Chapter 3

1533 Kata
Cinta masih belum selesai dengan makanannya. Mungkin karena rasa sakit yang ia rasa jika mulutnya dibukalah Cinta tak bisa makan cepat. Ia harus memotong ayamnya menjadi ukuran kecil agar bisa masuk. Padahal jika tak sakit, ia bisa memasukkan langsung satu potong karaage dalam mulutnya. Sesekali tak lupa gadis itu terus menyumpahi preman yang tadi memukulnya. Sedangkan disudut satu nya lagi, Nando masih setia sesekali melirik Ke arah Cinta yang tampak kesakitan. Rasa penasaran cowok itu begitu kuat. Pasalnya tadi saat bertemu di jalan, ia melihat Cinta baik-baik saja. Tapi tak cukup satu jam ia sudah melihat bekas pukulan yang tampak baru, menghiasi wajah gadis tersebut. 'Kenapa sih tu cewek? Wajah bonyok begitu..' tanya Nando membatin. "Ndo, cabut kuy! Yang lain dah pada ngacir tu." Ajak Ronald. Nando mengangguk singat. "Tapi Lo duluan aja deh. Gue ke toiket dulu." "Okelah kalau gitu. Ketemu di kantor aja ya." "Yoopp.." Ronald akhirnya keluar lebih dulu tinggal Nando yang masih penasaran dengan keadaan wajah gadis itu. Dengan perlahan Nando berjalan mendekati Cinta yang masih asik mengunyah dengan ekspresi meringis. Cinta belum sadar kalau Nando sudah duduk di depannya. Pasalnya gadis itu selalu menunduk karena tak ingin lukanya menjadi bahan perhatian orang-orang. Sampai sebuah deheman memecahkan konsentrasi Cinta. Gadis itu langsung mendongak lurus. Menatap pria yang ada di depannya dengan tatapan tak berkedip sedikitpun. Seperti mimpi tapi terasa nyata. Itulah yang gadis itu pikirkan sekarang. Bahkan ayam yang dia gigit langsung jatuh ke lantai meja. Nando yang dipandang seperti itu sedikit menjadi salah tingkah. Cowok itu bahkan sesekali berdehem untuk menghilangkan sikap canggungnya. "Kenapa Lo liatin gue ampe segitunya?" ucap Nando sinis. Cinta langsung melotot kaget "haaaaaa, Tampan??!!!" Cinta yang terkejut tanpa sadar berteriak keras membuat mereka menjadi pusat perhatian pengunjung restoran. "Yak!! Pelanin suara Lo." teriak Nando tertahan. Cowok itu sudah malu karena ulah Cinta. Seketika Nando menyesal sudah menyusul Cinta ke mejanya. Kini malah dia yang menjadi pusat perhatian. "Tampan? Kamu ngapain ke sini? Nyusulin Cinta yaaa? Aaaa baik bangeeet." seru Cinta dengan wajah yang berbinar bahagia. Nando memutar bola matanya malas. Kini rasa penasarannya sungguh sudah lenyap. Dengan jengkel Nando langsung berdiri dan berniat untuk pergi dari restoran itu. "Eh. Eh tampan mau kemana? Tungguin. Tampan?" Cinta langsung menyudahi makannya dan lari mengejar Nando yang sudah keluar dari restoran. Untung makan di restoran itu menggunakan sistem bayar dulu, jika tidak, ia pasti sudah diteriaki maling. "Tampan tunggu..." Cinta berhasil mengejar Nando dan memegang lengan cowok itu untuk tak melangkah lebih jauh. Gila aja, dia baru selesai makan tapi sudah diminta berlari oleh sang pujaan hati. Cinta si boleh tapi nggak gila juga. "Apaan sih Lo pegang-pegang." bentak Nando tertahan. "Hehehe. Tampan tadi kenapa ada di meja Cinta.?" tanya Cinta dengan bersikap imut membuat Nando nyaris muntah. "Jangan sok imut Lo." "Iih, tampan di tanya apa jawabnya apa. Kenapa tadi a--" "Urusan gue. Kenapa Lo yang repot? Mau dimana kek gue duduk." "Tapi itu suatu hal yang sangat mengejutkan lho." seru Cinta merona malu. Nando mengernyit jengah. Bisa-bisanya ia menyusul cewek sarap satu ini. Nando kembali memperhatikan Cinta. Gadis itu tengah mengacak-acak tasnya dan mengeluarkan sebuah masker dan kembali memakai nya untuk menutupi luka di bibirnya. "Bibir Lo kenapa?" tanya Nando jutek. Cinta menyentuh bibirnya yang sudah tertutupi masker "Ah ini, tadi dipukulin preman." jawabnya santai sambil nyengir. Sedangkan Nando langsung melotot tak percaya mendengar jawaban santai dari gadis di depannya ini. "Apa? Lo kenapa?" ulang Nando kembali. "Dipukulin preman, tampaaan." jawabnya lagi namun setelah itu Cinta mendumal pelan namun tak pelan jika bagi Nando "Budek banget sih, untung cinta pertama, kan sayang." 'Sial. Seenak jidat aja gue dikatain budek.' geram Nando. "Kenapa Lo bisa dihajar preman? Mau jadi jagoan Lo?" "Bukaan. Tadi tu Cinta mau bawa anak-anak jalanan makan di restoran Padang yang ada di seberang perempatan lampu merah jembatan. Tapi malah ketemu preman yang menguasai anak-anak itu." ceritanya. "Trus?" "Teruuus, preman itu narik Cinta karena Cinta ngatain dia jahat dan bawa Cinta ke sebuah gang yang sempiiiiiiit banget." Nando mengernyit melihat raut wajah Cinta saat dia mengatakan kata sempit. 'Cukup berani juga nih cewek' ucap Nando dalam hati. "Trus?" "Ih, tampan trus mulu dari tadi. Prihatin dikit kek." ucap Cinta kesal. "Ya gimana cara gue prihatin, Lo nya aja belum selesai cerita." "Oh iya ya. Hehehe. Oke Cinta lanjutin." Cinta berdeham pelan, lalu kembali melanjutkan ceritanya "terus ya habis itu Cinta semakin jauh di tarik tapi Cinta coba lawan dengan gigit lengannya kuat, eh malah di pukul. Ya begini jadinya. Hehehe." 'Sarap ni cewek. Selain bergerak dan cerewet kayak cacing kepanasan, ni cewek gila juga ternyata.' Batin Nando menggeleng tak percaya. "Tampan kenapa menggeleng gitu?" "Lo selain sarap, gila juga ya ternyata." "He? Maksudnya? Kok tampan gitu sih ngatain Cinta gila." "Emang Lo gila.!" jawab Nando kesal. Nando memilih melangkah pergi. "Eh? Tampan kemana?" "Kerja." "Trus Cinta?" "Pulang sana." "Iii kok gitu sih! " "Bodo amat!!" "Tampan!!" teriak Cinta keras namun tak digubris oleh Nando yang terus saja berjalan keluar menuju parkiran motornya. "Gila tu cewek. Di pukul preman masih aja ketawa nyengir gitu." dumal Nando yang sudah berada di atas motornya. Ia segera meraih kunci motor di kantong celananya dan menyalakan motor tersebut lalu cabut kembali ke kantor. ***** Hari sudah gelap saat Cinta mendengar suara motor terdengar masuk ke dalam rumah. Kini gadis itu tengah berada di rumah Nando. Kurang kerjaan bukan? Seperti itulah Cinta. Ia datang berkunjung kerumah cowok itu dengan alasan mau nganterin kolak buatannya. Padahal sebenarnya kolak itu buatan maminya. Flashback "Mamiiii. Bungkusin sedikit ya? Pliiiss." Cinta masih saja terus berusaha membujuk Starla sang Mami untuk membungkuskan kolak yang tadi Starla buat. "Nggak bisa. Lagian kamu kenapa sih nggak belajar bikin sendiri.?" "Iya mami nanti Cinta belajar. Tapi--" "Alasan lagi. Waktu libur dua minggu kemaren itu kamu mana ada belajar masak? Kerjaan kamu tu ngintiliiiin aja anak tetangga depan." Cinta cemberut masam. "Ih mami ih. Kayak nggak pernah muda aja. Mami pasti kayak gitu juga dulu sama papi. Iya kan? Jadi sekarang biarkan anakmu ini merasakan manisnya cinta mami." "Preett. Cinta cinta. Cinta apaan? Nyesel mami kasih nama kamu itu 'Cinta'. Kayaknya efek dari nama deh." "Mamiiiii." "Apaan sih teriak-teriak?" "Bungkusiinn." "Nggak boleh." "Mamiiiii--hiksss--hiikksss-- Papiiiiiiii.." rengek Cinta mengadu pada papinya. Cinta yakin jika papi nya sudah berkata, pasti akan dituruti sama mami. "Udahlah Mam, turutin aja. Dari pada dia berisik gitu. Kepala papi mumet denger dia nangis kejer gitu. Cempreng.!" Cinta langsung menatap papi nya kesal. Sekate-kate papinya bilang suara tangisnya ini cempreng. Semerdu ini di bilang cempreng. Namun senyum kemenangan akhirnya terbit di bibir Cinta, karena mami nya langsung berdiri menuju dapur dan langsung membungkuskan kolak untuk dibawa ke rumah tetangga depan. Flashback Off "Malam Bang Nando." sapa Cinta dengan bahagianya. Namun langsung merusak mood Nando yang tadi bahagia karena baru saja mengantar sang gebetan pulang. "Ngapain Lo di sini?" teriak Nando kesal. "Nando jangan gitu Nak ah. Segan sama tamu." tegur Dian pada anak bungsunya itu. "Dia itu bukan tamu mi. Tapi benalu. Dimana-mana selalu ada. Bikin kesal." "Isshh.. Kok gitu sih Bang. Kan Cinta ke sini mau anterin kolak buatan Cinta." "Ck! Paling mami Lo yg bikin. Udah pulang sana. Gue ngantuk." tanpa mempedulikan teguran sang Bunda, Nando pun bergegas masuk ke kamarnya. Meninggalkan Cinta yang cemberut. "Udah sayang. Jangan diambil hati ya. Mungkin Nando lagi capek." "Iya tante nggak apa-apa." Cinta kembali menatap pintu kamar Nando yang tertutup rapat. Dan satu helaan nafas panjang terdengar dari mulutnya. Dian melihat raut kekecewaan terpancar dari wajah Cinta. Ia bukannya tak tahu kalau gadis di depannya ini menyukai anak bungsunya. Hanya saja ia tak menganggap serius rasa yang Cinta yakini itu sebuah kasih sayang terhadap lawan jenis. Ia melihat kalau rasa yang Cinta alami ini akan lenyap nantinya. Seiring berjalannya waktu dan Cinta masuk kuliah. "Ya udah tante, Cinta balik dulu." pamit gadis itu yang langsung di sambut ramah oleh Dian. "Ya sudah kamu hati-hatinya. Jangan dibawa sedih ucapan Nando tadi. Biar tante yang bicara." "Hehehe. Iya tante nggak apa-apa. Itu biasa kok. bang Nando juga sering gitu sama Cinta." ucapnya. Sebenarnya ucapan ini lebih ditujukan untuk membujuk hatinya yang kecewa. Tapi mau gimana lagi. Marahpun tak ada gunanya. Toh Nando bukan siapa-siapa dia. "Ya udah kamu hati-hati ya." "Iya tante. Assalamu'alaikum." pamitnya. "Wa'alaikumsalam." Dian seketika menghembuskan nafasnya kasar. Setelah Cinta pergi, Dian langsung menyusul Nando ke kamar dan melihat anaknya itu sedang tiduran sambil memainkan ponsel. "Sayang? Bunda boleh ngomong?" "Boleh bun. Ngomong apa?" Nando langsung duduk saat Dian sudah duduk di pinggiran kasur anaknya itu. "Gini. Kamu sebenarnya sama Cinta gimana?" Nando mengernyit "maksud Bunda?" "Cinta tiap hari ke sini tapi kok kamunya cuek terus." "Trus Nando mesti gimana Bun? Sementara Nando nggak ada rasa sama dia." "Bukan gitu sayang. Bunda juga nggak minta kamu balas perasaan gadis itu." "Lalu?" "Bunda cuma minta kamu buat jangan terlalu cuek sama Cinta. Setidaknya respon dengan baik. Toh anaknya sopan kok." "Males ah bun." "Sayang--" "Bunda, semua itu urusan Nando. Udah bunda jangan pikirin itu. Biar Nando yang bertindak gimananya nanti.." "Tapi jangan sampai nyakitin anak orang ya! Bunda nggak mau kamu sampai nyakitin perempuan." "Iya bundaku sayang. Nggak bakal. Udah." ucap Nando meyakinkan. "Ya udah. Kamu istirahat ya.." "Iya, bunda juga. Selamat tidur malaikat tak bersayap Nando." goda cowok itu pada Dian membuat bundanya itu geleng-geleng kepala. *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN