Entah bagaimana tatapan yang Mas Damar berikan kepada Kakekku, tapi aku melihat Kakek tampak menelan ludah berulangkali, beliau terlihat ngeri saat mendongak membalas tatapan dari Mas Damar, bisa aku lihat Nenekku hendak memberontak namun Kakek dengan cepat menahannya. "Ayo kita pulang saja Bu. Lebih baik kita segera bawa Ana ke dokter." Nenek kembali akan menjawab tapi suara berat Mas Damar terdengar. "Pilihan bagus, Pak. Silahkan, pintu keluar ada di sebelah sana." Mas Damar mempersilahkan mereka untuk pergi, dan Kakek tidak perlu membuang waktu untuk segera menyeret Nenek dan Bulikku itu untuk pergi. Baru saat akhirnya mereka pergi dengan terburu-buru hingga denting langkah mereka bergema ke seisi rumah, kesunyian yang tersisa di rumah ini terasa mencekam. "Widiiih, si Riri nggak sal