084:MITA-GUNDAH

1943 Kata

“Harus ikut, Yang?” “Harus.” “Eyang aja deh. Sama Om Rasen.” “Kenapa? Masih cinta sama Saga makanya ngga mau ikut Eyang?” Aku mendengus. Sesak mendengar pertanyaan Eyang barusan. “Ngga usah kesal kalau memang kamu ngga punya perasaan apa-apa lagi sama Saga,” lanjut Eyang lagi. Kelu. Entah kenapa Eyang sulit sekali percaya jika aku tak lagi menaruh rasa pada mantan suamiku itu. Eyang bilang, perasaan kebanyaan perempuan itu melekat. Belum tentu ada 1% perempuan di muka bumi ini yang mengedepankan logika. Dan logika tidak berarti menyingkirkan perasaan. Pernah mencintai seseorang, menikah, lalu kecewa … bukan perkara setahun dua tahun bisa terobati apalagi langsung digantikan. Beda dengan laki-laki yang meski tanah kuburan istirnya masih basah sudah bisa berpikir untuk berumah tangga

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN