Prolog

236 Kata
Andara menaikkan rok abu-abunya hingga sepuluh senti di atas lutut lalu menggulung lengan seragamnya agar terlihat lebih pendek. Ia kemudian membenarkan kancing kemeja seragamnya yang sempat terbuka, membuat beberapa teman-teman cowoknya menatapnya penuh minat. Andara cuek seolah tidak peduli dengan apa yang dilihat oleh teman-temannya. Ia kemudian berdiri di depan barisan, entah kenapa dirinya selalu ingin berdiri di depan setiap kali berbaris saat upacara. Andara selalu ingin terlihat menonjol dibandingkan teman-temannya yang lain. Dua puluh menit kemudian upacara bendera telah berakhir. Mereka semua seperti biasa, berbaris dengan rapi. Barisannya yang rapi yang akan pertama masuk ke kelas. Di depannya terlihat wajah kaku Pak Adrian yang sedang menatap barisan anak kelas tiga. Tiba-tiba saja Adrian berdiri di depan Andara dengan wajah dingin. Guru tampan itu memandang rok Andara yang terlalu pendek, Adrian berjongkok lalu mengeluarkan sebuah meteran kain, walaupun dirinya tahu rok itu sudah pendek tapi tetap saja ia harus mengukurnya. “Sepuluh senti di atas lutut, Andara?” tanyanya dingin, wajahnya semakin kaku ketika berdiri menatap Andara. “Ah astaga, apa rok-nya terlalu panjang? Kalau begitu, setelah pulang sekolah saya akan memotongnya kembali, dengan ukuran dua puluh senti di atas lutut,” balasnya dengan senyum lebar, berbeda dengan Adrian. Wajah pria itu sudah mengeras menahan amarah. “Ikut ke ruangan saya,” Adrian lalu berbalik, membubarkan anak kelas tiga yang masih berbaris. “Dengan senang hati,” balasnya dengan senyum menggoda - - - - TOBECONTINUE
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN