MAGER alias malas gerak.
Suatu fenomena kebiasaan orang-orang khususnya anak muda jika sudah memasuki hari libur. Bahkan mandipun mereka akan mampu tinggalkan. Begitupun dengan Cinta, seorang gadis manis yang baru saja selesai terima raport dan libur sampai dua minggu ke depan. Namun kebiasaan ‘mencintai ranjang’ ini hanya berlaku bagi Cinta dua tahun yang lalu. Karena sejak dua tahun belakangan ini, hal itu sudah tak masuk daftar agendanya.
Karena sejak dua tahun belakangan, gadis itu mempunyai kebiasaan menunggu sang pujaan hati di depan pagar rumah hanya sekedar menyapa "hai tampan" lalu kembali masuk ke dalam rumahnya.
Kurang kerjaan bukan? Ya seperti itulah keadaannya.
Seperti pagi ini. Padahal masih jam enam pagi tapi gadis manis itu sudah grasak-grusuk di depan cermin. Mempoles sedikit wajahnya dengan make up, mengganti pakaiannya dengan pakaian terbaik, tak lupa di rambutnya terpasang bando pink dengan tempelan tiga buah bunga di atas tangkai bando. Padahal langit masih gelap tapi gadis itu sudah selesai dengan dandananya dan langsung turun ke bawah.
"Mau kemana kamu hari minggu gini dandan begitu?" tanya nyonya Starla pada anak gadis semata wayangnya.
"Ih mami kepo deh. Mau tau aja urusan Cinta."
"Lah. Ya kali kamu pakai dress selutut gitu. Mana dandannya cantik banget lagi. Mau kode tetangga depan ya?"
Wajah Cinta seketika merona mendengar godaan mami nya itu. Mami Starla memang sangat suka menggoda anaknya jika berhubungan dengan Tetangga di depan rumah.
"Iiiih mami. Jangan ganjen deh sama anak sendiri. Ya udah Cinta ke depan dulu. Nanti babang tampannya keburu pergi. Bye Mamiii! Muuuaacchhh!”
Tanpa menunggu jawaban dari maminya, Cinta langsung ngacir ke luar rumah. Namun tak lama ia kembali balik ke dalam. "Mi, mami masak sesuatu nggak?"
"He? Maksud kamu?"
"Kue atau apa gitu mi..."
"Ada tapi buat apa?"
"Bungkusin dikit mi buat tetangga depan. Saling berbagi itu kan baik." celoteh Cinta yang membuat kening sang mami berkerut rapat.
"Kamu mau apelin Nando?"
"Ih mami ih. Bukan mau apelin. Saling berbagi mami."
"Ya ampun Nak, kalau mau kasih calon pacar itu ya buatan sendiri atuh.."
Cinta langsung cemberut. "Mami, bungkusin dikit aja Mi. Nanti aku bakalan belajar bikin kue."
"Haaah. Gini nih kalau anak jaman sekarang jatuh cinta. Pacaran pake uang orang tua, kasih makanan ke pasangan juga masakan orang tua. Bikin Sendiri kek kan lebih berasa usahanya." dumel Starla namun tetap menyiapkan beberapa potong bronis dan kue kering dalam sebuah toples. "Nih kasih ke babang tamvan kamu itu."
"Hehehe. Makasi mamiiii.. Mami baaaaik banget, sayang mami. Love you..^0^ muaacchh--"
Starla hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya. Cinta menyukai Nando. Bukan hal tabu lagi. Bahkan orang tua Nando pun tahu.
Tapi sebagai orang tua, Starla memiliki kecemasan tersendiri. Ia takut rasa cinta anaknya pada anak Bu Dian itu akan membawa sakit. Karena Nando yang sudah dewasa dan Cinta yang masih SMA. Ia takut jika Nando ternyata punya pacar, Cinta akan terluka.
Tapi sepertinya untuk saat ini masih aman.
*****
Rumah tetangga.
Nando masih bergelung dengan selimut hangat saat suara bel mengganggu mimpi indahnya. Ingin rasanya ia menyumbat telinga, namun mustahil karena suara bel tersebut terdengar semakin cepat dan mengganggu.
Dalam hati ia sudah mengutuk si pemencet bel. Dengan kesal, Nando menggeram lalu menyibakkan selimut tebalnya lalu berjalan masih dengan wajah bantal menuju pintu depan. Hari ini sampai seminggu ke depan memang Nando sendiri di rumah karena orang tuanya sedang ke kampung melihat neneknya yang tengah sakit.
"Sabar Woi!!" teriak Nando geram saat orang di luar tak henti-hentinya menekan bel. "Bisa sab--"
"Hai tampan. Selamat pagi."
'Sial! Bocah kaleng ternyata.'
Nando mengutuk kuat melihat kedatangan Cinta di rumahnya. Apalagi tanpa permisi Cinta menyelonong masuk begitu saja seolah rumah itu adalah miliknya, milik seorang Cinta.
"Tampan baru bangun? Ya ampun wajah bantalnya ganteng banget. Nggak sabar untuk bisa liatin ini tiap pagi." seru Gadis itu tanpa mempedulikan ekspresi wajah Nando yang sudah berubah horror dan jijik.
"Ngapain Lo kesini?" tanyanya dingin dan tak bersahabat.
"Mau ngasih ini. Aku yang buat lho. Tampan mau? Aku siapin ya!"
Sumpah. Ingin rasanya ia cakar wajah menyebalkan itu.
Kalian pikir saja?! Siapa yang tak marah jika tidur nyenyaknya diganggu. Apalagi yang ganggu bocah ingusan seperti gadis itu.
“Tampan sini dong. Jangan di sana terus. Cicipin kue buatan Cinta.!”
Lagi-lagi Nando mendelik kesal. Ingin rasanya ia tendang gadis sialan itu. Bocah kemaren sore yang sudah berani mengganggu ketenangan hidupnya.
Nando menggaruk kepalanya kuat. Dengan cepat cowok itu berlari ke dapur dan merebut kotak itu dari tangan Cinta.
"Udah, ini udah gue ambil. Sekarang, mendingan Lo pulang! Ganggu aja sih Lo pagi-pagi gini." usir cowok itu tanpa rasa kasihan.
Bukannya tak ada rasa kasihan, tapi gadis cacing kepanasan seperti Cinta memang harus di perlakukan seperti itu. Sudah dua tahun ini hidup Nando jadi tak tenang gara-gara kedatangan makhluk seperti Cinta di kehidupannya.
Cinta kembali merebut kotak itu, namun saat Nando mencoba merebutnya kembali, gadis itu langsung berlari menjauhi Nando.
"Sial.!" rutuk cowok itu keras.
"Jangan menyumpah gitu tampan."
"Diam Lo!!"
"Ih tampan galak banget. Ntar cinta lho. Tante Dian mana tampan?"
Nando jengah dengan situasi seperti ini. Dari pada meladeni Cinta bicara, lebih baik ia kembali ke kamarnya dan melanjutkan tidur serta menikmati hari liburnya. Apalagi hari ini ada pernikahan kaptennya Erik. Jadi lebih baik dia istirahat sejenak dan setelah itu bersiap untuk ke pesta.
Melihat Nando ngacir dari hadapannya membuat Cinta tak tinggal diam. Ia langsung mengejar Nando dan menarik lengan cowok itu untuk mengikutinya ke dapur. Namun belum juga selangkah, Nando sudah menarik kuat tangannya dari genggaman Cinta.
"Apa-apaan sih Lo main pegang aja.!!" bentak cowok tersebut. Namun bukannya takut, Cinta justru tersenyum lebar.
"Biasa aja atuh tampan responnya. Nanti malah nggak bisa lepas lho dari Cinta. Lagian aku Cuma mau kasih kue ini ke tampan kok."
Nando sudah semakin jengah. "Ya udah iya sini mana kuenya, habis itu lo cabut dari sini."
"Ih kok ngusir sih. Nggak boleh. Harus aku yang siapin dan babang tampan duduk di kursi itu." ucap Cinta sambil menunjuk kursi yang ada di meja bar.
Ngomong-ngomong soal meja bar, rumah Nando memang di desain seapik mungkin oleh ayahnya. Selain TNI, ayah Nando juga seorang arsitektur. Meja bar ini memang sengaja di buat karena terlihat lebih keren.
"Nggak usah. Gue masih ngantuk. Jadi sekarang mendingan Lo cabut dari rumah gue."
Cinta langsung cemberut memberenggut mendengar Nando yang mengusirnya.
"Tampan kok jahat sih." rajuknya.
"Bodo'"
"Nggak sayang ya sama Cinta.?"
"Mimpi Lo."
"Iiii tampan jahat."
"Itu lo tahu. Mending pulang sana."
"Nggak mau!" teriak Cinta menolak usiran Nando padanya.
"Iiiiiii, pengen gue remukin badan Lo rasanya. Terserah Lo deh." Nando sudah gemas setengah mati dengan Cinta. Cowok itu akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamarnya meninggalkan Cinta sendirian yang entah akan melakukan apa nanti di dapurnya.
Teriakan gadis itu sudah tak direspon lagi oleh Nando. Dalam benak cowok itu sekarang hanya tidur dan kembali mengarungi mimpi. Sedangkan Cinta masih saja cemberut di dapur. "Cih, lihat saja nanti. Cinta akan buat tampan jatuh cinta sampai klepek-klepek sama Cinta.”
Cinta melirik kue yang ada dalam toples itu tanpa minat. Gadis itu menggeser kotak itu agak menjauh darinya lalu duduk di kursi meja bar sambil bertopang dagu. Pandangan mata gadis itu tak lepas dari pintu kamar Nando yang terlihat sangat jelas dari tempat dia duduk.
"Susah banget sih narik perhatian kamu Tampan. Apa perlu gue santet aja ya biar nempel kayak perangko tu cowok. Tapi kalau di santet kan cintanya jadi nggak murni. Tapi kalau gini terus kapan dapatnya. Tapi walaupun udah cantik gini nggak dilirik juga sama aja bohong. Tapi--
Ting tong ting tong--
Cinta yang saat itu masih sibuk dengan pemikirannya langsung tersadar dengan suara bel yang terdengar. Cinta melirik jam di tangannya. Hampir jam tujuh. Tapi siapa pagi-pagi gini datang bertamu? Kurang kerjaan banget sih yang bertamu. Nggak bisa nunggu siangan dikit apa.
Cinta segera berjalan menuju pintu utama dan membukanya. Keningnya berkerut saat melihat seorang cowok dengan pakaian santainya sudah berdiri di depan teras membelakangi dirinya.
"Hmmm, cari siapa ya?" tanya Cinta hati-hati. Karena siapa tahu saja orang jahat.
Sama dengan Cinta, cowok itu juga terkejut melihat keberadaan Cinta ada di sana.
Wajah bingung sangat terlihat dari raut muka si cowok tersebut. "Eghhemm. Apa benar ini rumahnya Nando?" tanya Cowok itu sedikit meragu.
Sebelum menjawab, Cinta mencoba meneliti dari atas sampai bawah penampilan laki-laki itu.
Rapi...
Batin Cinta menilai.
"Hallo?"
"Oh iya?"
"Apa benar ini rumahnya Nando?"
"Ah iya ini rumahnya Nando. Mas siapa ya? Ada perlu apa sama pacar saya pagi-pagi begini.?"
Pacar? Bahkan Cinta meragu mengatakannya. Karena sudah pasti dia akan diamuk lagi sama cowok yang sedang tidur di dalam. "Mbak pa--carnya Nando?" tanya cowok itu dengan wajah super bingungnya.
"Iya Mas saya pacarnya Nando, anak laki-laki termuda dari tante Dian yang lahir di Jakarta tanggal 1 April 1996 yang sekarang berumur 23 tahun dan dia seorang agen inteligen negara. Sudah jelas?" ucap Cinta hanya dengan satu tarikan nafas.
Cowok itu melongo tak percaya. Cewek di depannya ini sampai tahu detail semuanya. Bahkan sampai tanggal lahir dan tempat lahir Nando pun dia tahu. "Hallo Maaas?" Cinta mengibas-ngibaskan tangannya di depan cowok itu membuat si cowok langsung tersadar.
"Ah iya. Maaf saya melamun. Kamu beneran pacarnya Nando?"
Cinta memutar bola matanya malas. Ia tak mau lagi meladeni cowok di depannya ini. "Mas mau apa pagi-pagi kesini? Ada perlu apa sama Nando?"
"Ah iya. Saya Ronald teman satu tim nya Nando di dalam agen."
"Iya lalu?" jawab Cinta singkat membuat Nando salah tingkah dan kebingungan.
"Lalu--lalu saya mau--saya mau ketemu Nando."
"Pagi-pagi begini?"
"I--iya.." Ronald kebingungan harus menjawab apa. Ia bahkan kesusahan menelan karena tatapan dari gadis di depannya itu.
"Ada perlu apa? Nandonya masih tidur dan mas kenapa bertamu pagi begini. Kan bisa gangguin orang tidur Mas. Gangguin orang tidur itu dosa lho."
Ronald lagi-lagi kesusahan dalam berkata. Salah apa dia tadi pagi saat bangun sampai harus berhadapan dengan cewek seperi Cinta.
"Iya, maaf ya. Tapi saya ada urusan penting dengan Nando."
"Urusan penting apa? Sepenting apapun urusannya jangan pagi-pagi begini."
"I--iya maaf. Trus kamu ngapain di sini.?"
BAAMM!
'Benar juga. Gue ngapain ya di sini? Gue kan juga gangguin Tampan tidur'
Gleekk!!
Cinta terdiam cukup lama. Otaknya kini mencerna jawaban terbaik dan memprosesnya menjadi kalimat yang bisa meyakinkan cowok di depannya ini.
"Saya--saya--saya bawain makanan buat pacar saya karena tante Dian nggak ada di rumah. Pacar saya nggak bisa masak soalnya."
Eh? Sejak kapan Nando mau makan masakan orang lain? Lagian Nando bukannya bisa masak? - Ronald sedikit menaruh curiga pada cewek di hadapannya ini.
"Kamu mau masakin apa?" tanya Ronald mencoba memancing.
"Eh? Masak--masak nasi goreng udang." kening Ronald mengernyit.
Nasi goreng udang? Nando kan alergi udang. Ronald memijit dagunya sambil terus menatap Cinta yang tampak terlihat semakin gugup.
"Udah Mas, kalau nggak ada kepentingan, saya tutup ya pintunya." Cinta langsung mencoba menutup pintu utama itu, namun dengan cepat ditahan oleh Ronald. "Apaan lagi Mas?"
"Aku sudah ada janji sebelumnya dengan Nando. Coba bangunin deh."
"Tapi Nandonya tidur."
"Coba bangunin dulu."
"Nggak bisa Mas."
"Ya udah. NANDOOOOOO!!"
Cinta melotot kaget saat Ronald berteriak sekeras mungkin meneriakkan nama Nando yang sudah pasti akan bisa di dengar oleh cowok itu dari dalam kamar.
Nando yang sudah kembali masuk dalam alam tidurnya, langsung terhempas kembali ke alam nyata saat teriakan seseorang menggema memanggil namanya.
"Nandooooo!!" teriak suara itu lagi.
Nando segera menyibakkan kembali selimutnya dan membuka pintu kamar. Sesuatu yang luar biasa bisa cowok itu lihat saat ini di depan matanya.
Sebuah pemandangan yang berhasil membuatnya kesal. Yaitu Cinta yang menahan Ronald rekan satu tim nya untuk masuk.
"Cewek cacing!!" teriak Nando keras membuat pertengkaran dua orang di depan sana langsung terhenti.
"Tampan? Kenapa bangun.?" Cinta kaget saat mendengar teriakan Nando padanya. Dan kelengahan Cinta itu dimanfaatkan oleh Ronald untuk masuk menerobos.
"Lo ngapain masih di sini?" teriak Nando geram pada Cinta.
"Aku--aku..."
"Bukannya dia pacar Lo?" tanya Ronald bingung. Sebenarnya Ronald sudah curiga dengan gadis di depannya.
"Pacar? Sejak kapan?"
"Dia yang bilang."
"Mana ada? Cinta nggak pernah bilang. Kapan?" elak Cinta membuat tawa Ronald nyaris meledak.
Terkaan Ronald ternyata benar. Cinta berbohong. Karena setahu dia, Nando tak punya pacar, rekannya itu hanya punya gebetan yang sudah satu tahun ini ia dekati. Dan dia tahu siapa gebetan yang Nando dekati itu.
"Hmmm ya udah. Aku--aku pulang dulu." Cinta langsung kabur begitu saja bahkan ia melupakan kue yang tadi ia bawa untuk Nando.
"Hahahaha. Lucu ya dia." ucap Ronald berseru geli.
"Lucu dari mananya?"
"Lucu itu. Gue datang dia marah-marah dengan bilang kalau Lo lagi tidur dan nggak bisa di ganggu. Trus dia juga bilang kalau dia pacarnya Lo."
"Dih ogah gue. Bocah kemaren sore nggak mungkin jadi pacar gue."
"Maksud Lo?"
"Masih SMA kelas dua itu."
"What??? Seriusan Lo?" tanya Ronald dengan ekspresi tak percaya.
Nando mengangguk. "Trus sekarang, berarti kasusnya, Lo di deketin anak SMA kelas dua? Waahh, berita besar ini." seru Ronald tertawa mengejek.
"Sialan Lo."
"Hahaha. Ya kali aja bro lo bisa jadian sama dia."
"Berisik Lo."
"Jiaaahh. Ngambek. Tampan ngambek ya? Jangan ngambek dong tampan."
"Jijik gue dengernya. Diam nggak Lo, kalau nggak cabut Lo dari sini." tama Ronald langsung pecah melihat wajah kesal seorang Nando.
Sedangkan di rumah depan, Cinta tengah gelisah di kamarnya karena insiden di rumah tampan tadi.
"Iiii bego bego bego. Pasti si Ronald Ronald itu udah bilang ke Pangeran tampan." Cinta berlari mengejar teropongnya yang sengaja nia beli dari THR lebaran yang di berikan oleh banyak kerabatnya padanya. Karena kalau dia beli dengan uang orang tuanya, pasti akan diintrogasi terlebih dahulu.
"Ya Allah tampan sekali ciptaanmu yang satu itu." ucap Cinta dengan bangganya. Ia kini mengarahkan teropongnya ke rumah Nando. Nando sedang melakukan pemanasan di halaman rumahnya dengan ditemani Ronald.
"Cih dasar cowok penganggu. Kalau dia nggak datang kan bisa gue yang gantiin nemenin pangeran tampan." sekerika kutukan demi kutukan dan sumpah demi sumpah dirapalkan oleh Cinta yang ditujukan untuk Ronald di seberang sana.
Berharap Ronald akan bisa merasakan kutukan itu dengan cepat.
"Cintaaaa, makan dulu Nak. Mau sampai kapan kamu mau nguntit tetangga depan." teriak Starla yang sudah tak tahan dengan anaknya itu.
"Iya Mi. Bentar."
"Nggak ada bentar-bentaran, makan cepat."
"Iya Mamiiiii." teriak Cinta keras membuat suaranya terdengar sampai ke telinga Nando.
Baik Nando maupun Ronald langsung melihat ke depan tepatnya ke arah rumahnya. Pasalnya suara teriakan Cinta terdengar cukup kuat karena memang jendela kamar gadis itu tak tertutup. Alhasil tak ada yang menahan suaranya untuk tak melayang terlalu jauh.
"Siapa tuh yang teriak?" tanya Ronald kaget.
"Noh si cewek cacing."
"Cewek cacing? Cinta?"
Nando mengangguk. "Eh buset suaranya toa banget."
"Karena itu gue berani bilang tadi dia berisik. Cocok tuh sama Lo. Pacaran sana sama tu bocah."
"Kagak. Gue berisik dia berisik, yang ada pas ketemu udah kayak orang tawuran." celetuk Ronald merinding yang langsung membuat Nando tertawa geli.
"Hahahaha. Kapan lagi."
"Lo nya enak bilang kapan lagi. Lo aja sana."
"Males."
"Makanya jangan minta gue."
"Kan gue nawarin. Siapa tahu Lo mau."
"Kagak. Tadi aja di pintu gue di hadang udah kayak satpam komplek."
Lagi-lagi tawa Nando pecah karena celotehan Ronald. Setelah puas pemanasan di luar, merekapun memutuskan ke dalam untuk bersiap-siap berangkat ke tempat Erik sang kapten yang akan menikah hari ini.
*****