Makan malam sudah selesai dilaksanakan. Starla kini tengah berbincang dengan Dian di teras penginapan. Walaupum dingin, namun anginnya terasa segar dan sejuk.
Sedangkan para ayah tengah sibuk bermain catur di ruang TV.
Anak-anak mereka? Jangan tanyakan lagi. Nando sudah mengeram di kamarnya. Sedangkan Cinta tengah mondar-mandir sana-sini sambil menggigit kukunya gugup.
Ia ingin sekali menanyakan pada Nando siapa cewek yang ada di layar ponselnya yang gadis itu lihat tadi sore. Tapi ia takut kalau Nanti Nando akan salah paham dan marah padanya.
Namun rasa penasarannya begitu besar jika harus diukur dengan takaran. Mungkin jika tak ditanyakan, akan masuk ke dalam mimpi. Dengan mengucapkan Bismillah, Cinta pun akhirnya memutuskan untuk menanyakan langsung pada Nando malam ini.
Cinta keluar dari kamarnya dan berjalan secara perlahan menuju lantai dua tempat kamar Nando berada.
"Udah tidur belum ya? Ketok jangan, ketok jangan, ketok jangan, ketok ja--" Cinta membeku seperti orang bodoh saat dirinya kedapatan basah sedang merada di depan kamar cowok itu oleh sang pemilik kamar.
Sebenarnya suara Cinta cukup mengganggu Nando tadi saat berada di kamar. "Jangan ketok." ucap Nando dingin.
"Ah.. Eghheem. Oooo sebenernya Cinta--sebenernya--aku--ooo--"
"Mau ngomong nggak? Kalau nggak gue tutup ni pintu." ancam Nando kesal.
"Sebenarnya gini--"
Nando terkejut karena Cinta mendorongnya masuk ke dalam dan menutup pintu itu dari dalam.
"Woi apa-apaan Lo--" teriak Nando tertahan.
"Sssttt. Plis jangan teriak plisss.. Aku kesini nggak mau macam-macam kok. Cuma mau--mau--"
"Keluar Lo!" Nando menarik tangan Cinta kuat namun sekuat mungkin Cinta juga menahan langkahnya untuk tak bergerak. "Mau Lo apa sih?" geram Nando yang akhirnya pasrah.
"Ooo-- Cinta mau tanya, cewek yang--cewek yang ada di ponsel kamu itu siapa?" Cinta bicara dengan cepat lalu langsung menunduk sambil memejamkan matanya rapat. Ia takut melihat reaksi Nando.
Namun satu menit menunggu, tak terjadi apa-apa. Juga tak ada pergerakan dari Nando. Cinta membuka secara perlahan kelopak matanya dan mencoba mengangkat wajahnya.
Tapi sedetik kemudian, Nando menarik Cinta dan menghempaskan tubuh gadis itu di atas ranjangnya. Cinta yang terkejut langsung mencoba memberontak namun kedua tangannya langsung ditahan oleh Nando membuat tubuhnya telentang sampai lutut di atas ranjang dan dari lutut sampai kaki sudah menjuntai ke lantai.
"Ta--tampan?" ucap Cinta gugup setengah mati.
"Lo tahu kesalahan Lo dimana?" tanya Nando dengan smirknya.
Glek!
Cinta kesusahan menelan ludahnya sendiri.
"Itu--Tampan aku--"
"Lo masuk kamar cowok malam-malam begini tanpa lo pikirin resikonya."
"Itu--aku--"
"Kalau gue perkosa Lo disini, gimana?" Nando nyaris tergelak saat melihat mata gadis itu membola sempurna. Ternyata menggoda gadis SMA ini sungguh menyenangkan.
Nando belum ingin selesai. Ia masih melanjutkan untuk menjahili Cinta.
"Atau Lo mau tidur bareng gue?" ucap Nando pelan. Setelahnya Nando menurunkan kepalanya mendekati wajah Cinta.
Jantung Cinta sudah berpacu. Gemuruh di dadanya tak bisa ia atasi lagi. Tubuhnya sudah panas dingin dan sepertinya wajahnya sudah memerah.
Wajah Nando terus saja mendekat seperti orang yang ingin berciuman. Cinta yang tak tahu harus lakukan apa, langsung menutup matanya kuat saat bibir Nando tinggal beberapa senti lagi dari bibirnya.
Namun setelah lama menunggu, bibir mereka tak kunjung menyatu membuat Cinta langsung membuka mata. Dan seketika tawa menggelikan keluar dari mulut Nando yang berhasil mengerjai gadis tersebut.
Wajah Cinta sudah memerah karena malu. Ia kesal setengah mati karena becandaan Nando yang tak lucu menurutnya. Cinta yang kesal langsung mendorong tubuh cowok itu kuat membuat Nando telentang di sampingnya.
Cinta langsung duduk dan dengan sekuat tenaga, ia memukul perut Nando membuat cowok itu meringis kesakitan.
Tapi sedetik kemudian Nando kembali tertawa. Geli di perutnya belum juga reda. Ternyata mengerjai cewek seperti Cinta itu sungguh sangat menghibur. Nando sudah duduk di pinggiran ranjang sambil terus memegangi perutnya yang geli.
Cinta tak terima ia hanya dikerjai seperti ini. Entah apa yang ada dalam pikiran Cinta. Dengan kuat Ia memegang kerah leher baju kaos kebesaran milik Nando lalu menariknya kuat dan dengan cepat Cinta mengecup bibir Nando. Setelahnya gadis itu langsung kabur keluar.
Sedangkan di dalam, Nando dibuat membeku. Ia yang tadinya berniat mengerjai Cinta justru kini dia yang kena. Gadis itu menciumnya.
"Itu tadi--?" Nando menyentuh bibirnya yang dikecup singkat oleh Cinta.
Tak pernah terbayang olehnya kalau kejahilannya justru menjadi boomerang sekarang. Sama dengan Nando, Cinta pun kini tengah memegang dadanya sembari merasakan detak jantung yang kian berpacu.
Setelah keluar dengan cepat dari kamar Nando, Cinta langsung berlari menuju kamarnya. Untung tak ada siapa-siapa. Sesampainya di kamar, Cinta langsung terduduk tak percaya di lantai.
Cinta memegang bibirnya yang tadi ia gunakan untuk mengecup singkat bibir Nando lalu beralih menekan dadanya yang masih berpacu hebat.
"Ciuman itu? Ciuman pertamaku--kyaaaa--" Cinta berteriak tertahan. Wajahnya yang memerah ia tutupi dengan telapak tangannya.
Namun beberapa detik kemudian, Cinta tersadar dengan perbuatannya. Gadis itu langsung kesal dengan dirinya sendiri. Bahkan ia sudah memukul kepalanya dan berteriak tertahan menyebutkan kata bodoh.
"Gimana cara lo ngadepin Nando besok Cintaaaa. Ya Tuhaan, cari mati Lo Cinta." seru Cinta menertawai dirinya sendiri.
Namun ia akui, ciuman itu membuatnya kembali bersemangat dalam mengejar cinta Nando. Seolah ciuman itu memberi sebuah harapan walaupun ia yang memulai.
Cinta kembali berteriak tertahan saat otaknya memutar lagi adegan ciuman kilat di kamar Nando tadi. Cinta merasakan ada ribuan kupu-kupu yang beterbangan menggelitik perutnya.
Sebaiknya ia tidur. Kalau seperti ini terus ia bisa gila.
Cinta berjalan menuju ranjangnya dan merebahkan tubuh kecil itu di atas ranjang big size di kamarnya.
Namun setelah sekian lama mencoba memejamkan mata, usaha Cinta tak pernah berhasil. Akhirnya gadis itu tertidur tepat pukul tiga pagi.
*****
Pagi ini suasana sarapan terasa begitu berbeda. Bukan dengan orang tua dengan orang tua, tapi anak dengan anak.
Bahkan Dian dan Starla keheranan melihat lingkar hitam di kedua mata anak-anak mereka.
"Kamu nggak bisa tidur Nak?" tanya Dian pada Nando.
"Eh? Ah, itu Bun. Aku--aku nggak terbiasa tidur di tempat baru." jawab Nando berbohong. Padahal alasan sebenarnya ia tak tidur adalah karena ulah Cinta yang dengan kurang ajarnya merebut ciuman pertamanya.
Ya, semalam itu ciuman pertama Nando.
"Kamu juga Cinta. Kamu nggak bisa tidur juga?"
Cinta mengangguk pelan sambil menguap.
"Kalian kenapa pada nggak bisa tidur dua-duanya? Kalau Cinta nggak mungkin alasannya nggak bisa tidur di tempat lain kan? Karena kamu sering tidur di sini." tembak Starla langsung. Cinta seketika kelabakan. Alasan apa yang harus ia beri pada mami nya ini. Sedangkan Nando sudah melirik Cinta dari sudut matanya.
"Itu mi--aku--aku semalaman--oo--aku semalaman telponan sama Sanni. Iya mi, sama Sanni." jawab Cinta ambigu.
'Ngapain Sanni menelpon malam-malam. Tak seperti biasanya.' batin Starla masih menaruh curiga pada anaknya.
"Nando? Kamu bukannya biasa menginap di markas tempat kerja kamu? Dan kamu biasa juga kan tidur di rumah Ronald? Nggak mungkin alasannya itu?" tebak Dian yang berhasil membuat Nando kelabakan.
Namun tak seperti Cinta yang menjawab dengan banyak kata. Nando justru lebih bisa mengendalikan situasi walaupun saat itu ia gugup.
"Nggak tahu Bun. Semalam mendadak nggak bisa tidur aja. Jadi Nando mainin ponsel sampai pagi."
"Kalian nggak telponan sampai pagi berdua kan?" tuduh Starla.
"Nggak Tante."
"Nggak Mami."
*****