Malamnya aku ke apartemen Hilda setelah menghubunginya karena pagi-pagi sekali aku harus ke tempat Tian. Hilda dengan terpaksa menerimaku karena aku yakin jika dia ingin menghabiskan waktu bersama pria yang entah siapa karena terkadang tidak jelas. Alasan kenapa aku tidur di tempat Hilda agar tidak banyak pertanyaan dari Devan kemana aku pergi pagi-pagi sekali.
"Terus lo gimana?" tanya Hilda namun aku mengangkat bahu "hot mana?" aku diam membayangkan mereka berdua "gak usah dijawab gue tahu dari wajah lo"
Aku menghembuskan nafas "rasanya gue selingkuh dari Dodo"
Hilda mendekat ke arahku "lo tahu satu hal tapi aslinya gue males karna bukan ranah gue" aku menatap Hilda dengan penasaran "Mbak Selly sebelah kamar ini pernah melakukan itu sama Dodo" aku melotot "tapi kalau lo gak percaya ya sudah" ketika melihat aku ingin membantah.
"Serius? sejak kapan?" tanyaku tidak percaya mengalihkan semuanya.
"Udah lama mungkin sekitar beberapa bulan ini" jawab Hilda "Dodo gak tahu kalau gue tinggal disini"
Aku hanya diam mendengar perkataan Hilda, walaupun aku dan Dodo selalu bersama tapi semua sikapnya selalu lembut kecuali jika kita melakukan petting. Aku berpikir apakah Dodo menginginkan lebih dariku tapi dia selalu bilang ingin menjagaku dan cukup melakukan petting sudah membuatnya puas tapi memang akhir-akhir ini Dodo meminta lebih tapi aku selalu menolaknya. Mendengar perkataan Hilda mengenai Dodo perasaanku biasa saja tidak ada perasaan sakit hati atau semacamnya yang ada di benakku saat ini bagaimana besok bersama Tian.
Ketika jam menunjukkan pukul 4 segera aku bangun, Hilda masih tidur dengan nyenyak karena semalam setelah kita berbicara Hilda keluar dan aku tidak tahu kapan tidur di sampingku ini. Aku menyiapkan diri agar terlihat menarik di depan Tian dan membuat Tian menyukaiku serta bisa memuaskanku atau kita bisa saling memuaskan, setelah siap aku langsung berangkat menggunakan aplikasi online. Pukul 5 aku sudah berada di depan rumah Tian, sempat ragu untuk membunyikan bel pintu namun aku memberanikan diri karena tidak enak berada di luar yang nantinya akan menjadi pembicaraan orang-orang.
"Sudah datang?" tanya Tian ketika diluar menatapku dari atas ke bawah "masuk" sambil membuka pintu pagar "Boy masih tidur"
“Boy yang mana masih tidur?” bisikku di telinga Tian yang langsung mencium bibirku lembut bahkan kami melupakan jika bisa saja jadi santapan orang-orang.
“Boy yang ini langsung bangun ketika kamu datang” ucap Tian setelah melepaskan ciuman kami berdua dengan meletakkan tanganku di celana yang sudah membesar.
"Mau dibuatkan sarapan apa?" tanyaku ketika masuk ke dalam rumah Tian yang tampak sederhana ini.
Tian memelukku dari belakang "ada bibi jadi tenang saja" mengajakku ke dalam kamar.
Aku mengamati kamar ini di mana terdapat foto Tian dan Boy, aku yakini jika kamar ini adalah kamar Tian karena design minimalis dan sedikit elegan mendominasi kamar ini. Aku membayangkan berada di kamar ini berdua bersama Tian pasti rasanya menyenangkan sekali, tapi aku merasa seperti jalang yang dengan mudahnya masuk ke dalam kamar pria bahkan dengan sukarela datang ke rumah pria.
"Sudah puas mengamati?" ucap Tian menatapku diranjang sudah dalam keadaan telanjang membuatku terkejut.
Tian menepuk pahanya agar aku duduk di pangkuan, aku duduk dengan posisi menyamping dan membunyikan wajah merah dari hadapan Tian. Sekilas aku bisa melihat senyuman Tian yang langsung membuatku semakin menunduk dalam, namun Tian mengubah posisi dudukku menjadi saling berhadapan di mana miliknya langsung menyentuh belahan bawah yang masih tertutup celana.
Tian mengangkat daguku dalam sekejap aku merasakan sentuhan lembut di bibir, Tian menciumku dengan sangat lembut selalu membuatku terbuai akan ciumannya dan dapat aku rasakan jantungku berdetak kencang dari sebelumnya, ciuman ini tidak jauh beda dengan ciuman sebelumnya tapi ciuman ini aku bisa merasakan bagaimana perasaan Tian kepadaku. Aku tidak mau berharap atau salah mengartikan dari ciuman kami berdua ini, karena kami baru saja saling mengenal jadi tidak mungkin tiba-tiba memiliki perasaan satu sama lain.
"Pacar kamu penampilan luar garang tapi hatinya lembut dan aku tebak kamu tidak pernah terpuaskan karena selalu kasar, apa benar?" aku menatap Tian tidak percaya "aku akan mengajari kamu menikmati itu semua" aku masih menatap Tian.
“Buktikan dan jangan hanya bicara karena pacarku juga memberi kepuasan” ucapku memanasi Tian membuat Tian tersenyum sinis.
“Kita lihat kamu akan jatuh ke tangan siapa setelah ini” bisik Tian.
Tian langsung menciumku kembali namun berbeda dengan sebelumnya di mana lidah kami mulai bermain dan saling bertukar saliva, remasan lembut di bukit kembarku membuat aku mengerang di sela-sela ciuman kami. Bahkan remasan di bukit kembar Tian sangat berbeda dengan Dodo, remasan di bukit kembar yang Tian lakukan membuatku tidak bisa menahan diri dan beberapa kali aku merasakan milik Tian yang menyentuh celana.
"Akhh" desahku ketika Tian mencium dan menjilat leherku "akkhhh" desahku lagi ketika merasakan remasan di bukit kembarku yang keras.
Ciuman Tian semakin turun dapat kurasakan jilatan di putingku dan remasan di bukit kembarku yang lain secara bergantian tanpa memberikanku istirahat sama sekali, aku hanya bisa meremas rambut Tian. Jilatan memutar di sekitar dan sesekali menggigitnya membuatku tidak tahan seperti sesuatu akan keluar dari dalam.
"Akhhhhh" desahku ketika merasakan bibir Tian mengulum bukit kembarku.
Jari Tian bermain di putingku memberikan cubitan kecil membuatku semakin tidak karuan dan remasan di rambut Tian semakin keras. Tidak lama aku merasakan akan mencapai o*****e hanya dengan permainan bibir di bukit kembar, hal ini tidak pernah aku dapatkan dari Dodo.
"Akhhh keluar" teriakku ketika merasakan cairanku keluar
Tian menatapku ketika aku mencapai o*****e pertama "kamu seksi" mencium bibirku sekilas "waktunya Boy bangun mandilah kita sarapan bersama Boy" mencium pipiku lembut "kemarin aku membeli pakaian wanita semoga kamu suka" aku mengangguk "kamu luar biasa kita lanjutkan nanti setelah Boy berangkat"
Aku mengangguk malu, Tian menuntunku ke lemari pakaian lalu kamar mandi. Tian sendiri melangkah keluar melihat keadaan Boy setelah menggunakan pakaian lengkap. Aku menatap Tian yang berganti pakaian seketika aku ingin merasakan p***s itu di dalam milikku tapi apa aku bisa mengkhianati pesan mama.
Dalam kamar mandi aku merenung apa yang Tian lakukan baru saja adalah pengalaman pertamaku di mana aku bisa mencapai o*****e hanya dengan permainan bibir dan bukit kembar sedangkan selama ini harus menggunakan tangan dan lidah di bawah. Sebenarnya apa tujuan Tian melakukan ini padaku tapi aku seakan tidak peduli dengan hal tersebut. Lalu bagaimana aku bisa dengan mudahnya memberikan akses kepada Tian untuk melakukan ini padahal aku tidak terlalu mengenal, lalu apa yang harus aku lakukan jika Tian meninggalkanku atau lebih baik aku terlebih dahulu meninggalkannya sebelum Tian meninggalkanku, aku harus berpikir dengan matang atas apa yang harus aku lakukan nanti dan sebelum ini terlalu dalam.