Jakarta, Indonesia.
Kembali ke Indonesia dengan muka yang ditekuk dua, tidak, jika bisa ditekuk sepuluh pun akan Bella lakukan.
Ia sudah sampai di rumahnya sejak dua jam yang lalu, tepatnya di ruang tamu keluarga Atmaja.
Ruangan yang di dalamnya terdapat foto keluarga Atmaja sebagai keterangan pemilik rumah bak istana megah, lalu sofa antik yang terbuat dari kayu jati, dengan melihatnya saja kita akan mengetahui bahwa pembuatnya adalah PT Mebel terkenal di Indonesia.
Ruangan itu juga di hias oleh barang-barang berciri khas Jawa.
Terdapat wayang, patung,ukiran-ukiran jawa dan sebagainya.
Bella mulai menatap jam tangan Adidasnya dan meniup rambutnya sendiri yang ia peluntir.
Baiklah.
Ia sudah pulang ke Indonesia.
Dan sekarang ia hanya disuruh menunggu,menunggu dan menunggu orang tuanya begitu?
Pikiran Bella mulai melayang dari kejadian Di bandara Soekarno Hatta Jakarta tadi siang.
Ia pikir Ayah dan Maminya lah yang akan menjemput dirinya.
Tapi yang datang hanyalah supir suruhan Ayahnya.
Setelah itu ia pikir begitu pulang akan ada surprise atau Ayah dan Maminya sudah menunggu di depan pintu rumah sambil membuka lengan mereka untuk melayangkan pelukan hangat pada dirinya.
Tapi yang ada ia hanya di sambut oleh para pembantunya yang sekarang pun juga sibuk.
Dan sekarang sudah pukul lima sore pun tidak ada tanda-tanda bahwa orang tuanya akan pulang.
Cukup sudah!
Bella menyeret kopernya sendiri dan menaiki tangga menuju ke kamarnya satu persatu.
Sesampainya di kamar pun ia langsung menata kembali barang-barang yang ia bawa dari Amerika di ruang tidurnya.
Dan saat Bella merapihkan bajunya, ia ingat bahwa itu adalah baju yang kemarin di belikan oleh sahabatnya.
Bella masih ingat dengan jelas begitu ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia, ia pergi menemui para sahabatnya di Cafe dekat rumahnya yang di Amerika.
Dan hebatnya setelah menceritakan kepahitan hidupnya, tak ada sama sekali rasa sedih yang terlihat dari wajah kedua sahabatnya itu.
Bahkan dengan rela sahabanya berkata "Sudahlah, Bel. Indonesia itu negara yang Indah juga, berlibur di Pantai kuta Bali sepertinya bukan hal yang buruk. Nanti kami akan kesana saat berlibur"
Persetan dengan omongan mereka berdua.
Bella sangat tahu bahwa kedua sahabatnya pasti akan lebih memilih berlibur ke Hawaii atau Maldives dan meninggalkan Bella sendirian di Indonesia.
Benci dengan keadaan yang tidak berpihak pada dirinya, Bella memilih untuk tidur di kasur Queen Sizenya.
Lihat saja besok!
Pokoknya ia akan ngambek dengan Ayah dan Maminya itu.
....
Keesokan harinya.
Hari sudah siang dan bahkan burung tak ada lagi yang bernyanyi, sinar matahari sangat menyengat namun tak sampai menembus gorden mewah yang terdapat di kamar gadis itu.
Pelan-pelan Bella mengerjapkan matanya, dan mulai menggosok-gosok matanya dengan punggung tangan.
Ia mulai sadar dan duduk di pinggiran ranjangnya.
Setelah itu melihat jam weker berwarna merah muda di atas nakasnya, jam itu menunjukkan bahwa sekarang telah pukul dua siang.
Bella mengangguk-anggukan kepalanya sendiri.
Lalu mulai tidur kembali di ranjangnya, membenarkan selimutnya dan memeluk gulingnya.
Namun tak sengaja matanya bertemu dengan jam dinding digital dekat pintu kamarnya.
[14.02]
"Alas!"
(Aduh)
Gumam Bella sendiri dan langsung melompat dari tempat tidurnya.
Ia menuruni tangga dengan cepat sekali.
Sesampainya di area ruang makan, yang ia lihat hanyalah pembantunya yang sedang mengelap-ngelap meja makan.
Pembantu itu pun melirik ke arah Bella "Siang Non" lalu melanjuti pekerjaannya lagi.
"Yang lain kemana bi?"
Tanya Bella dengan alis yang hampir menyatu.
"Biasa Non, kerja atuh. Tapi kalo maminya non Bella kayaknya arisan deh, makan dulu atuh Non"
Bella frustasi harusnya ia menjalankan acara ngambek-ngambek an nya hari ini.
Tapi yang ada semua meninggalkannya.
Lalu Bella pun memakan makanan yang di siapkan kembali oleh pembantu nya yaitu Bi Inah, bibi itu juga lah yang paling bisa menyikapi sikap Bella karena sedari kecil Bi Inah lah yang selalu merawatnya.
Bahkan kemarin saja yang menyambutnya dengan pelukan hanya Bi Inah walaupun tak lama.
.....
Bella menuju garasi mobilnya setelah bersiap-siap sekian lamanya, ia mulai menaiki mobil sedannya dan mengambil kaca mata di atas dashboard serta memakainya.
Lengkap sudah gayanya hari ini, memakai baju crop top putih bergambar dengan legging hitam serta memakai sweater bulu-bulu nya yang berwarna putih.
Ia membetulkan cermin kaca di dalam mobilnya lalu saat melihat dirinya sendiri ia pun mengedipkan matanya dan berkata
"As always you are Amazing, Bel"
Ia mulai menjalankan mobilnya sambil mendengarkan lagu, tapi tak sampai setengah jam mobilnya pun tak bisa berjalan.
Karena Jakarta pada siang hari. Tidak mungkin tidak macet.
....
Sesampainya di Gedung perusahaan Atmaja, Bella langsung masuk dan pergi ke meja receptionist.
Tanpa memperdulikan tatapan memuja orang-orang disana.
"Selamat pagi menjelang sore Nona, ada yang bisa saya bantu?"
"Saya ingin bertemu dengan Pak Adi Santoso Atmaja"
Jawab Bella dengan ketus.
"Apakah Nona sudah membuat janji?"
Bella langsung membuka kaca mata hitamnya dan menatap karyawan resepsionis itu dengan sinis.
"Apa saya harus membuat janji untuk bertemu dengan beliau?"
Karyawan itu pun langsung melebarkan matanya dan meminta maaf berkali-kali, yang benar saja, karyawan tadi tidak begitu mengenali Bella, ia memang karyawan baru tetapi juga bukan karyawan yang tidak tahu menahu soal keluarga Atmaja, apa lagi karyawan tersebut bekerja dengan keluarga itu.
Begitu tahu ruangan ayahnya, Bella langsung naik ke lantai ruangan itu.
Bella sangat tidak mengenal perusahaan ayahnya yang sekarang berada di Tangerang ini, terakhir kali Bella pergi ke kantor ayahnya, ia pergi yang berada di Jakarta pusat, dan ternyata pusat pekerjaan telah di pindahkan ke Tangerang maka itu Bella harus menanya terlebih dahulu kepada karyawan ayahnya tadi.
Namun setelah Bella perhatikan gedung yang sekarang memang lebih bagus dari gedung yang kemarin, karena lebih modern dan terdapat landasan helikopter yang cukup luas di atasnya.
Tentu saja karena gedung ini termasuk dalam jajaran gedung tertinggi dan mewah di Tangerang.
Tanpa mengetuk dan permisi, Bella langsung membuka pintu ruang kerja ayahnya, padahal sekretaris ayahnya sudah berkata bahwa ada pembicaraan antara ayahnya dengan siapalah itu.
Bella tidak peduli yang jelas ia kesal dengan ayahnya sekarang juga.
Begitu pintu terbuka, Bella langsung berteriak
"Ayah! Sebenarnya mau Ayah itu apa sih?!"
Ayahnya maupun orang diseberang ayahnya pun menoleh kearahnya.
Namun Bella tak memperhatikan orang itu, dan hanya fokus ke ayahnya.
"Bella, bisa tidak kalau masuk itu diketuk dulu pintunya atau paling tidak permisi. Nanti kalau Ayah serangan jantung gimana?"
Jawab ayahnya dengan pelan.
"Ayah tidak usah lebay deh.
Sekarang Bella udah di Indonesa terus sekarang Ayah maunya apa?"
"Bella!"
Setelah ayahnya berkata seperti itu, Bella baru sadar bahwa ada orang lain juga di ruangan itu.
Dan Bella...