First Meet

1209 Kata
Zara duduk di dalam mobil bersama dengan pamannya. Pagi ini dia bersama dengan pamannya yang bernama Alan akan sarapan bersama di sebuah restoran dengan kakak Leon. Ya, Evelyn memang menceritakan dengan baik kisahnya yang cukup tragis pada Alan. Dan Zara akui, pamannya memang hebat. Hanya dalam satu hari pamannya tersebut bisa tahu siapa keluarga Leon hanya dengan modal nama belakang saja. Bahkan Alan bisa sampai mengajak kakaknya Leon untuk sarapan bersama. "Jadi rencananya gimana?" Zara bertanya pada Alan yang sedang fokus menyetir. "Seperti yang aku katakan kemarin. Pacari kakaknya," jawab Alan dengan enteng. Zara langsung mendesis mendengar itu. "Ya mana bisa, Om. Masa iya nanti pas ketemu aku langsung bilang 'Ayo pacaran denganku untuk balas dendam pada adikmu.' Kan gak lucu. Lagi pula aku gak mau ngorbanin perasaan orang juga," balas Zara dengan sebal. "Korbanin perasaan? Memangnya kamu yakin dia akan suka padamu?" Alan bertanya dengan nada mengejek. "Ya bukan itu maksudnya." Zara berkata dengan gemas dan kesal pada pamannya tersebut. "Jika kamu tak setuju dengan usulan dariku, ya sudah buat rencana sendiri. Aku hanya membantumu mempertemukan dengannya saja," ucap Alan. Zara menengok pada Alan sesaat kemudian menghela nafas lelah. Baiklah. Dia harus memikirkan rencana apa untuk balas dendam pada Leon. Setelah beberapa menit di perjalanan, akhirnya mobil Alan memasuki parkiran restoran. Alan dan Zara keluar dari mobil dan masuk ke dalam restoran bersamaan. Seorang pelayan langsung berjalan mendekat ke arah mereka dan menyapa dengan ramah. "Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?" "Kami sudah ada janji dengan Pak Alfian Biantara." Alan menjawab seraya menyebutkan nama orang yang akan dia dan Zara temui pagi ini. 'Alfian Biantara? Itu nama kakaknya Leon?' Zara bertanya dalam hati. "Ah ya. Mari ikuti saya, Pak." Pelayan itu lalu berjalan menjauh dari pintu utama. Alan dan Zara berjalan beriringan mengikuti langkah pelayan tersebut. Mereka naik ke lantai atas, dan ternyata Alfian memesan meja VIP untuk pertemuan mereka pagi ini. "Apa Leon berasal dari keluarga kaya juga?" Zara berbisik pelan pada Alan yang berjalan di sampingnya. "Ya. Tapi tidak sekaya aku," jawab Alan. Zara langsung mencibir pelan mendengar itu. "Dasar sombong." Ya, beginilah interaksi Zara sehari-hari dengan pamannya. Pertengkaran sudah menjadi makanan sehari-hari mereka sejak tinggal bersama. Mereka jarang akur dan selalu saja mempermasalahkan setiap hal. Walau begitu, dalam hati terdalam mereka saling menyayangi. Pelayan menunjukkan sebuah meja yang sudah ditempati oleh seseorang. Zara tak bisa melihat wajahnya karena posisi orang itu membelakangi dia dan Alan. Zara hanya bisa melihat pakaian pria itu yang sama formalnya dengan Alan. "Selamat pagi, Pak Alfian. Maaf membuat Anda menunggu." Alan menyapa dengan suara tegasnya. Terlihat sekali kalau Alfian terkejut dengan sapaan tiba-tiba dari Alan. "Selamat pagi juga, Pak Alan. Silahkan duduk," ucap Alfian dengan senyuman ramah. Matanya lalu melihat ke arah Zara dan menganggukkan kepala perlahan. "Sudah menunggu sejak tadi?" Alan bertanya seraya duduk di hadapan Alfian. "Baru beberapa menit. Belum lama kok." Alfian menjawab dengan ramah. Kemudian dia memanggil pelayan untuk memesan makanan. Setelah pelayan pergi, Alan pun mulai bicara pada Alfian sembari menunggu makanan datang. "Seperti yang sudah saya katakan lewat chat kemarin, saya ingin bertemu dengan Anda untuk membahas sikap adik Anda yang tak baik terhadap keponakan saya," ucap Alan. Sorot mata tajam dengan aura yang kuat membuat Alan berhasil mengintimidasi Alfian yang usianya masih di bawah 30 tahun. "Saya benar-benar minta maaf atas kelakuan adik saya yang tidak menyenangkan. Saya berjanji akan memperhatikannya dengan lebih baik lagi," ucap Alfian. Di matanya terlihat sekali rasa penyesalan dan malu. Dan Zara yang bingung sendiri. Kenapa Alfian harus merasa sebersalah itu, padahal bukan dia yang salah? "Leon bersama teman-temannya menjadikan Zara sebagai bahan taruhan. Walau hanya sebatas keponakan saja, tapi Zara sudah seperti anak saya sendiri karena sudah tinggal lama dengan saya di sini. Jadi jelas, saya tak terima dengan apa yang sudah Leon lakukan pada Zara." Alan berkata lagi. Zara langsung menengok ke arah Alan yang memandang Alfian dengan serius. Jika saja tidak ada Alfian, Zara ingin mengejek pamannya tersebut sekarang. Menganggap dia anak? Lalu Evelyn yang seumuran dengannya malah dinikahin. Dibuat hamil di usia muda lagi. Dasar aneh. Gila lebih tepatnya. b***k cinta yang gila. "Saya meminta maaf yang sebesar-besarnya. Saya tidak tahu kalau Leon sudah bertindak sejahat itu pada keponakan Anda, Pak Alan." Alfian berkata lagi. Raut penyesalan terlihat jelas di wajahnya. Zara tebak, sepertinya Alfian memiliki tanggung jawab yang besar pada Leon. Apalagi dia seorang kakak yang menggantikan posisi ayahnya. "Saya ingin Anda memperingatkan Leon agar jangan macam-macam pada keponakan saya. Leon kuliah di kampus yang sama dengan Zara, dan saya adalah donatur utamanya. Akan mudah bagi saya untuk meminta rektor mengeluarkan Leon dari kampus jika dia macam-macam lagi. Dan saya tak pernah main-main dengan perkataan saya." Setiap ucapan yang Alan lontarkan mengandung ancaman. Alfian cukup kewalahan menghadapi ucapan Alan. Dan sungguh, dia murka pada adiknya yang kurang ajar, yang membuatnya berada dalam situasi ini sekarang. Obrolan mereka terhenti saat pelayan datang membawakan makanan. Alan meminta pada Alfian agar obrolan ditunda dan menyantap makanan dulu. Zara yang sejak tadi hanya diam pun mulai menyantap makanannya. Setelah beberapa saat, acara sarapan mereka pun selesai. Alfian hendak memulai pembicaraan lagi, namun ternyata Alan yang lebih dulu bicara. "Saya harus pergi sekarang karena ada meeting penting. Anda bisa langsung bicara pada keponakan saya," ucap Alan. Zara melotot mendengar itu. Dia menatap Alan, memberi kode pada pamannya tersebut kalau dia tak mau ditinggal berdua dengan Alfian. Namun Alan mengabaikan kode darinya dan langsung melenggang pergi setelah berpamitan. 'Dasar Om gak ada akhlak!' Zara berteriak marah dalam hati. "Jadi, kalau boleh tahu, awal mulanya bagaimana?" Alfian bertanya pada Zara yang masih menatap tajam kepergian Alan. Zara mengerjap pelan, lalu menatap Alfian uang duduk di hadapannya. "Ya, seperti yang sudah dikatakan oleh Om Alan tadi. Leon mendekati saya, dan saya pikir dia memang suka pada saya. Ternyata Leon dan teman-temannya menjadikan saya sebagai taruhan. Jujur saja, saya tak terima dengan yang sudah Leon lakukan pada saya," jawab Zara. "Saya benar-benar minta maaf atas kelakuannya." "Anda tidak salah. Saya hanya minta agar Leon di berikan peringatan dan hukuman saja agar dia menyesali perbuatannya tersebut." Zara berkata lagi. Alfian mengangguk pelan, paham apa yang dimaksud oleh Zara. "Kalau begitu, saya rasa pembahasan kita cukup di sini saja. Kebetulan sebentar lagi saya ada kelas. Jadi saya harus segera pergi ke kampus," ucap Zara. Dia memasukkan ponselnya ke dalam tas, lalu Zara teringat dengan makanannya dan Alan yang belum di bayar. Sialan sekali memang dia punya paman satu itu. "Ehm, ini semua ..." "Tak perlu khawatir. Saya yang akan membayar semuanya." Alfian berkata langsung saat paham apa yang dimaksud oleh Zara. "Terima kasih banyak." Zara menundukkan sedikit kepalanya ke arah Alfian. "Tak masalah. Ehm, apa Anda berangkat sendirian ke kampus?" Alfian bertanya sebelum Zara pergi dari hadapannya. "Iya. Saya akan cari taksi saja." "Kalau begitu, boleh saya antar? Kebetulan kampus Anda dan kantor saya satu arah," ucap Alfian menawarkan tumpangan. Zara diam, lalu melihat jam tangannya. Kemudian dia mengangguk ke arah Alfian, tak lupa memberikan senyuman yang ramah dan manis. "Boleh." Zara menjawab. Alfian tersenyum lega mendengar jawaban Zara. Alfian langsung membayar semua makanan pada pelayan agar bisa segera pergi dari sana. Setelah selesai membayar, Alfian dan Zara pun berjalan beriringan keluar dari restoran. Zara agak tak nyaman karena menumpang pada Alfian. Tapi, tak apalah. Bukan dia yang minta. Tapi Alfian yang menawarkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN