Kehadiran Lia disambut hangat oleh Janardana dan juga Zora. Keduanya sangat merindukan gadis itu. Mereka sudah menganggap Lia seperti putri kandung sendiri. “Ya Allah sayang, Mama sangat merindukanmu.” Zora memeluk erat tubuh Lia sampai gadis itu hampir saja kehilangan napas. “Mah, jangan terlalu erat memeluk Lia, dia pasti tidak bisa bernapas,” peringat Janardana dan akhirnya pelukan yang sempat menyiksa Lia itu terlepas. Zora terkekeh pelan, wanita itu mengusap lembut puncak kepala gadis itu dengan lembut. Rasa bahagia menjalas di sekujur hatinya saat melihat Lia terlihat bahagia bersama putra semata wayangnya. Sempat Zora tidak percaya dengan putranya bisa menjaga Lia dengan baik, karena dia tahu bagaimana sifat Sacha sebenarnya. Namun, pikiran buruk itu telah ditepisnya jauh-jauh