu menghilang, Sarah melepaskan pandangannya ke seluruh penjuru dan terlihat oleh Caca yang sedang menuju ke meja makan, Caca memicingkan matanya melihat gestur tubuh temannya yang seperti mencari seseorang. Caca bergumam 'ah panas' membuat Sarah kembali memfokuskan dirinya. Caca menaruh makanan di atas meja, lengkap dengan makanan lainnya. Dan dengan sebuah minuman soda yang tersisa di kulkas. "Apakah kau merasa ada yang memperhatikan kita, dan juga tadi aku melihat ada sosok berdiri di pojokan sana," sarah memberikan pertanyaan dan menunjuk tempat yang ia yakin tadi ada orang disana. "Disini hanya ada kau dan aku, Bibi yang membantu mu sedang libur tidak masuk kerja, bagai mana disi ada orang sar, mungkin kau salah lihat , sudah lah lebih baik kau makan ini agar tak melihat yang aneh-aneh,"Caca memutuskan pikiran aneh Sarah. Sarah makan bersama tapi pikiran ny masih penasaran dengan apa yang ia rasakan. "Wah, Aku sangat merindukan masakan mu ca, aku teringat masa dimana kita masih menjadi mahasiswa, kita berti..ga..," Sarah menghentikan ucapannya setelah ia mengigat Anjani sahabatnya. Caca mendengarkan hal itu ikut sedih mengingatnya, dahulu mereka sering menginap satu sama lain,mereka sering memasak bersama, tapi hal itu berubah setelah mereka lulus dan mulai bekerja. Mereka berdua sedikit bernostalgia, dan akhirnya mereka larut dengan kenangan indah mereka saat itu.Sarah dan caca sedikit termenung, lalu kembali melanjutkan makannya. Setelah menyelesaikan makan, Sarah mencari ponselnya untuk mengecek karena dari tadi tak dilihatnya, Sarah menengok ke belakang dan mendapati Caca tengah menggoyang goyangkan ponsel miliknya. "Hey! Bagaimana bisa ponselku berada di tanganmu!" Sarah berdiri lalu mendekati Caca untuk mengambil ponselnya. 4 Missed Call [Tuan Adam] "Adam meneleponku?" Caca mengangguk, "Itu terus berdering, jadi aku berfikir untuk membawanya padamu." Melihat Sarah yang terdiam seribu kata, Caca melanjutkan,"Kenapa kalian tidak ada romantis romantisnya, sih? Kalian tidak saling membuat nama kesayangan begitu? Kalian memanggil dengan sebutan sayang tapi mengapa di kontak mu tertera nama bahkan masih tertulis tuan, Kalian ini suami istri apa bukan sebenarnya?" Sarah tersipu, rona merah mengisi wajahnya. "Kupikir Adam tak suka jika aku membuat nama panggilan untuknya. Lagipula, aku tak tau ia menulis apa nama panggilan di ponselnya." Caca mendengar penjelasan teman nya itu tertawa dibelakang,mereka itu telah lama menikah tetapi kenapa masih kaku begitu. Caca yang melihat Sarah diam memandangi ponsel nya itu segera beranjak ke teras belakang rumah untuk sekedar menghirup udara segar, Caca ingin memberikan waktu berduaan pasangan suami istri itu yang sangat kaku menurut temannya yang diam-diam mentertawakan kelakuan mereka berdua.Dan akhirnya Sarah menjawab telfon dari suaminya itu dengan perasaan malu karena godaan Caca tadi. "Halo? Sayang? Kenapa kau baru mengangkat telfon mu? Sesuatu terjadi? apa di rumah masi ada Caca?" "Tidak ada yang terjadi, Sayang. Kami tadi habis sarapan," Sarah mengantungkan kalimatnya, dan aku amat merindukanmu lanjutnya dalam hati. "Sayang" "Ah iya! Kenapa kau menelfon? Ada sesuatu yang harus kau sampaikan padaku?" "Ehm, itu sebenarnya.." Sarah mendengar suaminya itu tertawa kecil di sebrang sana, "Aku merindukanmu" Deg Jantungnya memompa darahnya lebih cepat dari biasanya, pipinya memerah . "A..aku juga rindu" Sarah menjawab malu malu. "Tadi aku terburu buru karena ada masalah di kantor,Bimo menelfon dan aku meminta Caca untuk menemani mu hari ini saja, saking terburu buru nya jadi aku lupa mengucapkan selamat tinggal padamu." Sarah mengangguk biarpun ia tau Adam tak akan melihatnya, "Yeah, aku baik-baik saja." "Nanti malam, bagaimana kalau kita makan diluar, hm?" "Benarkah?" "Tentu, kapan aku berbohong padamu?" Sarah tersenyum senang "Baiklah kalau begitu." "Tunggulah di rumah dan aku akan menjemputmu." "Ya." "Ayo nikmati hari ini bersama sama." Dan di ikuti anggukan setuju,"ayo". Sarah merasa pipinya makin merona malu, ia menarik nafasnya sebelum berujar pelan dengan malu yang belum hilang. Caca yang melihat kelakuan Sarah dari balik pintu pembatas hanya tersenyum melihat kekonyolan mereka berdua. Caca sebenarnya mengetahui mengapa Caca sampai sekarang masih kaku terhadap suami nya itu. flashback.. Sarah menangis di dalam pelukan Caca, ia terlihat sangat mengenaskan, ia masih setia dengan tangisan nya, setelah beberapa saat ia menangis akhirnya ia menceritakan apa yang membuatnya menangis. "Baiklah sekarang apa kau mau bercerita untuk mengurangi kesedihan mu itu," Sarah yang terlihat sedikit ragu akhirnya memulai bercerita. "Aku mencintai seseorang" "oh benar kah siapa orang itu, katakan padaku orang yang beruntung karena di cintai oleh temannya yang sangat baik ini," Caca terlihat antusias. "Siapa..siapa orang nya," tanya Caca. Sarah terlihat murung mendengarkan pertanyaan teman nya itu, melihat teman bersedih membuat Caca sedikit bingung. "Adam.. orang yang aku cintai itu adalah Adam," Caca yang mendengar itu seketika terkejut mendengar nama yang keluar dari ucapan temanya, sesaat ia merasa apa ia yang salah dengar. "Sarah ini salah, kau tau kan Adam itu kekasih Anjani sahabat kita,"Jawab Caca lirih. Sarah yang mendengarnya hanya mengangguk, ia memang menyukai pria itu selama ini, Sarah menyalah artikan semua kebaikan pria itu terhadapnya. Sarah tak tau harus berbuat apa untuk perasaan nya yang tumbuh tampa meminta ijin kepada pemiliknya. Caca yang bingung harus berbuat apa hanya dapat memeluk temanya itu, "Sarah jangan larut dalam kesedihan, aku yakin kau akan mendapatkan pria yang baik lebih dari lelaki yang sekarang kau pikirkan," ucap Caca. Flashback off.. ' Mungkin ini yang membuat Sarah masih merasa cagung ' ucap Caca di dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN