Jessi menghempaskan bukunya secara kasar. Mengingat bagaimana dosen sialan itu menyiksa dirinya untuk membuat dua ratus buah soal—yang harus diselesaikan sebelum jam sepuluh besok pagi.
Jessi dengan malasnya mengerjakan soal, juga dirinya punya kesibukan lain Seperti—membaca n****+, menonton drama Korea, malah dosen terkutuknya itu memberikan dirinya tugas yang begitu banyak.
Jessi ingin sekali, membenturkan kepala Darren—dosen yang sudah membuatnya mengerjakan tugas sesulit ini. Kalau otak Jessi pintar tak masalah, ini otaknya hanya pas-pasan. Itu pun hanya dipakai untuk membaca, mengkhayal, bermain game, baper dengan alur drama Korea.
Darren yang katanya dosen tampan, hot, rupawan, dan segala pujian yang diberikan oleh mahasiswi atau mahasiswa yang memiliki penyimpanngan seksual, menganggap sosok Darren adalah sosok pria sempurna.
Sempurna? Cih, Jessi tidak sudi mengakuinya.
"Jes, kenapa muka lo cemberut begitu?"
Jessi menatap ke arah sahabatnya—Rini, yang sudah mengambil duduk di sampingnya dengan semangkok bakso lengkap dengan teh es.
"Pak Darren perjaka tua itu, berani sekali memberikan gue tugas yang luar biasa nyiksa." Jessi mengerutu mengambil teh es milik Rini meminumnya tanpa dosa.
Rini mendengkus, melihat minumannya tinggal setengah. Kesal-kesal sih, jangan minuman orang juga diembat. Rini terpaksa harus membeli air mineral untuk minuman selanjutnya, membayangkan kesejukan teh es sampai ke tenggorokannya hanya sebuah angan-angan belaka.
"Kesal-kesal sih, tapi jangan teh es gue juga yang lo embat." Rini mengambil air mineral yang sudah tersedia di atas meja, menuangkan air putih tersebut ke dalam gelas teh es, lumayanlah masih banyak es batunya, buat menyejukkan air mineral yang baru dituangkan.
Jessi menyengir tanpa dosanya, memanggil Mbak Surti untuk memesan minuman dingin nan menyegarkan, ia harus mengerjakan tugas yang diperintahkan oleh Darren—dosen perjaka tua. Bagaimana tidak perjaka tua? Umur Darren sudah tiga puluh tiga tahun, belum juga menikah. Jangankan menikah, berpacaran saja tidak pernah terdengar.
"Lo sekate-kate bilang Pak Darren perjaka tua, dia itu dosen paling hot!" ucap Rini, membayangkan bagaimana lekuk tubuh Pak Darren dari sebalik kemeja atau kaus yang sering dipakai oleh pria itu.
Jessi menggeleng. "Hot kepala lo peyang! Dia itu tua bangka, nggak punya bini dan anak, atau dia itu salah satu jejeran lelaki homo yang nggak doyan cewek seksi nan montok!" ucap Jessi, mengatakan dosennya adalah seorang penyimpangan seksual.
Rini menggeleng keras. Perkataan Jessi tidaklah benar. Mana mungkin Darren Robert William, banyak dipuja-puja oleh mahasiswi di sini dikatakan homo. Tidak terima Rini. Sebagai salah satu fans Darren, Rini harus menentang gosip yang mengatakan pujaan hatinya adalah homo.
"Mulut lo!! Nggak bisa dijaga, emang ya, lo itu berteman sama ember-ember bocor dan bekas luaran sana. Bikin klub gih! Klub ember-emner bocor." ceorocos Rini, membela Darren adalah kewajibam dari setiap mahasiswi meng-idola-kan Darren.
Jessi mengeram kesal. Kenapa Rini membela Darren si tua perjaka tua itu? Yang sahabat Rini di sini dirinya, bukan perjaka tua nan menyebalkan itu.
Jessi akui kalau Darren memang tampan, bahkan sangat tampan. Tetapi, Darren adalah sebuah setan bagi Jessi. Memberikan Jessi tugas kuliah menumpuk disaat Jessi juga sibuk. Sibuk main, sibuk nonton, sibuk lainnya. Harus tertunda untuk mengerjakan tugas dari Pak Darren Robert William.
Coba saja, Darren tidak tahu kalau mahasiswanya ada yang menyewa jasa mengerjakan tugas. Pasti Jessi sudah menyewa jasa itu sekarang.
"Serah lo deh, kalau udah buta karena cinta memang gitu." Jessi mengedikkan bahunya, menatap pada bukunya yang baru menyelesaikan dua puluh buah soal, mati!! Masih ada seratus delapan puluh buah soal lagi.
Kapan siapnya?!
Jessi sudah tidak tahan. Tidak tahan mengerjakan soal-soal terkutuk yang diberikan oleh dosen perjaka tua itu.
Dosen yang sangat pandai menyiksa dirinya. Seharusnya malam ini Jessi bisa berkencan dengan drama Korea atau game terbaru yang di download olehnya. Pupuslah sudah. Tidak bisa main dan nonton.
Jessi membenci Darren! Sampai kapan pun dirinya membenci Darren. Darren tidak punya hati, tidak tugas di mata kuliah Darren saja yang dia punya, masih banyak lagi. Hanya karena tidur tiga puluh menit di mata kuliah Darren, dirinya harus dihukum seperti ini.
Jessi tidur punya alasan kuat. Akibat begadang nonton drama Korea dan paginya dia mimpi ketemu sama Lee Min Hoo, siapa coba yang melewatkan mimpi indah seperti itu?
"Itu dosen nyebelin banget!! Gue sumpahin dia jomlo seumur hidup!!" sumpah Jessi, tanpa mengetahui kalau Darren sudah berada di belakangnya.
Rini yang melihat Darren menatap tajam pada Jessi, merasa kasihan akan nasib sahabatnya. Apakah Jessi akan kena hukum lagi? Menyumpahi Darren bukanlah hal baik, karena mahasiswa di jurusan Ekonomi sudah pernah menyumpahi Darren, akibatnya mahasiswa itu di suruh mengerjakan lima ratus buah soal.
Jessi menatap Rini yang menyuruh dirinya untuk menoleh ke belakang, ada apa sih, di belakangnya?
Jessi membalikkan badannya, menatap Darren dengan menampilkan senyumannya. Mati dia!! Apakah Darren mendengar sumpahnya tadi?
"Eh, Bapak," Jessi salah tingkah, menatap ke arah lain sembari mengaruk pelipisnya yang tidak gatal sama sekali.
Darren menatap tajam Jessi, ucapan Jessi barusan membuatnya marah sekaligus mendoakan dalam hati kalau Jessi bakalan jadi istrinya. Ayolah, dirinya sudah menaruh hati kepada Jessi sedari pertama kali melihat Jessi dalam kegiatan OSPEK.
Tapi, Darren harus menahan dirinya untuk tidak terlihat sebagai dosen yang naksir kepada murid sendiri.
"Kamu buat lima puluh soal lagi," ucap Darren santai, berjalan menuju kulkas kantin membeli air mineral.
Jessi yang mendengar ucapan dari Darren, bangkit dari duduknya mengejar Darren atau dirinya akan begadanh memikirkan tugas dari Darren.
"Pak Darren ... Bapak kan tampan, masa kasih tugas yang banyak, sih," Jessi merayu Darren berdiri di samping pria itu.
Darren menghiraukan rayuan dari Jessi, dirinya tidak akan menarik kata-katanya. Setiap kata yang keluar dari mulutnya, Darren tidak akan menariknya kembali. Walau yang berdiri dan merengek di sampingnya adalah gadis yang disukai oleh Darren.
Hukuman tetaplah hukuman. Apalagi Jessi menyumpahi dirinya jomlo seumur hidup. Dan, apalagi Darren juga mendengar Jessi bilang dirinya adalah homo.
Dirinya tidak homo. Ia masih mampu membuat Jessi mendesah kenikmatan sampai pagi dan tidak sanggup berjalan lagi. Itu hanya akan terkabul kalau dirinya sudah menjadi suami gadis itu.
Ibu Darren orang Indonesia. Dan peraturan-peraturan juga adat Indonesia sudah melekat pada diri Darren, sedari kecil dirinya menetap di Indonesia bersama orangtuanya.
Ayahnya orang berkebangsaan Inggris, semenjak menikah dengan ibunya, ayahnya menetap di Indonesia memindahkan perusahaan pusat William ke Indonesia.
Darren memilih menjadi dosen, guna untuk menghilangkan bosan terhadap tumpukan kertas di perusahaan dan berbaur bersama mahasiswa dan mahasiswi yang mempunyai berbagai sifat adalah sebuah kesenangan tersendiri bagi Dareen. Walau Darren juga ditemani oleh kertas tugas mahasiswanya, tapi Darren merasa senang. Memberikan nilai bagus, jelek, atau memberikan hukuman.
Seperti sekarang. Dirinya memberikan hukuman pada Jessica Lioni Joseph, gadis yang mempunyai otak pas-pasan, malas, dan hobi nonton juga main game.
"Kalau begitu siap-siap saja nilai kamu E. Jangan harap saya mengurangi, bisa jadi saya akan menambah tugas kamu," Darren berjalan keluar dari kantin setelah membayar minumannya.
Jessi termenung mendengar ucapan dari Darren.
"Dosen sialan!! Gue nggak akan pernah suka sama dia!! Gue sumpahin dia dapatin istri susah diatur dan pembangkang!!" sumpah Jessi kembali, lalu kembali duduk ditempat semula.
Rini yang memerhatikan Jessi begitu prihatin. "Sabar... orang sabar bakalan dapat jodoh orang ganteng." ucap Rini dengan senyuman jenakanya.
Jessi mendengkus. "Sabar, sabar, sabar, mana mau gue sabar kalau nggak mikirin nilai." dumel Jessi mengambil penanya dan kembali berkutat memikirkan soal yang akan dibuat olehnya.
Huu ... tadi tinggal seratus delapan puluh soal, sekarang sudah menjadi dua ratus tiga puluh soal. Kampret!! Jessi tidak akan memaafkan Darren sampai kapan pun.
Mudahan Darren kena azab telah menyiksa mahasiswi secantik Jessi.