Kurang dari jam tujuh mereka telah bangun dari tidurnya. Flak memicingkan matanya karena terpaan sinar matahari yang menerobos masuk menembus kerai yang hanya menutup separuhnya. Meskipun masih pagi, Kay telah beranjak dan menyingkir dari tempat tidur. Senyum malas tersungging di bibirnya. Keduanya masih kelelahan sesudah b******a habis-habisan di tengah malam. Flak melakukan aktivitas rutinnya sebagai persiapak memulai hari itu. Setiap beberapa menit, dia mendapati Kay yang tengah memandang berlian yang ada di tangan kirinya. Kemudian gadis itu menengadah dengan wajah tampak malu-malu. Flak tahu perasaan kekasihnya itu, sebab sama seperti itu pula yang dirasakannya. Berbagai intuisi campur aduk jadi satu. Bangga sebab dia cukup baik untuk seorang perempuan semacam Kay; cemas karena dia m